Referat ke-1 (dr. Lisa H)
Tiroid
merupakan suatu kelenjar endokrin terbesar. Kelenjar tersebut memproduksi
hormon tiroid yang selain berfungsi untuk mengatur metabolisme juga untuk
pertumbuhan dan differensiasi sel. Fungsi dan struktur kelenjar tiroid juga dapat
dievaluasi dengan menggunakan pemeriksaan uji tangkap tiroid dan skintigrafi. Radiofarmaka yang banyak digunakan untuk uji
tangkap dan skintigrafi adalah iodium radioaktif dan Tc-99m pertechnetate.
Iodium radioaktif adalah radiofarmaka ideal untuk menilai status fungsi
kelenjar tiroid, karena selain ditrapping oleh kelenjar tiroid, juga mengalami
organifikasi.
Iodium
merupakan bahan baku pembentukan hormon tiroid. Dalam proses pembentukan hormon
tersebut, iodium akan menjalani dua tahapan
yaitu trapping dan organifikasi. Berbeda dengan iodium, walaupun pertechnetate
bukan merupakan bahan baku hormon, namun juga akan ditangkap oleh kelenjar
tiroid tetapi hanya sampai pada tahap trapping. Kemampuan kelenjar tiroid
menangkap (mengambil / uptake) iodium dan pertechnetate akan menggambarkan
kinetika kedua senyawa tersebut dalam kelenjar.
Berdasarkan
kemampuan penangkapan tersebut dapat dilakukan pencitraan morfologi kelenjar tiroid (sidik kelenjar tiroid /
skintigrafi) dan secara tidak langsung fungsi kelenjar tiroid yaitu dengan
mengukur persentase penangkapan pada waktu-waktu tertentu (uji tangkap tiroid /
uji ambilan tiroid / tiroid uptake test).
Sama
halnya dengan sidik kelenjar tiroid, dasar dari uji tangkap tiroid adalah
penilaian kemampuan kelenjar tiroid untuk menangkap (mengambil, uptake) iodium
atau pertechnetate. Uji tangkap tiroid adalah persentase penangkapan kedua
radiofarmaka tersebut pada waktu-waktu tertentu dibandingkan dengan dosis yang
diberikan.
Iodium
radioaktif telah digunakan sejak 30
tahun yang lalu dalam pemeriksaan uji tangkap tiroid dan merupakan agen utama
pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid. Tc-99m pertechnetate walau bukan agen
utama, tetapi karena kemudahan penyiapan dan harganya, sehingga banyak
digunakan untuk pencitraan kelenjar tiroid. Meskipun pemeriksaan fungsional kelenjar
tiroid secara invitro sudah banyak dilakukan, namun uji tangkap tiroid dan
skintigrafi masih memegang peranan penting, seperti untuk menentukan dosis aktivitas NaI-131 untuk terapi pasien hipertiroidisme, menentukan status fungsional dari kelenjar tiroid dan
membedakan bentuk-bentuk hipertiroidism (tiroiditis, hipertiroidisme factitious, dan Graves’ disease).
Sesuai rekomendasi IAEA (1972), uji tangkap tiroid
dibagi atas uji tangkap dini (early uptake test) dan uji tangkap lanjut (late
uptake test).
Uji tangkap dini dilakukan menggunakan radiofarmaka 99mTc- pertechnetate atau
I-131 dan menggambarkan fungsi trapping. Uji tangkap lanjut menggunakan radiofarmaka I-131 dan menggambarkan fungsi organifikasi.
Angka penangkapan iodium atau pertechnetate secara tidak langsung menggambarkan fungsi kelenjar tiroid.
Uji tangkap dini dilakukan menggunakan radiofarmaka 99mTc- pertechnetate atau
I-131 dan menggambarkan fungsi trapping. Uji tangkap lanjut menggunakan radiofarmaka I-131 dan menggambarkan fungsi organifikasi.
Angka penangkapan iodium atau pertechnetate secara tidak langsung menggambarkan fungsi kelenjar tiroid.
(UPTAKE TIROID
TEST)
Prinsip dan metodologi
Era
kedokteran nuklir dimulai dengan pemeriksaan uji tangkap iodium radioaktif.
Pada tahun 1940, Hamilton melaporkan
pemeriksaan eksternal dari ambilan iodium radioaktif kelenjar tiroid dengan menggunakan Geiger counter. Pemeriksaan uji tangkap
iodium radioaktif 24 jam diperkenalkan oleh Werner
pada tahun 1950 sebagai metode untuk menilai fungsi kelenjar tiroid. Pemeriksaan
fungsi dari kelenjar tiroid secara
invivo banyak dilakukan berdasarkan pemeriksaan uji tangkap iodium radioaktif.
Untuk
memahami prinsip dari pemeriksaan uji tangkap iodium radioaktif, perlu
diketahui bahwa pool iodium inorganik bersifat statik dan mengandung 445 ug iodium
(75 ug konstan ditambah diet/intake harian
370 ug). Kelenjar tiroid menggunakan sekitar 85 ug iodium perhari yaitu sekitar
20% dari total iodium inorganik (85 ug dari 445 ug iodium).
Iodium
radioaktif I-123 atau I-131 digunakan sebagai perunut dari pool iodium inorganik.
Sebagai perunut, I-123 atau I-131 akan diabsorbsi oleh traktus
gastro-intestinal dan akan bergabung dengan pool iodium inorganik.
Uji
tangkap iodium radioaktif adalah cacahan iodium radioaktif di kelenjar tiroid
dibandingkan dengan cacahan iodium radioaktif di pool iodium inorganik.
Mekanisme uji tangkap
iodium oleh kelenjar
tiroid
Proses ambilan / uptake iodium dimulai dari masuknya iodide
dari kapiler kedalam sel folikel tiroid.
