Case report
PENDAHULUAN
Kanker tiroid jarang terjadi dan dilaporkan hanya 1% dari
seluruh kanker manusia. Kanker tiroid biasanya menunjukkan keganasan pada
sistem endokrin. Kanker tiroid dijumpai secara primer pada usia dewasa muda dan
pertengahan, dengan sekitar 122.000 kasus baru per tahun di seluruh dunia.
Insidensi di Amerika Serikat sekitar 25-30 kasus per juta
penduduk. Karsinoma tiroid menyebabkan sekitar 7000 kematian per tahun di
Amerika Serikat. Wanita tiga kali lebih sering terkena daripada pria, mungkin
berkaitan dengan ekspresi reseptor estrogen di epitel tiroid neoplastik.
Kanker tiroid dapat
juga bermetastasis ke tulang, hal ini dapat terjadi pada 10%-30% semua pasien
kanker. Kanker tiroid merupakan 5 kanker terbesar yang dapat bermetastasis ke
tulang. Papillary dan follicular ca thyroid disebut dengan ‘differentiated’,
karena dapat menangkap iodium, respon terhadap terapi iodium radioaktif, dan
sintesis dan mensekresi kan tiroglobulin. Tetapi, beberapa tumor bisa menjadi poorly differentiated dan akan
kehilangan respon terhadap terapi iodium radioaktif . Poorly differentiated, undifferentiated,
dan kanker tiroid medulare mempunyai sifat yang agresif dan sering menyebabkan
metastasis jauh.
Meskipun perilaku
agresif ini pada poorly dan undifferentiated thyroid cancer relative
jarang menjadikan metastasis pada tulang juga jarang terjadi.
Kanker tiroid papiler
paling sering terjadi pada kanker tiroid yaitu sebesar 80%. Metastasis ke
tulang pada kanker tiroid papiler jarang terjadi, dengan estimasi insidennya
2%. Kanker tiroid folikuler lebih jarang lagi, sekitar 15% dari semua kanker
tiroid.
Metastasis tulang lebih
tinggi pada kanker tiroid folikuler
7%-20% daripada kanker tiroid papiler.
Selain metastasis ke
tulang, kanker tiroid juga dapat bermetastasis ke otak. Pada penelitian Alice Chiu dkk, dari 32 kasus kanker tiroid
“differentiated” terdapat 43% terdapat metastasis ke otak. Ratio antara perempuan dan laki-laki 1.2:1. Sebanyak 36
pasien yang mengalami metastasis ke otak mengalami gejala sakit kepala, mual,
motorik lemah, diplopia, penglihatan kabur, poliuria, dan ataxia. Metastasis
kanker tiroid ke otak mempunyai prognostic yang sangat buruk.
Kanker tiroid
bermetastasis melalui sistem limfatik dengan insiden 64%, dan dapat melalui
sistem hematogen, terutama ke tulang dan paru-paru. Beberapa penelitian juga
menunjukkkan pasien dengan kanker tiroid memiliki resiko 11-30% untuk
mendapatkan keganasan lain. Keganasan lain tersebut seperti kanker payudara,
kanker prostat, kanker pada ginjal, saliva, scrotal, neural dan leukemia.11
Pada kasus ini akan
dibahaspasien dengan kanker tiroid papiler varian folikuler yang disertai
dengan keganasan lain.
PRESENTASI KASUS
a) Data
pasien :
Nama
: Tn. K
Usia
: 55 tahun
Pekerjaan
: Karyawan swasta
Alamat
: Ambarawa Jawa Tengah
b) Keluhan
utama :
Pasien datang dengan
keluhan tidak mau makan, mual tetapi tidak sampai muntah, lemas, pusing, badan terasa tidak dapat
digerakkan sebelah.
