Pendahuluan
Survey secara
komprehensif pada epidemiologi tumor neuroendokrin berdasarkan National Cancer Institute di
Amerika menunjukkan adanya peningkatan insiden tumor neuroendokrin (NET).
Tumor
neuroendokrin (NET) merupakan neoplasma yang muncul dari sel-sel endokrin
(hormon) dan sistem syaraf. Kebanyakan jinak, tetapi juga ada yang ganas.
Sering terjadi di usus, yang disebut dengan tumor karsinoid, tetapi dapat
ditemukan di pankreas, paru-paru dan di seluruh tubuh. NET pada usus halus
pertama kali dibedakan dengan tumor lain pada tahun 1907 dan diberi nama tumor
karsinoid karena pertumbuhannya yang lambat dan dianggap “seperti kanker”.
Metaiodobenzylguanidine
(MIBG) dikembangkan di universitas Michigan pada tahun 1970an sebagai agen
pencitraan adrenal medulare. MIBG sangat
baik diserap oleh tumor yang memproduksi katekolamin, dan kemudian telah
digunakan terutama untuk deteksi
pheochromocytoma, neuroblastoma, dan neuroendokrin tumor lainnya.
Meskipun perkembangan metode lain
seperti somatostatin reseptor (SSTR),
18F-FDG PET dan analog MIBG lainnya sangatlah pesat, MIBG diharapkan
masih merupakan salah satu pilihan yang dapat digunakan dalam pencitraan dan
terapi neuroblastoma.
Tumor Neuroendokrin
Tumor
neuroendokrin yang sebelumnya disebut sebagai tumor karsinoid, adalah neoplasma
yang berasal dari kompartemen sel neuroendokrin lokal di berbagai sistem organ
yang berbeda. Paling sering tumor ini ditemukan dalam saluran pencernaan dan
sistem bronkopulmonal, yang mencerminkan kepadatan sel neuroendokrin dalam sel
tersebut.
Karsinoid adalah
tumor endokrin, yang terjadi diseluruh usus serta dalam timus, paru-paru dan
pankreas. Tumor dari embriologi midgut, misalnya usus kecil dan usus besar,
adalah karsinoid klasik yang ditandai dengan kemampuan untuk melepaskan
serotonin.
Secara
konseptual, ada 2 jenis utama NET yaitu : masalah yang timbul dari sistem
gastrointestinal (GI) dan yang muncul dari pankreas. Dalam penggunaannya,
istilah “karsinoid” sering diterapkan untuk keduanya, meskipun kadang-kadang
ditunjukkan hanya untuk NET sistem gastrointestinal, atau untuk tumor yang
mengeluarkan hormon polipeptida.
Epidemiologi
Sejarahnya, pada
tahun 1907 Sigegried Obemdorfer pertama kali memperkenalkan tentang karsinoid.
Pada tahun 1914 Andre Gosset dan Pierre Mason mengidentifikasi tentang tumor
endokrin karsinoid, namun karakteristik neoplasma endokrin tumor dijelaskan
oleh Theodor Langhans pada tahun 1867.
Survey secara
komprehensif pada epidemiologi tumor neuroendokrin berdasarkan National Cancer Institute di
Amerika menunjukkan adanya peningkatan insiden tumor neuroendokrin (NET).
Distribusi menurut umur, jenis kelamin dan status sosial ekonomi
Rata-rata umur
saat terdiagnosis NET menjadi meningkat dari 59 tahun menjadi 63 tahun diambil
dari surveillance, epidemiology, dan End
Results database (SEER) yang dilakukaan oleh Bethesda pada tahun 2007.
Di
Amerika, pasien wanita lebih sering terkena NET primer di paru-paru, lambung,
apediks, atau caecum sedangkan pasien laki-laki terkena NET primer di thymus,
duodenum, pankreas, jejunum/ileum, atau rektum.
NET
bronkopulmonal sering terjadi pada ras kulit putih (30%), sedangkan NET rektal
terjadi di Asia dan pantai pasifik (41%), Amerika Indian/Alaska (26%), Afrika
(26%). Sedangkan jejunum/ileum terjadi pada orang kulit putih (17%) dan Afrika
(15).