Proses ini terjadi karena adanya
perbedaan
aktivitas kimia dan listrik Na+/
K+ ATPase dimana satu iodide diangkut dengan dua ion natrium
dengan peranan Natrium
Iodide Symporter (NIS) yang ada di membran basal sel folikel. Iodide dalam sel folikel bergerak menuju
membran apikal kemudian masuk kedalam lumen folikel dan mengalami oksidasi
menjadi iodine oleh enzim peroksidase. Iodinasi
residu tirosin dan organifikasi terjadi di molekul tiroglobulin dan hormone tiroid diekskresikan ke sirkulasi
dalam bentuk Tetraiodotironine (T4) dan Triiodotironine (T3).
Absorbsi dan metabolisme iodium
Absorbsi
dan metabolism iodium peroral terjadi cepat dan hampir seluruhnya (>90 %) diabsorbsi
dari duodenum ke dalam darah dan sebagian besar iodium diekskresikan oleh
ginjal.
Sekitar
seperlima (20%) dari iodium yang diabsorbsi, akan diambil oleh sel folikel
tiroid dan digunakan untuk sintesa hormon tiroid, namun clearance iodium
bervariasi, tergantung dari asupan iodium. Pada kondisi intake iodium yang cukup, ≤ 10% dari iodium yang diabsorbsi akan diambil
oleh tiroid sedangkan pada defisiensi
iodium kronis bisa lebih dari 80%.
Membran
basal sel folikel tiroid mampu secara aktif mengangkut iodide ke dalam sel (melawan
gradient konsentrasi) dengan peranan NIS,
dimana satu iodide diangkut dengan dua ion natrium. Proses akumulasi
iodium dalam sel folikel tiroid disebut trapping
iodium dan keberadaan NIS sangat penting untuk proses tersebut. Hormon tiroid
diproduksi melalui proses oksidasi, organifikasi dan coupling di kelenjar tiroid.
NIS (Sodium Iodide Symporter)
NIS
adalah 13 transmembrane domain protein dengan ekstra cellular amino dan intracellular
carboxyl-terminus. Ekspresi gen NIS terutama diatur oleh Tiroid Stimulating Hormone
(TSH). Pengikatan TSH ke TSH reseptor mengaktifkan NIS, dan mengontrol translokasi dan retensi NIS pada membrane basal,
sehingga dapat meningkatkan ambilan iodide. Selain di sel folikel tiroid, ekspresi NIS juga dijumpai pada jaringan
ekstratiroid seperti kelenjar ludah, mukosa lambung, kelenjar susu dll. Oleh
karena itu jaringan ekstratiroid tersebut juga dapat mengambil iodide. Namun
berbeda dengan sel folikel tiroid, dimana tidak ada retensi iodide dalam waktu
lama dan tidak dipengaruhi oleh TSH.
Test uji tangkap iodium
radioaktif
Test uji tangkap tiroid dengan iodium radioaktif sudah
digunakan selama beberapa tahun untuk menilai status fungsional kelenjar
tiroid.
Konstanta
pool iodium inorganik adalah 75 ug, ditambah dengan 370 ug dari diet perhari.
Perunut Iodium radioaktif bergabung
dengan seluruh pool iodium inorganik yang berjumlah 445 ug (100%). Kelenjar
tiroid normal menggunakan iodium perhari sebanyak 85 ug (20%).
Besar
pool iodium inorganik pada setiap orang tidak sama dan berbanding terbalik
dengan nilai uji tangkap iodium
radioaktif. Nilai normal tersebut bervariasi tergantung letak geografis dan
jumlah intake iodium perhari.
Berdasarkan
teori, nilai uji tangkap iodium radioaktif adalah 19% (85
ug dari 445 ug), sedangkan nilai normal uji tangkap iodium radioaktif berdasarkan pemeriksaan dari berbagai institusi dapat bervariasi antara 10-35%.
Perunut
iodium radioaktif dapat
diberikan secara oral berupa kapsul atau cairan. Agar pemeriksaan uji tangkap iodium
radioaktif diantara beberapa laboratorium menjadi akurat
dan konsisten,
maka kapsul atau cairan iodium radioaktif dihitung dengan cara diletakkan pada phantom
leher Lucite, dimana phantom leher
tersebut mempunyai scatter dan attenuasi yang mirip dengan leher
manusia.
Uji
tangkap tiroid adalah pengukuran sebagian kecil iodium radioaktif dari jumlah
yang diberikan yang terakumulasi di tiroid pada waktu yang terpilih, dengan iodium diberikan secara per oral.
1960,
IAEA (International Atomic Energy Agency)
membuat prosedur standarisasi untuk pengukuran uji tangkap tiroid dengan menggunakan radiofarmaka Tc-99m Pertechnetate dan
iodium radioaktif, dikenal dengan nama “1960
recommendation“. Pada tahun 1970, IAEA
menyelenggarakan panel kedua untuk memperbaharuhinya.
Berdasarkan rekomendasi
IAEA, Uji tangkap tiroid dibagi 2 yaitu : uji tangkap dini dan uji tangkap
lanjut. Early Uptake Test (Uji
Tangkap Tiroid Dini) adalah pemeriksaan uji tangkap tiroid yang dilakukan 30
menit setelah pemberian perunut iodium radioaktif secara intravena. Pemeriksaan
tersebut menggambarkan fungsi trapping
dari kelenjat tiroid. Sedangkan Late Uptake Test (Uji
Tangkap Tiroid lanjut) adalah pemeriksaan uji tangkap tiroid yang dilakukan 2
jam setelah pemberian perunut iodium radioaktif secara intravena. Pemeriksaan
tersebut menggambarkan fungsi organifikasi
dari kelenjar tiroid.