c) Anamnesa
:
Pada
tanggal 4 November 2015 pasien tidak mau makan, terasa lemas, sehingga pada
tanggal 11 November 2015 dibawa ke rumah sakit di RS. Ambarawa. Saat dirawat di
rumah sakit pasien mengeluh lumpuh sebelah. Hasil pemeriksaan MRI ditemukan
benjolan di kepala, kemudian di operasi pada tanggal 25 November 2015, dilanjut
radioterapi sebanyak 10 kali, terakhir pada tanggal 25 Desember 2015. Pada
tanggal 2 Desember 2015, dilakukan MDCT kepala dan thoraks, hasil sudah tidak
tampak massa pada region post operasi, tampak nodul multipel di lobus frontalis
dan parietalis kanan kiri, sedangkan dari hasil MDCT thoraks kesan massa solid
bentuk lobulated, tepi speculated, batas sebagian tak tegas yang menempel pada
fissure interlobaris paru kiri (ukuran 2.59x3.2x3.07), multipel nodul pada hampir seluruh segmen paru kanan kiri
(1.58x1.36 cm pada segmen 10 paru kiri), multipel nodu pada caum pleura kanan
kiri dan pada mediastinum paratardial kiri, multipel lifadenopati pada
parahiler kanan kiri dan subcarina (ukuran terbesar 2.09x1.37), efusi pleura
kiri. Pada tanggal 4 Desember 2015, pasien periksa USG tiroid dengan kesan lesi
multipel kistik tiroid kanan, kemudian pada tanggal 23 Januari 2016 pasien menjalani
pemeriksaa 18F-FDG PET/CT di RS. Gading Pluit dengan hasil post
craniotomy dan radiasi di daerah cortical dan sub cortical parietal kanan,
primary tumor mencurigakan berasal dari massa solid speculated mild metabolic
di daerah paru kiri lobus atas. Lalu pada tanggal 9 Februaru 2016 dilakukan
sidik kelenjar tiroid dengan hasil (struma nodosa) nodul dingin tiroid kiri.
Kemudian pasien diakukan total tiroidektomi pada tanggal 17 Februari 2016,
dengan hasil operasi struma adenimatosa dengan focus papillary thyroid carcinoma
varian follicular. Pada tanggal 17 Maret 2016, dilakukan sidik kelenjar tiroid
kembali dengan masih tampak samar-samar sisa jaringan tiroid fungsional pada
tengah lapang tiroid, pada tanggal 22 Maret 2016 dilakukan sidik seluruh tubuh
dengan menggunakan iodium radioaktif dengan aktivitas 10 mCi dan masih tampak
sisa jaringan tiroid pada lapang tiroid. Karena keluarga pasien kurang yakin
dengan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, maka pada tanggal 21 Juni 2016,
pasien dilakukan pemeriksaan 68Ga-DOTATATE PET/CT di RSUP. Hasan
Sadikin Bandung, dengan hasil pada lapang tiroid menunjukkan tidak adanya
perubahan derajat differensiasi pada lapang tiroid. Saat ini pasien masih minum
euthyrax 1x1 dan iresa 1x1. Euthyrax diminum sejak 7 Juni 2016.
d) Pemeriksaan
fisik (21 Juni 2016) :
Pasien
compos mentis, sakit sedang. Pemeriksaan fisik: tinggi badan 73 cm, berat badan
170 cm, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 79 kali per menit, kepala tidak
terdapat benjolan.
e) Pemeriksaan
penunjang :
ü 2
Desember 2015: MDCT : Massa solid bentuk lobulated, tepi speculated, batas sebagian
tak tegas yang menempel pada fissure interlobaris paru kiri. Multipel nodul
pada hampir seluruh segmen paru kanan kiri.
ü 4
Desember 2015 : USG tiroid : Multiple lesi kistik pada glandula tiroid kanan
(ukuran terbesar ± 0,57 x 0,47 x 0,58 cm) dan kiri (ukuran terbesar ± 0,21 x
0,19 cm) → masih mungkin colloid cyst.