Berdasarkan
data kanker Swedia, peningkatan NET terjadi pada orang yang lahir dikota besar
dan yang bekerja professional. Perbedaan akses menuju fasilitas medis dan tingkat
pendidikan dapat menentukan besarnya resiko relatif yang terjadi di Swedia.
Lokasi tumor primer
Williams dan
Sandler mengklasifikasikan NET berdasarkan filogenik : 1) foregut : traktus
respiratorik, lambung, duodenum, sistem biliar, dan pankreas.2) midgut : usus
halus, apendiks, caecum, dan kolon proksimal. 3) hindgut : kolon distal, dan
rektum.
2.4.1
Bronkopulmonal
Pada tahun 1986,
NET pada bronkopulmonal sering disebut sebagai adenoma bronkus, yang dianggap
jinak.2 Kondisi yang dikenal sebagai difus hyperplasia sel
neuroendokrin idiopatik, sangat langka dan sebab insidennya belum diketahui.
Hiperplasia sel
neuroendokrin tumor paru dan tumorlets terdiri dari neuroendokrin yang
berproliferasi. Tumorlet adalah tumor karsinoid yang berukuran kurang dari atau
sama dengan 5 mm. Tumorlets awalnya
dianggap sebagai lesi hiperplastik yang berhubungan dengan penyakit paru
kronis, termasuk bronkiektasis, fibrosis dan bronchitis obliterans, tetapi
selanjutnya tumorlets dapat terjadi pada paru-paru normal atau yang berhubungan
dengan tumor karsinoid dan dianggap sebagai neoplastik. Metastasis kelenjar
getahz bening berpotensi terjadinya neoplasma dari tumorlets.
NET bronchial
sering ditemukan di tengah atau lobus bronchi (52-75%) dan sisanya terjadi di
saluran nafas perifer. Tidak seperti small cell karsinoma paru, yang dianggap
sebagai poorly-differentiated NET dan
bronkopulmonal non-NET lainnya, NET sendiri yang merupakan well-differentiated. Predileksi untuk terjadinya well-differentiated NET bronkial pada
wanita terjadi lebih tinggi daripada pria (rasio: 1.89).
2.4.2
Lambung
Endokrin tumor
di lambung terjadi sekitar 0.3% dari semua tumor lambung, dan 11%-41% daru semua
gastrointestinal endokrin tumor.
Tumor yang berasal dari sel endokrin mukosa lambung
disebut carcinoids atau neuroendocrine
tumor lambung. Tumor endokrin
lambung diklasifikasikan menjadi : 1) well
differentiated: argyrophil cell tumors, terutama tersusun dari enterochromaffin-like (ECL) ataupun sel gastrin-producing (G) atau 2) poorly differentiated: neuroendocrine carcinomas (NEC).
Kriteria tumor yang masuk dalam klasifikasi tersebut tergantung dari struktur sel differensiasinya seperti :
argyphilia, positif reaktifitas untuk penanda granular seperti chromogranin A, synaptophysin, dan
lain-lainnya. NET di lambung
biasanya berasal dari sel gastric
enterochromaffin-like (ECL).
2.4.3
Usus
halus
Karsinoid usus halus
jarang terjadi (<5%). Kejadian karsinoids usus halus mungkin ~ 0,5 / 100.000, hanya sebagian kecil dari neoplasma usus, sedangkan adenokarsinoma kolorektal 60 kali
lebih sering.
Karsinoma usus halus hampir selalu dikaitkan dengan metastasis mesenterika yang
biasanya ditandai dengan fibrosis usus.
2.4.4
Appendiks
Sekitar
90 % dari karsinoid apendiks mempunyai ukuran kurang dari 1 cm dan tidak
terletak di sekitar apendiks, tumor ini dapat disembuhkan dengan apendiktomi.
Karsinoid apendiks dengan ukuran lebih besar dari 2 cm dilakukan hemicolektomi
dan limfadenektomi ileocecal. Untuk tumor yang berukuran 1 sampai 2 cm dapat
dilakukan hemicolektomi bila ada invasi ke mesoappendiks.