Uji
tangkap tiroid diukur dalam berbagai interval dari 2, 6 dan 24 jam. Uji tangkap tiroid iodium
radioaktif (I-131) 24 jam merupakan pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid yang
paling sering dilakukan. Nilai
uji tangkap tiroid iodium radioaktif (I-131) 24 jam umumnya dibagi sebagai
berikut : rendah 0-15%; normal 15-45%; tinggi 45-100%.
Nilai
normal dari uji tangkap tiroid secara statistik, tidak ada. Nilai normal uji
tangkap tiroid berbeda tergantung dari asupan iodium dalam makanan dan letak
geografis.
Nilai
normal angka penangkapan tiroid di Departemen Ilmu Kedokteran Nuklir dan
Pencitraan molekuler RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung adalah : angka penangkapan iodium radioaktif (I-131) 2 jam
: 2-15%; 24 jam 20-45% dan angka penangkapan Tc-99m pertechnetate 15 menit :
0.5-5.0%.
Uji
tangkap tiroid dengan Tc-99m pertechnetate
telah direkomendasikan sebagai alternatif untuk uji tangkap dini I-131, untuk
menilai fungsi kelenjar tiroid. Uji tangkap tiroid dengan Tc-99m pertechnetate
digunakan sebagai indeks aktivitas tiroid. Keuntungan lain dari uptake Tc-99m pertechnetate adalah paparan radiasi terhadap
kelenjar tiroid lebih rendah (0.3 rad/mCi atau 1/1000 kali lebih rendah dari pada I-131 dan waktu paruhnya pendek (6 jam), sehingga pemeriksaan tersebut
dapat dilakukan beberapa kali. Uji
tangkap tiroid dengan Tc-99m pertechnetate juga bermanfaat untuk menilai status
fungsi kelenjar tiroid pada penderita hipertiroid yang mendapat terapi Obat
Anti Tiroid / OAT (derivate thiouracil)
karena tidak menghambat trapping iodium. Nilai normal uptake Tc-99m
pertechnetate dari
berbagai
institusi bervariasi antara
0.5-4.0%.
Uji
tangkap tiroid I-131 4 jam berkorelasi baik dengan uji tangkap tiroid Tc-99m pertechnetate
15 menit (koeffisien korelasi 0.94) dan dengan uji tangkap tiroid Tc-99m pertechnetate
30 menit (koefissien korelasi 0.93). Uji tangkap tiroid I-131 24 jam
berkorelasi sedang (moderate) dengan uji tangkap tiroid Tc-99m pertechnetate 15
dan 30 menit (koeffisien korelasi 0.86). Uji
tangkap tiroid Tc-99m pertechnetate 15 dan 30 menit mempunyai nilai yang sama
(koeffisien korelasi 0.99).
Akurasi
diagnostik (hipertiroidisme) antara uji tangkap Tc-99m pertechnetate dengan uji
tangkap I-131tidak berbeda secara signifikan yaitu 98.5% (p>0.5).9 Bila dibandingkan uji tangkap I-131 24 jam, uji
tangkap tiroid dini lebih akurat untuk membedakan individu hipertiroid dari
eutiroid. Diagnosa
hipotiroid tidak dapat ditegakkan baik dengan
uji tangkap tiroid dengan Tc-99m pertechnetate maupun dengan iodium
radioaktif. Uji
tangkap tiroid Tc-99m pertechnetate dan iodium radioaktif dipengaruhi iodium
eksogen, hormon tiroid, dan TSH.
Studi
banding pertama antara Tc-99m pertechnetate
dan I-123 untuk pencitraan tiroid dilakukan oleh Atkins dkk pada awal
tahun 1973. Kedua agen tersebut effektif untuk pencitraan tiroid. Studi banding
kedua agen tersebut menjadi terbatas pada
individu dengan kelenjar tiroid yang normal. Diskrepansi antara pencitraan
Tc-99m pertechnetate dan I-123 banyak
dijumpai pada individu dengan kelenjar tiroid yangabnormal. Pencitraan Tc-99m pertechnetate lebih sensitif untuk mendeteksi struktur
kelenjar tiroid abnormal dan nodul tiroid, sedangkan dengan I-123 diperoleh resolusi
gambar yang lebih baik. Iodium
radioaktif merupakan agen terpilih untuk menilai fungsi kelenjar tiroid dan
nodul tiroid. Spesifitas antara kedua agen tersebut adalah 100%.
Indikasi pemeriksaan uji tangkap
tiroid, berdasarkan guideline prosedur Society of Nuclear
medicine (SNM) edisi
ketiga, 2006 :
1. Panduan
untuk menentukan dosis aktivitas
NaI-131 untuk
terapi pasien hipertiroid yang
disebabkan Graves’
disease dan Toxic Nodular Goiter.
2. Membedakan
tiroiditis subakut/painless,
hipertiroidisme factitious,
Graves’ disease
atau bentuk-bentuk lain dari hipertiroidisme.
3. Menentukan status fungsional dari kelenjar tiroid.
4. Catatan
: pengukuran uptake tiroid mempunyai nilai terbatas untuk mendiagnosis
hipotiroidisme.
Instrumentasi
Saat
ini pencitraan tiroid dengan iodium radioaktif mayoritas menggunakan kamera
gamma. Iodium radioaktif yang paling banyak digunakan adalah I- 123 dan I-131.
I-123 hanya memancarkan sinar gamma
dengan energi gamma 159 keV, sedangkan I-131 memancarkan sinar gamma dan beta
dengan energi
gamma 364 KeV. Karena energi gamma
I-123 dan I-131 berbeda, maka dibutuhkan kolimator yang berbeda juga, yaitu kolimator
energi rendah untuk
I-123 dan kolimator energi tinggi untuk I-131.