Nodul
kistik bentuk oval batas relatif tegas, tepi reguler dengan bagian padat di
dalamnya (ukuran ± 0,57 x 0,47 x 0,58 cm) pada glandula tiroid kanan.
Limfonodi
pada level 2 (ukuran ± 0,94 cm) dan level 3 (ukuran ± 0,96 cm) regio colli
kanan.
ü 23
Januari 2016 : 18F-FDG PET/CT :
· Post-craniotomi
dan radiasi di daerah cortical dan subcotical parietal kanan, tak dijumpai
relapse mass di daerah tersebut.
· Primary
tumor mencurigakan berasal dari massa solid spiculated mild metabolik di daerah
paru kiri lobus atas dengan ukuran ± 14,8 x 32,7 x 19,7 mm yang menempel pada
fissura interlobaris kiri disertai pneumonitis obstruksi ringan sekitarnya.
· Tampak
pula lymphangitic carcinomatosa di daerah fissura interlobaris paru kiri.
· Multiple
pembesaran kelenjar yang non sampai dengan low metabolic di daerah subaortic
dapat berupa reactive lymph node atau proses metastasis. Penebalan low
metabolic pleura paru kiri disertai pleura effusi dapat dijumpai pada pleural
metastasis.
·
Fokal skerotik non metabolik di daerah
manubrium sterni, os iliaca bilateral, tuber ischiadica kiri, caput femoris
kiri, corpus VC6, VTh5, VTh10, VL5, os sacrum kanan dapat dijumpai pada
metastasis osteoblastik.
·
Lesi hipodens non-metabolik
intra-hepatik lobus kanan segmen 8 lebih sebagai lesi aspek benign.
·
Nephrocalcinosis di daerah renal kanan
pole atas disertai calcifield renal cyst ginjal kanan pole bawah.
ü 9
Februari 2016 : SKG di RSUP. Kariadi Semarang : struma nodosa (cold nodul) pada
lobus kiri atas.

ü 17
Maret 2016 : SKG pasca-total tiroidektomi: masih tampak samar sisa jaringan
tiroid di tengah lapang tiroid.
ü 22
Maret 2016 : SST diagnostik 10 mCi :
masih tampak sisa jaringan tiroid pada lapang tiroid.
ü 21
Juni 2016 : PET/CT 68Gallium Dotatate : Tidak adanya penangkapan
Ga-68 DOTATATE pada lapang tiroid menunjukkan tidak adanya perubahan derajat
diferensiasi pada lapang tiroid.
Catatan
: pasien dilakukan Ga-68 DOTATATE PET/CT untuk memastikan memastikan adanya
neuroendokrin tumor pada pasien.
ü 26
September 2016 : Laboratorium :
TSH sensitif : 23.62 uIU/ml
Tiroglobulin : 0.32 ng/ml
Anti tiroglobulin : <10 IU/ml
ü 3
Oktober 2016 : Radiotiroablasi NaI-131 150 mCi : Masih tampak sisa jaringan
tiroid fungsional pada lapang tiroid.
PEMBAHASAN
3.1 Well differentiated thyroid carcinoma
Sekitar 90% kanker tiroid merupan well differentiated thyroid carcinoma. Tumor ini dapat
muncul pada usia berapa saja, rata-rata berusia 40 tahun. Karsinoma tiroid
papiler dilaporkan lebih dari 90% merupakan keganasan tiroid yang menyerang
anak-anak. Pada 5-10% kasus, dijumpai riwayat terpapar radiasi pengion pada
leher.
Karsinoma tiroid digolongkan menjadi empat jenis berdasarkan
gambaran mikroskopik, yakni papilari, folikular, medulari dan anaplastik. Tipe
papilari, folikular dan anaplastik berasal dari epitel folikel tiroid,
sedangkan tipe medulari berasal dari sel-sel pensekresi yaitu kalsitonin dan
parafolikuler (sel C antara kar). Campuran karsinoma papilari dan folikular
dapat juga terjadi, tetapi bersifat persis menyerupai karsinoma papilari murni.