Gejala
Banyak karsinoid
yang tidak menunjukkan gejala dan ditemukan pada saat operasi. Insidental ini
sering terjadi, satu studi menyebutkan 1 orang dari 10 dapat terjadi adanya
incidental karsinoid. Sepuluh persen tumor karsinoid, terutama karsinoid dari
midgut, mengeluarkan hormon yang berlebihan terutama serotonin (5-HT) yang
menyebabkan timbulnya gejala sindroma karsinoid seperti diare, asma atau mengi,
gagal jantung kongestif, kram perut, udem perifer, dan jantung berdebar-debar. Krisis
karsinoid seperti flushing,
bronkospasme, takikardia, dan fluktuasi tekanan darah yang cepat dapat terjadi jika sejumlah besar hormon yang
disekresikan akut, yang kadang-kadang
dipicu oleh faktor-faktor seperti diet,
alkohol, operasi, kemoterapi, terapi embolisasi atau radiofrequency
ablation.
MIBG
Sejarah
Metaiodobenzylguanidine
(MIBG) dikembangkan di universitas Michigan pada tahun 1970an sebagai agen
pencitraan adrenal medulare. MIBG sangat baik diserap oleh tumor
yang memproduksi katekolamin, dan kemudian digunakan untuk deteksi
pheochromocytoma, neuroblastoma, dan neuroendokrin tumor lainnya.
Pada pengembangan awal, MIBG ditemukan berkonsentrasi pada organ-organ yang memiliki persarafan simpatis,terutama hati. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa uptake MIBG jantung sangat tergantung pada
viabilitas
dan aktifitas syaraf simpatik.
Kimia dan pelabelan MIBG
Berdasarkan studi selama ini, MIBG berhubungan dengan butiran
chromaffin adrenal,
terutama guanetidine. Guanetidine, tidak bisa dengan mudah diberi
label dengan radionuklida pada pencitraan
eksternal jantung. Sehingga,
analog guanetidine
disintesis yang memungkinkan
mudah pelabelan dengan radionuklida. Substitusi dari cincin aromatik untuk cincin heterosiklik
jenuh dari guanethidine
memungkinkan untuk pelabelan dengan senyawa yodium. Satu senyawa
tersebut adalah benzylguanidine, yang mempertahankan bagian guanidin dari
guanethidine.
MIBG merupakan benzylguanidine berlabel dalam meta-posisi. Senyawa ini memiliki
kemiripan struktural dengan norepinefrin. Prosedur yang paling umum untuk radiolabeling MIBG adalah
metode pertukaran yodium panas. Nonradioactive MIBG sulfat
(MIBG2SO4, berat molekul 648) dipanaskan dengan
adanya amonium sulfat dan radioiodine (natrium
iodida), sehingga terjadi pertukaran yodium stabil untuk radioiodine. Pencitraan dengan
menggunakan 123I dilabel dengan
MIBG.
MIBG merupakan
kombinasi antara kelompok bretylium dan kelompok guanidine. Berkembang sejak awal
tahun 1980 untuk melihat tumor adrenal
medulare.
Aralkylguanidine
ini secara struktur analog dengan norepinefrin dan guanethidine, dan sering
disebut dengan “false” neurotransmitter. Struktur MIBG menyerupai
norepineprin, yaitu dapat memasuki sel-sel neuroendokrin melalui mekanisme uptake aktif dan disimpan di pabrik
neurosekret, sehingga konsentrasi tertentu berbeda dengan sel-sel jaringan
lainnya.
Mekanisme transpor MIBG hampir sama dengan
norepinefrin. Dari sitoplasma intracelluler, MIBG
ditransfer ke vesikel penyimpanan katekolamin (neurosecretory vesicles) melalui
norepinephrine transporter yang di mediasi oleh pompa proton ATPase-dependent.
Pada dosis yang lebih tinggi dapat terjadi difusi pasif. MIBG yang telah
masuk ke dalam sitoplasma sel tetap berada dalam bentuk bebas. Retensi MIBG
merupakan akibat dari ambilan ulang perunut yang tadinya terlepas dari sel.
Untuk pencitraan, MIBG ini
dapat dilabel dengan 131I dan 123I, sedangkan untuk
terapi menggunakan 131I.
