Anatomi dan
Fisiologi Paru
Arteri pulmonal utama dibagi dua ke setiap paru
mengikuti pembagian bronkus dan bronkiolus ke tingkat alveoli. Alveolus dipasok
oleh arteriole paru terminal yang kemudian menjadi kapiler. Kapiler yang
mengelilingi alveoli berdiameter 7-10 µm . Paru-paru juga menerima darah
dari aorta melalui arteri bronchial, yang mengikuti cabang bronkial sampai bronchioles
pernafasan. Arteri bronchial anastomosis pada tingkat kapiler dengan sirkulasi
pulmonal dan sebagian besar darah dari arteri pulmonalis. Sirkulasi bronchial memasok
sekitar 5% aliran darah ke paru dalam keadaan normal.
Trakhea dibagi menjadi bronkus utama kanan dan
kiri lalu dibagi menjadi bronkus utama kanan dan kiri lalu dibagi menjadi
bentuk bronkus lobaris. Pembagian lobaris disebelah kanan adalah bronki atas,
tengah, dan bawah. Disebelah kiri, hanya ada bronki atas dan bawah. Lobus
dibagi lagi menjadi segmen berdasarkan anatomi bronco-pulmonal. Lobus dibagi
menjadi segmen-segmen berdasarkan anatomi bronkopulmonal. Pengetahuan tentang
anatomi lobus dan segmen paru sangat penting untuk interpretasi gambar radionuklida
paru yang akurat.
Orang dewasa memiliki sekitar 250 sampai 400 juta
alveoli, dengan diameter rata-rata 150 µm per alveolus. Penting diingat bahwa
jalur anatomi langsung bukanlah satu-satunya cara dimana udara dapat masuk ke
alveoli. Jika bronkiole tersumbat, udara bisa masuk ke alveoli distal melalui
pori-pori Khon. Saluran Lambert menghubungkan bronkiole pernafasan dan sauran alveolar.
Kedua jalur ini memungkinkan adanya ventilasi kolateral di paru-paru perifer,
dan mencegah ternjadinya kolaps pada segmen-segmen yang tersumbat.
Radiofarmaka
v Perfusion Imaging Agent
1.
Tc-99m MAA (
macroaggregated albumin)
a) Terlokalisasi
secara mekanik pada kapiler yang tersumbat
b) Ukuran
partikel Tc-99m MAA 5-100 µm
c) Memiliki
waktu paruh biologis di paru-paru 2-4 jam
d) Setidaknya
30 menit setelah dibuat harus segera diinjeksikan
e) Pemberian
dosis pada orang dewasa 3 mCi-5 mCi (111 sampai 185 MBq); anak-anak 0,03 mCi
sampai 0,07 mCi (1,1 sampai 2,6 MBg) per kg berat badan.
f) Dosis
serap di paru-paru 0,5 rad (5 mGy) untuk dosis 3 mCi (111 MBq)
g) Jumlah
partikel optimal 200.000 sampai 600.000; minimal 100.000 partikel
h) Sebelum
diinjeksikan Tc-99m MAA harus dibolak-balik 900 berlahan untuk
memastikan pencampurannya
i)
Saat diinjeksikan berlahan, agar distribusi partikel homogeny
j)
Jangan lakukan aspirasi saat jarum masuk ke pembuluh
darah karena akan berpengaruh terhadap hasil pencitraan
k) Kontra
indikasi relatif untuk dilakukan perfusi scan adalah hipertensi pulmonal yang
berat, karena dapat menyebabkan sumbatan baru pada kapiler yang secara akut
dapat memperburuk kondisi dan komplikasi janntung
l)
Perhatian juga diberikan pada pasien dengan “shunt
right to left”, walaupun efek buruk pada sirkulasi koroner dan serebral jarang
terjadi. Sebaiknya jumlah partikel dikurangi menjadi 100.000 sampai 200.000.
Adanya “shunt right to left” dapat dengan mudah dilihat dari posterior pada
ginjal dan adanya gambaran radioaktivitas di proyeksi kepala yaitu di otak


v Ventilation Imaging Agent
1.