Pada karsinoma papiler varian folikuler terdapat 70%
gambaran histopatologis terdiri komponen folikel neoplastik. Seperti neoplasma
yang sering kecil dan biasanya lebih sedikit fibrotic atau kistik daripada karsinoma
papiler, tetapi lebih banyak koloid dan ukuran folikel bervariasi. Jika
sebagian folikel yang berukuran sedang hingga besar maka koloid akan banyak.
Varian folikuler ditandai dengan adanya encapsulation pada tumor, dengan tingkat yang relatif rendah dengan
metastasis kelenjar getah bening dibandingkan dengan kanker tiroid papiler.
3.2 Tatalaksana terapi
radiotiroablasi pada pasien kanker tiroid
Terapi radiotiroablasi dengan menggunakan 131NaI digunakan untuk pasien dengan well-differentiated
thyroid cancer seperti papiler dan folikuler untuk mengablasi jaringan
tiroid atau untuk menghancurkan lesi metastatik. Diagnostic whole body scan dengan menggunakan 123I atau 131I
(DxWBS) dapat digunakan untuk mendeteksi penyakit yang persisten sebelum terapi
radiotiroablasi dengan menggunakan 131I. DxWBS biasanya
dilakukan 4 sampai 6 minggu pasca-tiroidektomi untuk mendeteksi adanya sisa
jaringan tiroid dan kemungkinan adanya
metastasis jauh. DxWBS ini digunakan untuk menetukan dosis yang
diperlukan untuk mengablasi, tergantung dari jumlah sisa jaringan tiroid dan
adanya kecurigaan adanya fokus-fokus metastasis. Pasca-terapi 131I
whole body scan (RxWBS) dapat
dilakukan setelah terapi iodium radioaktif menggunakan 131I.
Pasca-terapi I-131whole
body scan (RxWBS) biasanya digunakan untuk mendeteksi dan menentukan
lokasi, atau untuk menghabiskan sisa jaringan tiroid, persisten atau kekambuhan
lokal atau metastasis jauh pada pasien yang telah mendapatkan terapi 131I.
Beberapa studi menunjukkan bahwa kemampuan deteksi lebih baik pada RxWBS daripada
DxWBS. Sehingga, stadium dapat berubah setelah dilakukan RxWBS. Fatourechi dkk
melaporkan, 13% dari 117 pasien kanker tiroid papiler menunjukkan fokus
abnormal pada RxWBS, hal tersebut tidak terlihat pada saat DxWBS (3 mCi). RxWBS
dapat merubah strategi menejemen pada 9% dari 81 pasien. Souza Rosario dkk
melaporkan, bahwa ablasi pertama merubah stadium pada 8.3% pasien dan terapi
lain sebanyak 15% dari 106 pasien. Mereka juga melaporkan, bahwa RxWBS dapat
menunjukkan informasi klinis secara relevan pada 26% pasien yang sebelumnya
telah dilakukan ablasi satu kali.
Donahue dkk melaporkan, bahwa RxWBS dapat menemukan lebih
banyak lesi pada 18% dari 108 pasien dan secara klinis stadium menjadi
meningkat pada 10% pasien dibandingkan DxWBS.
Beberapa indikasi dilakukan RxWBS :
1.
Adanya
metastasis lokoregional.
2.
Adanya
metastasis jauh dapat merubah strategi pengobatan.
3.
RxWBS
lebih baik dalam mendeteksi adanya sisa atau lesi metastasis daripada DxWBS
Menurut American Thyroid Association tahun 2015, terdapat 4
kategori respon terapi:
a) Excellent
response : secara
klinis, biokimia atau pencitraan normal
b) Biochemical
incomplete response
: tiroglobulin abnormal atau peningkatan respon antibodi anti-tiroglobulin,
tetapi tidak ditemukan lesi pada pencitraannya.
c) Structural
incomplete response
: persisten atau teridentifikasi adanya metastasis lokoregional atau metastasis
jauh
d) Indeterminate
response : tidak
spesifik secara biokimia atau secara pencitraan tidak dapat diklasifikasikan
sebagai keganasan atau bukan.