Mekanisme norepinefrin dan uptake MIBG
Uptake
MIBG pada berbagai jaringan mirip dengan norepinefrin. Mekanisme uptake norepinefrin telah disempurnakan selama beberapa
dekade terakhir, dan tampaknya bahwa
protein transport membran plasma
dan transporter norepinefrin, memediasi serapan spesifik norepinefrin
oleh jaringan adrenergik.
Setelah masuk ke sitoplasma, transporter vaskuler monoamine, terletak di
membrane vesikel, menghantarkan norepinefin ke penyimpanan vesikel adrenergik.
123I dan 131I
125I tidak digunakan karena energi sinar x dan
emisi sinar gamanya yang rendah (27 sampai 35 keV), tidak menembus jaringan dengan
baik, dan kamera gama kurang baik untuk pencitraan dengan energi yang rendah.
Dua isotop iodium yaitu 123I dan 131I secara klinis
digunakan untuk pencitraan. 123I memancarkan sinar gamma murni
dengan waktu paruh 13.2 jam, memancarkan energi photon 159 keV dan meluruh
dengan memancarkan elektron menjadi tellurium-123 (123Te). Emisi
proton 28 keV (92%) dan 159 keV (84%) sinar gamma, sesuaixx dengan energi
terbaik gamma kamera (100-200 Kev). Oleh karena itu 123I merupakan radioisotop pilihan karena lebih
sensitif dan hasil pencitraan lebih
baik dibandingkan 131I.14 123I biasanya
diproduksi oleh siklotron dengan bombardment
antimony-121 (121Sb) atau tellurium-122 atau 124 (122Te
atau 124Te). Metode lain dengan bombard
iodium-127 (127I) untuk memproduksi 123Xe dan
membiarkannya meluruh menjadi 123I.
131I
merupakan isotop yang kurang memuaskan untuk pencitraan tiroid karena energy photon
yang relative tinggi. Namun, 131I ini banyak tersedia, relatif murah
dan memiliki waktu paruh yang panjang. 131I mempunyai waktu paruh
8.06 hari dan meluruh dengan memancarkan partikel emisi beta menjadi stabil membentuk 131Xe.
Rata-rata enegi betanya 192 keV (90%).
Sembilan puluh persen emisi radiasi pengion 131I
berasal dari sinar beta, memiliki jarak radiasi 0.5 mm. MIBG
131I digunakan untuk terapi, karena merupakan β emitter dan memiliki
waktu paruh lebih panjang yaitu 8 hari. Selain itu I-131 mempunyai LET (linear
energy transfer) β emitter rendah. Dengan demikian mempunyai efek biologi lebih
panjang sehingga dapat mengakibatkan kematian sel. MIBG secara
normal ditangkap terutama oleh hati, uptake
terlihat lebih rendah pada limpa, paru-paru, kelenjar saliva, otot skeletal dan
miokardium. Pada bayi, uptake pada
miokard mungkin sangat tinggi.
Saat iodium di masukkan secara oral sebagai ion
iodium, lalu di absorbs dari traktus gastrointestinal dan didistribusikan kedalam
cairan ekstraseluler. Sama dengan 99mTc pertechnetate,
131I terkontaminasi di kelenjar ludah, tiroid dan mukossa lambung. 131I
difiltrasi di glomerulus, di ekskresi di urin sebanyak kurang lebih 35% sampai
75% dalam 24 jam, walaupun ekskresi fekal juga terjadi. Iodium di tangkap dan
di organifikasi di kelenjar tiroid normal mempunyai waktu paruh efektif sektiar
7 hari.
Distribusi
fisiologi 131I/123I MIBG
Uptake
radiofarmaka MIBG pada berbagai organ tergantung ekskresi katekolamin dan atau
persyarafan adrenergik. Setelah injeksi intravenosa, 50 % radiofarmaka yang
masuk akan masuk ke urin dalam waktu 24 jam, dan 70%-90% sisanya akan masuk ke
urin dalam waktu 48 jam. Pada saat MIBG diekskresikan di dalam urin, kandung
kemih dan saluran kencing menunjukkan aktivitas yang tinggi. MIBG normalnya
tertangkap di liver, sebagian di spleen, paru-paru, glandula saliva, tiroid
otot dan jantung. Glandula adrenal normalnya tidak terlihat, tetapi uptake samar dapat terlihat 48-72
jam setelah injeksi hingga 15% dari kasus.