I-123 dan kolimator energi tinggi untuk I-131.
Penggunaan
phantom standar leher “Lucite” direkomendasikan untuk menrangsang efek radioaktivitas
ekstratiroid. Phantom ini terbuat dari plastik (fiberglass) dan berbentuk
silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 15 cm, dengan lubang untuk menempatkan
vial standar. Jumlah dosis aktivitas iodium radioaktif yang diberikan kepada penderita harus sama
dengan yang dimasukkan dalam vial standar. Volume dari phantom leher standar
harus sama dengan volume kelenjar tiroid. Detektor yang direkomendasikan untuk
pemeriksaan rutin adalah “scintillation
counter”. Sedangkan “Geiger-Mueller counter” hanya dipakai pada pasien
mendapat terapi radioiodine.
Prosedur
operasional yang direkomendasikan
meliputi beberapa hal, diantaranya : jarak optimal antara sumber dan detektor, waktu pemeriksaan yang optimal,
posisi penderita, efek aktivitas background, radiasi scatter. Jarak antara
sumber dan detektor
antara 20 dan 30 cm. Uptake tiroid lebih baik dilakukan 24 jam setelah
pemberian radiofarmaka. Koreksi radioaktivitas
ekstratiroid di daerah leher dapat dilakukan dengan perhitungan radioaktivitas thigh dan neck dengan lead block (“B”
filter) yang menutupi kelenjar tiroid (1960 recommendations). Sedangkan radiasi scatter dapat dikoreksi dengan meletakkan
lead filter (ketebalan 1.5 mm) di depan detektor.
Di
leher “dummy figure” terdapat lubang
untuk memasukkan “plastic container” di
lokasi tempat kelenjar tiroid. “Plastic
container” ini terdapat dalam berbagai ukuran dan menggambarkan ukuran
kelenjar tiroid (normal atau membesar). Didalam
“plastic container” terdapat lubang
untuk memasukkan “mock radioiodine”. “Mock
container”
ini terdapat dalam berbagai ukuran dan menggambarkan uptake iodium radioaktif
(normal, rendah atau tinggi).
Radiofarmaka
Fungsi utama kelenjar tiroid
adalah trapping dan organifikasi iodium. Perunut yang terbaik untuk pencitraan
kelenjar tiroid adalah perunut iodium, yaitu iodium radioaktif.
Secara
biokimia dan fisiologi, I-131 memiliki sifat yang tidak berbeda dengan iodium
stabil, yang merupakan unsur utama hormon tiroid dan juga terlibat dalam hormogenesis mulai dari proses absorpsi
melalui usus sampai proses trapping
dan organifikasi di kelenjar tiroid.
Secara
fisik I-131 merupakan pemancar beta dan gamma, dengan energi gamma 364 keV dan
waktu paruh 8.4 hari. Karena daya tembusnya yang tinggi, sinar gamma
digunakan untuk diagnostik yaitu pencitraan tiroid, sedangkan partikel beta
digunakan untuk terapi.
Pemeriksaan
dengan I-131 mempunyai kelemahan yaitu paparan radiasi yang tinggi terhadap
kelenjar tiroid. Hal ini disebabkan karena waktu paruhnya yang panjang (8.4
hari) dan pancaran partikel beta. Karena energi gammanya tinggi (364 keV) maka resolusi gambar yang diperoleh
dengan kamera gamma menjadi kurang baik.
I-123
merupakan agen pencitraan ideal untuk fungsi diagnostik kelenjar tiroid. I-123 lebih superior dari Tc-99m
pertechnetate dan pengganti yang baik untuk I-131, karena waktu paruhnya lebih
pendek (13 jam), energi gamma
(159 keV) optimal untuk pencitraan dengan kamera gamma dan tidak memancarkan sinar beta. Akan tetapi harganya mahal dan jarang tersedia karena diproduksi dalam siklotron.
(159 keV) optimal untuk pencitraan dengan kamera gamma dan tidak memancarkan sinar beta. Akan tetapi harganya mahal dan jarang tersedia karena diproduksi dalam siklotron.
Technetium-99m,
bentuk kimia dari pertechnetate (99mTcO4-),
juga digunakan sebagai agen skintigrafi dan uji tangkap tiroid.
99mTc-pertechnetate
banyak digunakan karena waktu paruh yang pendek
(6 jam), retensi di kelenjar tiroid pendek, tidak memancarkan sinar beta, paparan radiasi terhadap kelenjar tiroid lebih rendah (0.3 rad/mCi atau 1/1000 kali lebih rendah dari I-131, energi gamma (140 keV) optimal untuk pencitraan dengan kamera gamma, harganya murah dan cepat tersedia.
(6 jam), retensi di kelenjar tiroid pendek, tidak memancarkan sinar beta, paparan radiasi terhadap kelenjar tiroid lebih rendah (0.3 rad/mCi atau 1/1000 kali lebih rendah dari I-131, energi gamma (140 keV) optimal untuk pencitraan dengan kamera gamma, harganya murah dan cepat tersedia.
Akan
tetapi beberapa klinisi masih menganggap bahwa Tc-99m pertechnetate bukan
merupakan agen pencitraan fungsi kelenjar tiroid, karena radiofarmaka tersebut
bukan merupakan “natural metabolite” dari kelenjar tiroid.
Berbeda
dengan iodium radioaktif, Tc-99m pertechnetate tidak ikut dalam organifikasi,
olehkarena itu tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid. Pada kelenjar tiroid yang ukurannya besar atau letaknya substernal,
pencitraan dengan Tc-99m pertechnetate akan memberikan resolusi gambar yang
kurang baik.