Kejadian
dan prevalensi secara umum, sebanyak 1/3 nya telah diamati dan ditemukan
sekitar 33% pasien dengan keganasan akan berkembang menjadi second primery tumor. Pada sistem organ
yang terpapar zat karsinogenik yang sama memiliki kesempatan yang lebih besar
untuk berubah menjadi suatu keganasan. Salah satu contoh hal yang paling jelas
dari konsep ini adalah kanker kepala dan leher dengan keganasan di paru.
Penjelasan lain untuk second primary
tumor adalah adanya faktor genetik untuk kanker multiorgan.
Robbert
B dkk, mempelajari gen kepekaan kanker
multiorgan, protein CHEK2 pada 4008 kasus kanker dan 4000 kontrol. Protein CHEK2
ini berpartisipasi dalam respon kerusakan DNA pada banyak tipe sel. Varian
I157T dikaitkan dengan risiko terkena kanker payudara, kanker colon, kanker ginjal, kanker prostat dan kanker tiroid. Oleh
karena itu, Robbert B
dkk, menyimpulkan bahwa kanker yang
terkait dengan mutasi gen CHEK2 mungkin jauh lebih besar daripada yang
diperkirakan sebelumnya.
Insiden kanker payudara meningkat pada wanita yang memiliki kanker tiroid.
Secara
keseluruhan, peningkatan penggunaan obat sitostatik dapat meningkatkan resiko keganasan
primer baru.
Christianne
dkk, menyebutkan bahwa pada pasien dengan second
primery tumor yang berada di paru memiliki low –stage lung carcinoma (stage
1 dan 2) sebanyak 42%.
3.3 68Ga DOTA PET/CT
Pazaitou-Panayiotou dkk dalam studinya, bahwa ekspresi
somatostatin subtipe reseptor terjadi
pada 47 kasus tioid non-meduler karsinoma, sehingga memberikan dasar
untuk pengembangan dalam pencitraan dan terapi dengan menggunakan analog somatostatin
untuk pasien kanker tiroid yang tidak berhasil dalam terapi dengan menggunakan
terapi konvensional. Ekspresi somatostatin reseptor terdapat 5 subtipe, tetapi
subtipe 2 dan 3 paling banyak ditemukan pada karsinoma tiroid non-medulare.
Somatostatis reseptor diekspresikan oleh tumor berdasarkan affinitasnya yang
tinggi merupakan komponen yang penting. Somatostatin reseptor adalah
neuropeptide yang di presentasikan di dalam neurons dan sel endokrin, mempunyai
densitas yang tinggi di dalam otak, peripheral
neurons, endocrine pancreas dan
traktus gastrointestinal.
Neuroendocrine tumor
(NET) adalah neoplasma yang tumbuh dari sel endokrin yang berasa di dalam
glandula (medulla adrenal, pituitary, paratiroid) atau dari endocrine islets di
dalam tiroid, pankreas, sistem pernafasan, dan traktus gastrointestinal.
Mayoritas NET mengekspresikan somatostatin reseptor, sehingga efektif digunakan
dalam pencitraan dengan menggunakan raiolabelled somatostatin reseptor.
Skintigrafi dengan menggunakan radiolabelled analog
somatostatin reseptor, pertama menggunakan 123I dan diikuti 111I
dan 99mTc. Rata-rata dapat mendeteksi 50% dan 100% kelainan NET.
Metode ini juga memberi informasi tentang somatostatin reseptor, dan berpotensi
dalam terapi dengan octreotida atau analog somatostatin reseptor lainnya.