MIBG dapat terakumulasi di dalam mukosa nasal, paru-paru, kandung kemih, colon,
dan uterus. Iodium bebas di dalam darah dapat dikarenakan beberapa penyerapan
di dalam sistem digestif, dan juga di tiroid (jika tidak diblok). Tulang
normalnya tidak terlihat, ini menjadi penting disaat penangkapan di tulang
(fokal atau difus) terjadi, mengindikasikan keterlibatan sum-sum tulang dan
atau metastasis tulang. Beberapa efek samping MIBG harus diperhatikan setelah
penyuntikan seperti takikardi, pucat,
muntah, dan nyeri abdomen.
Persiapan sebelum pencitraan
1)
Persiapan
pasien
Teknologis, perawat atau dokter sebaiknya memberi
tahu orang tua pasien atau pasiennya penjelasan tentang persiapan yang benar
dan pemeriksaan skintigrafi yang jelas. Pastikan pasien mendapatkan hidrasi
yang cukup untuk memfasilitasi ekskresi radiofarmaka. Pasien berhenti
mengonsumsi obat-obatan yang dapat mempengaruhi penangkapan MIBG oleh tumor.
2)
Thyroid
blockade
Saat menggunakan 131I-MIBG, blokade
tiroid diperoleh dengan pemberian oral harian jenuh kalium yodium 3 kali sehari
untuk total 5 hari dimulai sebelum gpemberian radiofarmaka. Bila menggunakan 123I-MIBG
maka pemberian oral kalium iodium jenuh dapat dikurangi menjadi 3 hari, 3 kali
sehari. Pasien yang alergi dengan iodium dapat digunakan potassium perchlorate
(3 kali sehari) dimulai 1 hari sebelum injeksi dan diteruskan 3 hari setelah
pemberian 123I-MIBG.
3)
Interaksi obat
Banyak obat yang dikenal untuk mengganggu penyerapan dan atau penyimpanan
vesikular dari 131I / 123I MIBG. Perawatan harus dilakukan untuk memastikan bahwa
obat tersebut dihentikan (jika mungkin) untuk waktu
yang cukup sebelum pencitraan.
tentu saja hal ini harus diputuskan
dengan konsultasi dokter merujuk yang mampu mengevaluasi kondisi pasien dan mungkin dapat
di tunda pencitraannya. Daftar berikut termasuk beberapa
obat yang paling penting yang
dapat mempengaruhi hasil pencitraan
MIBG.
Selain
obat-obatan di atas, pasien juga harus menghindari makanan yang
mengandung vanillin dan katekolamin seperti coklat dan blue-veined
cheese yang akan mengganggu uptake MIBG (depletion of
granules).
4) Sebelum
injeksi
Dokter kedokteran nuklir harus mempertimbangkan informasi yang dapat berguna untuk menafsirkan gambar pencitraan, seperti :
·
Riwayat
kecurigaan adanya tumor primer
·
Gangguan asupan
obat
·
Ada atau
tidaknya gejala
·
Hasil uji
laboratorium
·
Hasil pencitraan
lain
·
Hasil biopsy,
bedah, kemoterapi dan radiasi
5) Injeksi
MIBG diberikan berlahan-lahan
secara injeksi intravena (dalam waktu 5 menit) di vena perifer. Penyuntikan
melalui vena sentral harus dihindari karena akan menimbulkan artefak pada
pencitraan dan dapat menimbulkan efek samping.
Dosis aktivitas untuk orang dewasa 131I-MIBG 40-80 MBq (1.2-2.2
mCi); untuk 123I-MIBG 400 MBq (10.8 mCi). Dosis untuk anak-anak
harus dihitung berdasarkan dosis referensi
orang dewasa menurut berat badan yang diusulkan oleh EANM Paediatric Task Group. Untuk batas
minimum dan maksimum dosis yang dianjurkan pada anak-anak menurut pedoman EANM
Paediatric Task Group (aktivitas minimum 80 MBq untuk 123I MIBG dan
35 MBq untuk 131I-MIBG; aktivitas maksimum 400 MBq untuk 123I MIBG dan 80 MBq untuk 131I-MIBG.
6)
Pasca-injeksi
Pasien
sebaiknya minum air putih dalam jumlah besar setelah injeksi MIBG.