Prosedur
Pemeriksaan,
berdasarkan guideline prosedur Society of Nuclear Medicine (SNM) edisi ketiga,
2006.
Persiapan pasien :
1. Hindari
hal-hal yang menganggu pemeriksaan. Ambilan iodium radioaktif di kelenjar
tiroid dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
a. Hormon
tiroid dan obat anti tiroid.
b. Makanan
yang kaya iodium seperti kepiting, dll
c. Obat
yang mengandung iodium seperti amiodaron, sirup obat batuk, multivitamin, betadine.
d. Terpapar
kontras yang mengandung iodium.
Pengukuran
uptake tiroid
harus ditunda untuk periode waktu yang cukup lama untuk mengeliminasi efek dari faktor-faktor perancu (seperti yang
tercantum pada tabel 1).
Panduan
umum menyatakan bahwa terapi hormon T4 dihentikan untuk 3-4
minggu, terapi hormon T3 dihentikan untuk 2 minggu. Uji tangkap tiroid harus ditunda
lebih dari 3-6 bulan setelah pemberian kontras yang
mengandung iodium, efek dari amiodaron akan menetap selama 3-6 bulan.
Tabel
1. Interval waktu yang direkomendasikan untuk penghentian obat yang
mempengaruhi uptake iodium radioaktif.
Jenis
medikamentosa
|
Interval
waktu penghentian obat yang direkomendasikan
|
Hormon tiroid sintetik alam:
Thyroxine (T4)
Triiodothyronine (T3)
|
3 sampai 4 minggu
10 sampai 14 hari
|
Amiodarone
|
3 sampai 6 bulan
|
Multivitamin
|
6 minggu
|
Larutan lugol, larutan kalium iodide (SSKI)
|
6 minggu
|
Iodium topical
|
6 minggu
|
Agen kontras radiolografik
|
3 sampai dengan 6 bulan tergantung
kandungan iodium
|
Antiseptik dan tetes mata yang mengandung
iodium
|
6 minggu
|
Antitusif dan ekspektoran yang mengandung
iodium
|
2 sampai dengan 4 minggu
|
Dikutip dari : Byeong-Cheol
A, Physiologic and False Positive Pathologic Uptakes on Radioiodine Whole Body
Scan, 12 Chapters on Nuclear Medicine. 2011: 1-24.
2. Makan
besar dapat menurunkan absorbsi dari konsumsi iodium radioaktif, dan
mempengaruhi pengukuran uji tangkap
tiroid dini (early tiroid uptake), oleh karena itu pasien harus puasa minimal 2
jam sebelum dan 2 jam sesudah pemberian iodium radioaktif oral, jika akan
direncanakan untuk uji tangkap tiroid dini
(early tiroid uptake).
3.
Data hasil laboratorium yang berhubungan dengan
uji
tangkap tiroid
(termasuk hasil tes fungsi kelenjar tiroid).
4.
Status
hamil dan menyusui.
Iodium radioaktif hanya diberikan untuk tujuan dignostik pada wanita usia subur yang
tidak sedang hamil. Terapi iodium radioaktif diberikan kepada wanita
usia subur jika tes serum
b-HCG dalam 48 jam negatif. Status kehamilan tidak perlu
diperiksa jika wanita paskamenopause ( tidak ada periode menstruasi selama
minimal satu tahun), atau wanita yang tidak mampu punya anak karena alasan
medis atau tindakan operasi sampai kondisi medis dioptimalkan. Beberapa
institusi, setelah pemberian iodium radioaktif baik untuk tujuan diagnostik maupun terapi menyarankan
masa tunggu 6 bulan dan 12 bulan masing-masing untuk hipertiroidisme dan karsinoma
tiroid. Karena iodium adalah juga merupakan komponen susu, ibu menyusui yang
harus diminta untuk menghentikan menyusui sampai akumulasi dalam payudara minimal dan harus ditunda bila mungkin sampai berakhir masa
menyusui untuk menghindari efek radiasi terhadap infant (kurang dari 1 mSv atau100
mrems).
5.
Beberapa institusi kebanyakan merekomendasikan
diet rendah iodium selama 7 sampai 14 hari sebelum iodium radioaktif.
6.
Persiapan
dosis iodium radioaktif yang akan diberikan pada pasien
(sekitar 300 uCi I-123 atau 10 uCi I-131) dan untuk kapsul iodium radioaktif standar sekitar 100 uCi I-123 atau 10 uCi I-131. Faktor dilusi adalah perbandingan dosis yang diberikan ke pasien dengan dosis kapsul standar.
(sekitar 300 uCi I-123 atau 10 uCi I-131) dan untuk kapsul iodium radioaktif standar sekitar 100 uCi I-123 atau 10 uCi I-131. Faktor dilusi adalah perbandingan dosis yang diberikan ke pasien dengan dosis kapsul standar.
7.
Pemberian
perunut iodium radioaktif peroral.
8.
Sekitar
24
jam
kemudian,
dilakukan
perhitungan cacahan
net tiroid,
yaitu
pengurangan cacahan leher dengan cacahan paha. Gunakan rata-rata cacahan
permenit (cpm) dari 2 menit cacahan pertama.
9.
Hitung cacahan kapsul standar pada
phantom leher
10. Hitung
presentase uji tangkap iodium radioaktif dengan rumus sebagai
berikut :
Interpretasi
Tes Uji Tangkap Tiroid
Nilai
uji tangkap iodium radioaktif harus diinterpretasikan bersama dengan
pemeriksaan kadar TSH sensitif serum pasien dan besar dari pool iodium
inorganik.