Walaupun skintigrafi somatostatin reseptor menunjukkan
keberhasilan terapi yang tinggi untuk whole
body imaging, tetapi mempunyai keterbatasan pada organ-organ dengan uptake fisiologis yang tinggi seperti :
liver dan deteksi lesi yang lebih kecil dikarenakan resolusi kamera SPECT. PET
dengan 68Ga-DOTA-conjugated peptides (68Ga-DOTA-TOC, 68Ga-DOTA-NOC,
68Ga-DOTA-TATE). Walaupun semua 68Ga-DOTA dapat berikatan
dengan somatostatin reseptor 2, tetapi mempunyai afinitas yang berbeda-beda. 68Ga-DOTA-NOC
mempunyai afinitas yang baik untuk somatostatin reseptor 3 dan 5, 68Ga-DOTA-TOC
untuk somatostatin reseptor 5, 68Ga-DOTA-TATE dominant untuk
somatostatin reseptor 2.
Beberapa tumor dengan ekspresi somatostatin reseptor tinggi:
a. Gastroenteropancreatic tumor
b. Sympathoadrenal system tumor
c. Medullary thyroid carcinoma
d. Pituitary adenoma
e. Medulloblastoma
f. Merkel cell carcinoma
g. Small-cell lung cancer
h. Meningioma
Beberapa
tumor dengan ekspresi somatostatin reseptor rendah :
a.
Breast
carcinoma
b.
Melanoma
c.
Lymphoma
d.
Prostate
carcinoma
e.
Non
small cell lung cancer
f.
Sarcoma
g.
Renal
cell carcinoma
h.
Differentiated
thyroid carcinoma
i.
Astrocytoma
j.
Ependymoma
68Ga-DOTA-conjugated peptide PET/CT
dapat digunakan untuk:
a. Lokalisasi tumor primer dan
mendeteksi metastasis
b. Follow-up patients untuk mengetahui
residual, recurrent atau progresifitas penyakit
c. Menentukan somatostatin reseptor
secara visual
d. Untuk persiapan terapi radionuklida
(dengan 177Lu atau 90Y-DOTA-peptide)
3.4 Nodul solid paru
Nodul solid paru merupakan nodul
berbentuk bulat atau oval dengan ukuran diameter kurang dari 3 cm yang dikelilingi oleh parenkim paru dan
tidak ada hubungannya dengan limfadenopati, atelektasis atau pneumonia. Lesi
lebih dari 3 cm tidak termasuk dalam nodul solid paru, karena lesi ini biasanya
malignant. Kejadian nodul solid paru terjadi sekitar 0.2% dari chest x-ray.
Beberapa studi telah dilakukan untuk mengetahui nodul solid
paru yang “indeterminate”. Keadaan klinis seperti umur pasien, riwayat
keganasan, symptom, riwayat merokok perlu dipertimbangkan. Evaluasi solid nodul
pada paru dengan menggunakan teknik pencitraan konvensional dapat membantu
membedakan lesi jinak dengan lesi ganas.
Berdasarkan material kontras- enhanced CT, nodul dengan HU dengan lebih dari/sama dengan 15
prediktif lesi benign, sedangkan peningkatan HU sebesar 20 sugestif lesi
malignant. Jika tidak ada
temuan morfologi jinak yang pasti, nodul paru soliter diklasifikasikan sebagai
lesi “indeterminate”, dapat dimungkinkan sebagai malignant.
Pada 18F-FDG PET/CT
dengan penangkapan 18F-FDG rendah cenderung lesi benign, sedangkan
penangkapan 18F-FDG tinggi cenderung suatu malignant
KESIMPULAN
1.
Banyak
pencitraan yang dapat dilakukan dalam tatalaksana pasien kanker tiroid, seperti
sidik kelenjar tiroid, whole body scan
dengan menggunakan 131NaI, 68Galium-dota, 18F-FDG
PET/CT.
2.
Sidik
kelenjar tiroid dapat dilakukan pada pasien kanker tiroid pada pasca-total
tiroidektomi untuk melihat sisa jaringan tiroid fungsional. Bila sidik kelenjar
tiroid tampak samar-samar, dapat dilakukan whole
body scan dengan menggunakan 131NaI.