Pencitraan 123I/131I
MIBG
Pemeriksaan MIBG dilakukan untuk :
a)
mengevaluasi pasien yang mungkin
akan diterapi menggunakan 131I MIBG pada
pasien tumor neuroedokrin.
b)
memberikan informasi sebelum dilakukan
terapi.
Menggunakan
123I MIBG pencitraan dilakukan 20-24 jam setelah injeksi.
Pencitraan
tertunda (dalam 48 jam) berguna dalam kasus-kasus penemuan equivokal. Dengan 131I
MIBG, pencitraan dilakukan biasanya dalam 48 jam pasca-injeksi dan dapat
dilanjutkan pada hari ke-3 dan seeterusnya.
Metode Pencitraan
1.
Menggunakan gamma kamera dengan satu detektor atau
lebih , dengan lapang pandang yang luas untuk memperoleh pencitraan planar dan/atau SPECT. Pencitraan fusion with SPET/CT
sistem hybrid dapat meningkatkan akurasi diagnostik.
2.
Kollimator yang digunakan :
-
131I MIBG : high-energy, parallel-hole
-
123I MIBG : low- energy, high-resolution
3.
Ukuran
piksel sekitar 2
mm memerlukan matriks 256 × 256 atau 128
× 128.
Interpretasi :
Untuk mengevaluasi pencitraan MIBG, hal-hal yang harus
diperhatikan adalah :
1.
Riwayat klinis yang menyebabkan pasien dirujuk untuk
pencitraan MIBG.
2.
Gejala dan sindrom.
3.
Pemeriksaan sebelumnya seperti pemeriksaan klinis,
biokimia dan morfologi.
4.
Peningkatan uptake
fisiologis difus (kelenjar
adrenal hiperplastik setelah adrenalectomy kontralateral) dan uptake fisiologis fokal (di
saluran kemih atau
usus).
5.
Uptake patologis sebagai tumor primer dan metastase
di kelenjar getah bening, hati, tulang dan sumsum
tulang.
6.
Penyebab
negatif palsu (ukuran lesi, ekspresi norephineprine rendah,
metastase SSP, tumor kecil disumsum tulang, ambilan fisiologis yang menutupi lesi kanker, pengaruh obat-obatan).
7.
Penyebab
positif palsu (artefak, dan uptake
fisiologis).
Terapi 131I MIBG
MIBG
yang dilabel dengan 131I dapat digunakan
sebagai agen metabolik
radioterapi pada tumor neuroectodermal. 131I adalah radionuklida beta-emitting dengan waktu paruh 8,04 hari, mempunyai
sinar gamma 364
keV dan partikel beta
dengan energi maksimum
0,61 MeV dan energi
rata-rata 0,192 MeV.
Indikasi Terapi 131I MIBG :
1. Pasien
phaeochromocytoma yang tidak dapat di operasi.
2. Pasien
paraganglioma yang tidak dapat di operasi.
3. Pasien
carcinoid tumor yang tidak dapat di operasi.
4. Stage
III atau IV neuroblastoma.
5. Metastatis
atau rekurensi kanker tiroid medular.
Kontra-indikasi :
Kontra-indikasi
absolut :
1.
Kehamilan; menyusui.
2.
Harapan hidup kurang dari 3 bulan, kecuali kasus
dengan nyeri tulang yang hebat.
3.
Insufisiensi ginjal.
Kontra-indikasi relatif :
1.
Pasien tidak bisa diisolasi karena alasan risiko
medis.
2.
Inkontinensia
urin.
3.
Glomerular
filtrasi ginjal kurang dari 30 ml / menit.
4.
Toksisitas darah
dan / atau ginjal karena pengobatan sebelumnya.
5.
Myelosupresi: - Sel darah putih kurang dari 3.0 × 109
/ l
- Trombosit kurang dari 100 × 109 / l
- Trombosit kurang dari 100 × 109 / l
Apabila jumlah sel darah putih dan
trombosit rendah, adanya invasi sumsum tulang secara masif dan gangguan fungsi
ginjal, aktivitas dosis harus dikurangi.
Persiapan
pasien :
1.