Pada
hipotiroidism, nilai uji tangkap iodium radioaktif biasanya meningkat, jika penyebabnya defisiensi iodium atau
dishormogenesis. Namun demikian pada hipertiroidism dengan kadar TSH
sensitif tersupresi akan memperlihatkan
nilai uji tangkap iodium radioaktif masih dalam batas normal. Pada kasus
tersebut, nilai uji tangkap iodium radioaktif harus dilaporkan sebagai
peningkatan yang tidak sesuai, yaitu dengan kadar TSH sensitif tersupresi. Jika
kelenjar tiroid benar dalam keadaan normal dengan kadar TSH sensitif tersupresi, maka tiroid tidak dapat
mentrapping iodium sehingga nilai uji tangkap iodium radioaktif menjadi kurang dari
normal.
Nilai
uji tangkap iodium radioaktif meningkat :
·
Hipertiroidism
· Penyakit
graves
· Penyakit
plummer’s
· Nodul
tiroid otonom
· Hashitodikosis
(penyakit Hashimoto’s & Graves secara bersamaan)
· Peningkatan
kembali (rebound) setelah terapi propythiouracil
·
Choriocarcinoma / mola hidatiosa (HCG/Human
Chorionic Gonadotropin)
·
Hipotiroidism
· Defisiensi
iodium
· Dishormonogenesis
·
Fase penyembuhan dari tirioditis atau tiroiditis
silent (fenomena rebound)
·
Kehamilan
·
Terapi lithium (jarang)
Nilai
uji tangkap iodium radioaktif menurun
:
·
Hipotiroid primer (kegagalan kelenjar
tiroid untuk produksi hormon tiroid)
·
Hipotiroid sentral (kelainan pada
kelenjar pituitary/kelenjar hipotalamus)
·
Tiroiditis subakut / tiroiditis silent (fase
aktif)
·
Tiroiditis atrofi kronis
·
Iodium eksogen (agen kontras radiologi,
disinfektan, rumput laut, solusio kalium iodeine (SSKI), solusio lugol,
amiodarone, guaifenesin, multivitamin)
·
Obat-obatan (propylthiouracil,
methiamazole, perchlorate, bromides, thiocyanate, steroids, hormon
adremocorticotropic, sulfonamides, phenylbutazone)
·
Terapi radiasi di daerah leher
·
Gagal jantung kongestif & gagal
ginjal (peningkatan pool iodium)
Faktor-faktor
yang dapat menyebabkan penurunan uptake radiofarmaka pada pemeriksaan uji
tangkap tiroid :
1. Hormon
tiroid eksogen : thyroxine (T4) atau triidothyronine (T3).
Tergantung lamanya pemakaian. T4
dihentikan 4 minggu, sedangkan T3 dihentikan 2 minggu.
2. Pool
iodium inorganik.
Intake iodium yang tinggi, misalnya
seafood dihentikan 2 minggu.
Larutan lugol dihentikan 6 minggu.
Agen kontras radiografik dihentikan 3
sampai dengan 6 bulan.
Amiodaron dihentikan 3 sampai dengan 6
bulan.
3. Obat
anti tiroid dihentikan 4 sampai dengan 5 hari.
4. Berdasarkan
pengalaman RS Hasan Sadikin Bandung, obat tradisional peroral atau topikal
(jamu, obat gosok) dan permen yang mengandung mint.
PENGUKURAN TES UJI TANGKAP TIROID DENGAN
IODIUM RADIOAKTIF
Pengukuran Uji Tangkap Thyroid berdasarkan
International Atomic
Energy Agency (IAEA), 2006.
Radiofarmaka yang
digunakan:
a.
I-131: 0,04-0,4 MBq (1-10uCi) per oral.
b.
I-123: 3.2-4.8MBq (80-120) per oral
Protokol untuk Test Uji Tangkap Tiroid:
a. Tujuan
Test ini paling sederhana dan paling
banyak digunakan untuk mengevaluasi fungsi
tiroid. Setelah pemberian radioiodine
per oral, dilakukan pengukuran uptake
tiroid 2,24 dan 48 jam.
b. Peralatan
yang dibutuhkan:
·
spectometer
·
kristal detektor
·
standar phantom
·
standar timbal
·
pembawa kapsul iodium radioaktif.
c. prosedur
untuk kalibrasi
·
main supply dan tombol power di
spectrometer dihidupkan
·
setelah 1-2 menit high voltage (HV)
dihidupkan
·
tingkatkan HV sampai nilai optimal
·
atur amplifier gain.
·
biarkan instrumen stabil setidaknya 30
menit
·
letakkan saklar utuh atau terpisah dan
window pada 1.0 V
·
pertahankan kapsul standar dalam phantom
30 cm dari kristal detektor dan lihat puncak kurva, untuk I-131 mulai dari
baseline yaitu 300V dan ditingkatkan setiap interval 0.5V, hitung setiap 50 detik sampai perhitungan
maksimal di dapat.
·
atur window dari 1,0V sampai 5V. Pada window
1V, baseline adalah 360. Oleh karena itu
pada window 5V baseline menjadi 360-20 = 340
·
hitung semua kapsul
·
pertahankan satu kapsul sebagai standar,
kapsul yang tersisa di pasien digunakan untuk mengukur uptake tiroid
d. Prosedur
pengukuran uptake
·
Hitung kapsul standar dengan menjaganya
agar tetap di dalam phantom 30 cm dari kristal
detector, dua pembacaan dilakukan masing-masing selama 2 menit dan hitung cacahan
/ min (S1)
·
Tempatkan standar timbal dekat kapsul
dan hitung kapsul standar lagi selama 2 menit dan hitung cacahan / min (S2)
·
S1-S2 = cacahan net dari kapsul standar
·
Berikan
kapsul radioaiodine pada pasien
·
Dua jam kemudian ukur radioaktivitas di
regio leher pasien, dan pertahankan jarak 30 cm dari kristal detektor, ambil
dua pembacaan masing-masing selama 2 menit dan kalkulasi cacahan / min (P1)
·
Suruh pasien untuk memegang standar
timbal di depan leher pasien, hitung selama 2 menit dan kalkulasi cacahan / menit
(P2)
·
P1-P2 = cacahan net dari tiroid pasien
Presentase
uptake tiroid =
x
100
·
Ulang penghitungan pada 24 dan 48 jam
dan kalkulasi persentase uptake
e. Keterbatasan
·
Tes tidak bisa dilakukan pada ibu hamil
·
Test ini harus di hindari pada anak-anak
kecuali pada keadaan penting.