3.
Selain
itu, spesifisitas tiroglobulin sebagai tumor
marker meningkat dan sensitifitas whole
body scan juga meningkat dengan adanya sisa jaringan tiroid yang dapat
menunjukkan adanya lesi keganasan atau adanya metastasis.
4.
Pada
nodul paru yang “indeterminate”, pemeriksaan yang diperlukan untuk memastikan
adalah needle aspiration biopsy bila
memungkinkan.
5.
Pada
18F-FDG PET/CT dengan penangkapan 18F-FDG rendah
cenderung lesi benign, sedangkan penangkapan 18F-FDG tinggi
cenderung suatu malignant.
DAFTAR PUSTAKA
1.
DeLellis A. Ronald, Llyod V. Ricardo, Heitz U. Philipp, Eng Charis. Pathology
ang Genetics. Tumours of Endocrine Organs. Worls Health Organization
Classification of Tumours. IARC Press. Lyon. 2004. P. 57-66.
2.
Chandrasoma
et al, , Concise Pathology. 3rd edition. Prentice-Hall
International, Inc. 1998. P. 850-52
3.
Kumar
Vinay, Cotran S. Ramzi, Robbins L. Stanley. Robbins Basic Pathology. 8th
Edition. W.B Saunders Company. Philadelphia. Pennsylvania. 2007. P.767-68.
4.
Rosai
Juan. Ackerman Surgical Pathology. 8th Edition. Mosby. New York.
1996. P. 514-25
5.
Leonard
Wartofsky, Douglas Van Nostrand. Thyroid cancer. Second Adition. New Jersey.
2006. 85-87
6.
Ho-Chun
Song, Ari Chong. Post-therapeutic I-131 whole body scan in patients with
differentiated thyidro cancer. 2005. Nuclear medicine. p: 231-250
7.
Giorgio
T. Expression of somatostatin receptors may guide the use of somatostatin
receptor imaging and therapy in differentiated thyroid cancer. 2012. Hormones.
p: 230-232
8.
Fred
J Guiberteau, Milton A Mettler. Essentials of Nuclear Medicine Imaging 6th
Edition. Elsevier Saunders. 2012. p: 99-130
9.
Alice
C Chiu, Ebrahim. Prognosis and treatment of brain metastases in thyroid
carcinoma. Journal of clinical endocrinology and metabolism. 1997. p: 3637-3642
10.
Irene
Virgolini, Valentina Ambrosini. Procedure guidelines for PET/CT tumour imaging
with Ga-68 DOTA-conjugated peptides: Ga-68-DOTA-TOC,Ga-68-DOTA-NOC,
Ga-68-DOTA-TATE. Eur J nucl Med Mol Imaging. 2010. p: 2004-2010
11.
Deepu Daniel, Lea Delumpa. Papillary Thyroid
Cancer and Lung Adenocarcinoma Presenting as Two Primary Malignancies in a
Patient with Symptomatic Goiter. 2015. p: 1-5
12.
Helen, Winer Muram. The solitary
pulmonary nodule. Radiology. 2006. p: 34-49
13.
Jeremy J, Page McAdam. Solitary
pulmonary nodules part II. Evaluation of the indeterminate nodule. Scientific
exhibit. 2000. p: 59-66
14.
Jeremy J, John E Connoly. Solitary
pulmonary nodule: part I. Morphologic evaluation for differentiated of benign
and malignant lesion. Scientific exhibit. 2000. p: 43-58
15.
Robbert B, Jan Smit. The incidence of
second primary tumors in thyroid cancer patients is increased, but not related
to treatment of thyroid cancer. European journal of endocrinology. 2006. p:
801-806
16.
Christianner, Marcel. Second primary
tumors involving non-small cell lung cancer, prevalence and its influence on
survival. 2004. p: 1152-1158
No comments:
Post a Comment