Radiolabeled
aerosol
a) Tc-99m
DTPA aerosol diinjeksi dengan dosis 30 mCi (1,1 GBq) volume 2 mL dimasukkan ke
dalam nebulizer. “Oksigen tube” kemudian dihubungkan ke prot samping, dan
oksigen disuplai memalui “flow meter”. Laju aliran 7 sampai 10 l/menit, Pasien
dalam posis supine dan bernafas pada volume tidal selama 3-5 menit
b) Waktu
paruh 45-60 menit -> pasien tidak merokok
c) Waktu
paruh 20 menit -> pasien merokok
d) Kelemahan
: sedikit aktivitas Tc-99m DTPA yang masuk ke pasien (2%-10%), biasanya di dalam nebulizer 30 mCi hanya 1 sampai 2
mCi yang masuk ke pasien
e) Pemeriksaan
tidak bisa dilakukan dalam 1 hari (one day protocol)
2.
Radioactive gases
a)
Xe-133 merupakan isotop utama untuk penilaian
ventilasi
ü Relatif
murah, memiliki waktu paruh 5,3 hari, energi gamma 81 keV (energy rendah ini
menyebabkan setengahnya dapat atenuasi oleh jaringan paru sehingga dapat
menghasilkan artefak substansial, untuk menghindari artefak ini sehingga posis
pencitraan dilakukan dari posterior
b)
Krypton-81m
ü Mempunyai
waktu paruh 13 detik
ü Dapat
dilakukan dalam 1 hari (one day protocol)
3.
Tc-99m technegas
Pulmonary Emboli
Diagnosis pulmonary emboli dengan V/Q scan
didasarkan pada ketidak cocokan (mismatched) antara ventilasi dan perfusi
akibat penyumbatan aliran darah ateri segmental pulmonal oleh emboli.
Pada perfusi scan, partikel MAA tidak dapat
memasuki kapiler distal ke arteri oklusi, sehingga bagian paru yang disuplai
oleh arteri yang terlibat muncuk sebagai defek perfusi. Karena ventilasi
umumnya tidak berpengaruh, gambaran ventilasi tetap normal dalam distribusi
yang sama
Khas PE -> bentuk seperti baju, defek
segmental
Defek segmental -> melibatkan semua/sebagian
segmen anatomi bronkopulmoner
DD / Defek perfusi :
1. PE
2. Bulla/cyst
3. Localized
hipoksia krn asma
4. Surgery
(pneumobectomy)
5. Efusi
pleura
6. Tumor
7. Metastasis
8. Hilar
adenopaty
9. Pulmonary
arteri atresia
10. Fibrosing
mediastinitis
11. Radiator
terapi
12. Pneumonia
13. Pulmonary
edema
14. Atelektasis
15. Fibrosis
16. Vasculitis
Modified PIOPED II :
1. High
probability : ≥2 defek
segmental
PE >90%
Bilateral 85%
2. Very
low probability : PE < 10%
Non segmental abnormal
Stripe line : garis tipis pada jaringan paru, antara
daerah yang defek perfusi dengan permukaan pleura
Stripe line sering terjadi pada emfisema, bukan
PE
Fissure sign biasanya terlihat bila pleura ada
cairan difusa tetapi juga bisa terlihat pada fisura pleura yang menebal, sering
terjadi pada COPD
Pada COPD V/Q scan kurang sensitive
Gold standar PE à CTPA tapi jarang
Spesifisitas CTPA lebih besar dari pada V/Q
Hipoplastic/absent
left pulmonary artery
Pulmonary
hypertension
->tekanan arteri pulmonal lebih dari 25 mmHg
saat jantung kanan dilakukan kateterisasi
Dapat disebabkan oleh
-
Primary ( idiopatic) pulmonary hypertensi
-
Chronic tromboemboli
-
Left heart disease
-
Pulmonary parenchymal diseases
Pulmonary hypertension yang tidak diterapi
(>30 mmHg) mempunyai 5-year survival rate 30%
Kurang dari 5% kasus dikarenakan kejadian
tromboemboli -> diterapi dengan pulmonary endarterectomy
Pada pulmonary hypertension, V/Q scan lebih sensitive
daripada CTPA
Parenkim yang disebabkan pulmonary hypertension
biasanya mempunyai defek yang sama ( matched defect)
Sumber : Fred A. Essensial of Nuclear Medicine
Sumber : Fred A. Essensial of Nuclear Medicine
No comments:
Post a Comment