f. Kelemahan
dari teknik ini
·
Adanya pemakaian obat yang mengandung
iodium, hormon tiroid, obat anti
tiroid dan beberapa komponen lain, dapat
membatalkan test ini selama beberapa minggu sampai beberapa bulan.
·
Pembacaan serial diperlukan selama 3
hari untuk diagnosa yang tepat
g. Keuntungan dari teknik ini
· sederhana
· test ini memberikan informasi fungsi dinamik
PENGUKURAN
TES UJI TANGKAP TIROID DENGAN
99m Tc-PERTECHNETAT
Berdasarkan Protap Kedokteran Nuklir
Fakultas Kedokteran Univ. Padjajaran Departemen
Ilmu Kedokteran Nuklir RSHS Bandung.
4.1.
Peralatan :
Kamera
gamma dengan kollimator pinhole; kalau tidak ada dapat digunakan kolimator LEHR
(low energy high resolution). Pemilihan kolimator LEHR karena energi gamma dari Tc-99m pertechnetate adalah 140
keV.
4.2.
Prosedur :
-
Pencitraan dilakukan 10-15 menit setelah
penyuntikan 99m Tc-pertechnetate i.v. 1-2 mCi.
-
Pasien tidur terlentang di bawah kamera
gamma dengan leher dalam keadaan ekstensi; pencitraan statik dilakukan pada
posisi AP.
-
Diberi tanda pada kartilago tiroid dan
jugulum; matrix: 256 x 256; ‘energi puncak’ tergantung radionuklida, yaitu 140
keV; dengan window: 20% ; preset
time.
-
Pencitraan syringe dilakukan sebelum dan
sesudah penyuntikan radiofarmaka, pencitraan syringe dilakukan selama 2 detik, preset time.
-
Pencitraan
lokasi penyuntikan radiofarmaka perlu dilakukan untuk melihat adanya infiltrasi
dibawah kulit yang dapat mempengaruhi kalkulasi uji tangkap tiroid.
Metode untuk kalkulasi uji tangkap tiroid berdasarkan
pencitraan kelenjar tiroid, count syringe sebelum dan sesudah penyuntikan
radiofarmaka. Jumlah count pada kelenjar tiroid (T) ditentukan dengan region
of interest (ROI) yang digambar
mengelilingi batas dari kelenjar tiroid. ROI yang lain digambar dengan proses
yang sama dibawah kelenjar tiroid sebagai background (bg). Jumlah count syringe
sebelum (B) dan sesudah (A) penyuntikan radiofarmaka didapat langsung dari
pencitraan. Semua count dikoreksi untuk waktu akuasisi dan peluruhan 99m
Tc-pertechnetate.
SIMPULAN
Meskipun
pemeriksaan tiroid fungsional secara invitro sudah banyak dilakukan, namun Uji
Tangkap Tiroid masih memegang peranan penting dalam menentukan dosis terapeutik NaI-131 pada pasien
hipertiroidisme, menentukan status fungsional dari kelenjar tiroid dan
membedakan bentuk-bentuk hipertiroidism (tiroiditis, hipertiroidisme factitious, dan Graves’ disease).
Radiofarmaka
yang banyak digunakan untuk Uji Tangkap Tiroid adalah iodium radioaktif dan Tc-99m
pertechnetate. Iodium radioaktif adalah radiofarmaka yang ideal untuk menilai
status fungsi kelenjar tiroid karena selain ditrapping oleh kelenjar tiroid, juga mengalami organifikasi. Tc-99m pertechnetate walaupun bukan merupakan agen
utama, tetapi karena kemudahan penyiapannya dan harganya murah, sehingga banyak
digunakan untuk pencitraan kelenjar tiroid.
Bahan
baku sintesa hormon tiroid adalah iodium, sedangkan pertechnetate bukan
merupakan natural metabolite. Iodium
dan pertechnetate akan ditangkap oleh kelenjar tiroid. Iodium akan mengalami
tahap “trapping” dan “organifikasi”, sedangkan pertechnetate
hanya sampai tahap “trapping”.
Dasar Uji
Tangkap Tiroid adalah penilaian kemampuan kelenjar tiroid untuk menangkap
(mengambil, uptake) iodium dan pertechnetate pada waktu-waktu tertentu dalam
bentuk prosentase. Angka prosentase tersebut akan menggambarkan fungsi kelenjar
tiroid.
International
Atomic Energy Agency / IAEA (1972) membagi Uji Tangkap Tiroid menjadi : Uji
Tangkap Tiroid dini (Early Uptake Test)
dan Uji Tangkap Tiroid Lanjut (Late
Uptake Test). Uji tangkap dini menggambarkan fungsi trapping, sedangkan Uji tangkap lanjut menggambarkan fungsi trapping dan organifikasi.
Uji Tangkap Tiroid iodium radioaktif diukur dalam
berbagai interval dari 2, 6 dan 24 jam. Uji tangkap tiroid iodium radioaktif 24
jam merupakan pemeriksaan fungsi kelenjar tiroid yang paling sering dilakukan.
Uji Tangkap Tiroid dengan Tc-99m
Pertechnetate mempunyai korelasi yang baik Uji Tangkap Tiroid Dini I-131 dan karena
paparan radiasi terhadap kelenjar tiroid lebih rendah, mudah dalam penyiapan serta
harganya murah, maka Uji Tangkap Tiroid dengan Tc-99m Pertechnetate direkomendasikan
sebagai alternatif untuk Uji Tangkap Tiroid Dini I-131. Uji
Tangkap Tiroid Dini I-131 digunakan untuk menilai status fungsi kelenjar tiroid
pada penderita hipertiroidism yang mendapat obat antitiroid (OAT) dan untuk membedakan hipertiroid dari eutiroid.
Uji Tangkap Tiroid lanjut I-131 dapat
digunakan untuk menentukan dosis aktivitas NaI-131 untuk terapi pasien
hipertiroidism. Uji Tangkap Tiroid I-131
Lanjut mempunyai korelasi moderate/sedang dengan Uji tangkap tiroid Tc-99m pertechnetate, sehingga Uji Tangkap Tiroid dengan Tc-99m Pertechnetate dapat direkomendasikan sebagai alternatif untuk menentukan dosis aktivitas NaI-131 untuk terapi penderita hipertiroidism.
Lanjut mempunyai korelasi moderate/sedang dengan Uji tangkap tiroid Tc-99m pertechnetate, sehingga Uji Tangkap Tiroid dengan Tc-99m Pertechnetate dapat direkomendasikan sebagai alternatif untuk menentukan dosis aktivitas NaI-131 untuk terapi penderita hipertiroidism.
Uji Tangkap Tiroid Dini dan Lanjut menilai dua
aspek fungsi tiroid yang berbeda, yaitu fungsi trapping dan binding,
namun
akurasi diagnostik untuk hipertiroidism
antara kedua tes tersebut tidak ada perbedaan yang bermakna.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Griggs S W, Divgi C, Radioiodine imaging
and treatment in thyroid disorders, Neuroimag Clin N Am. 2008; 18 : 505-515.
2.
Ramos DC, Wittmann ZED, Etchebehere CCE,
Tambascia AM, Silva MAC, Camargo EE, Thyroid uptake and scintigraphy using 99mPertechnetate;
standardization in normal individuals, Sao Paulo Med. 2002; 120 : 1-4.
3.
Atkins LH, Ansari NA, Bradley-Moore RP,
Lambrecht R, Wolf A, Comparative evaluation of 123I and 99mTc
for thyroid studies, The Medical Research Center Brookhaven National
Laboratory Upton. 1974: 1-8.
4.
Protap Kedokteran Nuklir Fakultas
Kedokteran Univ. Padjajaran Departemen Ilmu Kedokteran Nuklir RSHS Bandung
5.
IAEA. Thyroid scintigraphy and thyroid uptake
measurement. 5 Chapters on Nuclear Medicine Resources Manual. Vienna, Austria;
2006. h. 299-310
6.
Henkin ER, et al. The Thyroid Glands.
Nuclear Medicine 2nd edition. Philadelphia,Pennsylvania : Mosby
Elsevier; 2006. h. 790-807.
7.
Byeong-Cheol Ahn, Physiologic and false positive
pathologic uptakes on radioiodine whole body scan, 12 Chapters on Nuclear
Medicine. 2011 :1-24.
8.
Pergamon Press, Thyroid radionuclide uptake
measurements. International Journal of Applied Radiation and Isotope. 1972 ; 23
: 305-313.
9.
Atkins LH, Ricards P, Assessment of function
and anatomy with Technetium-99m as Pertechnetate, J Nucl Med. 1967 ; 9 : 7-15.
10.
Robert H. Caplan, MD, Richard Kujak.
Thyroid uptake of radioactive iodine. JAMA 1971 ; 215 : 916-918
11.
Atkin LH, Radioidine uptake by the thyroid
gland, J Nucl Med. 1967 : 7-9
12. Garreta
CA, Glass IH, Goolden GWA, Measurement of the uptake of 99mTc by the
thyroid, Br F Radiol. 1968 ; 41 : 896-898.
13.
Ell JP, Keeling HD, A new pertechnetate thyroid
uptake technique, J Clin Radiol. 1974 ; 25 : 217-220.
14.
Yun Ryo U, Vaidya VP , Schneider BA,
Bekerman C, Pinsky MS, Thyroid imaging agents : a comparison on I-123 and
Tc-99m pertechnetate, Radiologi. 1983; 148 : 819-822.
15.
Balon RH, et al, Society of Nuclear
Medicine Procedure Guideline for Thyroid Uptake Measurement, Version 3.0. 2006
; 1-4.
16.
Farran AEH, The immediate uptake of radioactive
iodine as a test of thyroid function, British Medical Journal. 1958: 1060-1063.
17.
Becker D, et al, Procedure Guideline for
Thyroid Uptake Measurement : 1.0, J Nucl Med. 1996 ; 37 : 1266-1268.
18.
Aldighieri CF, Duarte PS, Alonso G,
Standardization of values of thyroid uptake with 123I reference
values for 24 hours thyroid 123I uptake, Brazillian Archives of
Endocrinology and Metabolism. 2005 ; 49 : 1-10.
19.
Schneider BP, Simple, rapid thyroid function
testing with 99mTc- pertechenate thyroid uptake ratio and neck/thigh
ratio, American Journal Radiologi. 1979; 132 : 249-253.
20.
Ikekubo K, et al, Thyrotoxic graves’
disease with normal thyroidal technetium-99m pertechnetate uptake, Annalson
Nuclear Medicine. 1990; 4 : 43-48.
No comments:
Post a Comment