Inform consent
Pada
anak-anak yang akan menjalani terapi 131I MIBG, harus ada pengasuh
yang akan berperan dalam perawatan. Dengan inform consent, mereka harus rela
dan sadar akan terkena radiasi.
2.
Pasien telah
menjalani pemeriksaan pencitraan MIBG (hasil positif), pencitraan anatomi (CT,
MRI, USG) dan
identifikasi penanda tumor.
3.
Menggunakan
iodium stabil secara oral untuk mencegah ambilan tiroid akibat iodida bebas.
Penggunaan thyroxine atau neomercazole tidak dianjurkan.
Protokol terapi 131I MIBG
:
1. 131I MIBG,
diberikan melalui infus (lead-shielded
infusion system), dengan lambat (45 menit sampai 4 jam) secara intravena.
2. Pemeriksaan
tanda-tanda vital harus dilakukan sebelum dan sesudah diberikan infus, karena
MIBG dapat mengakibatkan tekanan darah tidak stabil.
3. Short-acting
alpha atau beta blockers harus
tersedia untuk penggunaan darurat bila terjadi catecholamine surge selama atau segera setelah pemberian 131I
MIBG. Bila terjadi hipertensi tidak stabil, infus 131I MIBG dapat
dikurangi tetesannya atau dihentikan sementara. Pada beberapa kasus, tambahan alpha atau beta blockers sangat esensial.
4.
Diberikan profilaksis
anti-muntah, dimulai pada hari pengobatan
hingga 72 jam. Ondansetron
adalah anti-emetik pilihan. Pasien dianjurkan untuk banyak minum, untuk membatasi beban radiasi ekstra-tumoural, terutama kandung
kemih.
5. Dosis
aktivitas pemberian berkisar antara 3,7 GBq (100 mCi) dan 11,2 GBq (300 mCi)
atau 18 mCi/kgbb. Dosis dikurangi pada pasien dengan myelosupresi dan gangguan
fungsi ginjal.
6. Terapi
lanjutan dapat diberikan 6 minggu – 14 minggu setelah terapi inisial.
Efek samping yang perlu diperhatikan :
1. Mual dan
muntah dapat terjadi selama 2 hari pertama setelah pemberian 131 I MIBG.
2. Myelosupressi
sementara biasanya terjadi 4-6 minggu pasca- terapi. Trombositopenia sering
terjadi pada anak terutama setelah
kemoterapi (60%). Depresi sumsum tulang dapat terjadi pada pasien yang
mempunyai gangguan sumsum tulang pada saat terapi 131I MIBG,
mendapat dosis tinggi radiasi seluruh tubuh, dan pasien yang urinnya
terakumulasi lama di ginjal.
3. Penurunan
fungsi ginjal pada pasien yang telah diterapi dengan cisplatin dan ifosfamid
sebelumnya, tetapi jarang terjadi.
4. Krisis
hipertensi yang dapat ditimbulkan oleh pelepasan katekolamin.
5. Hipotiroid (
setelah blokade tiroid yang inadekuat).
6. Meskipun
sangat jarang terjadi, leukemia dan
tumor padat sekunder pernah dilaporkan, kaitannya dengan
lamanya kemoterapi.
Dalam
upaya untuk meningkatkan
kelangsungan hidup pasien neuroblastoma dengan metastasis, 131I MIBG
sering dikombinasi dengan kemoterapi multiagen.
Kesimpulan
Tumor neuroendokrin yang sebelumnya disebut sebagai tumor
karsinoid, adalah neoplasma yang berasal dari kompartemen sel neuroendokrin
lokal di berbagai sistem organ yang berbeda. Survey secara komprehensif pada
epidemiologi tumor neuroendokrin
berdasarkan National Cancer Institute di Amerika menunjukkan adanya
peningkatan insiden tumor neuroendokrin. Sehingga pemeriksaan MIBG merupakan
modalitas imaging dan terapi yang dapat menjadi pilihan pada tumor
neuroendokrin.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Oyvind
Hauso, Bjorn, dkk. Neuroendocrine tumor epidemiology. Cancer.2008. p. 2655-2664
2. David
Ng, Donald Poon, dkk. Neuroendocrine tumor. Yhe national cancer centre
Singapore. 2013. p. 20
3. Williams
ED, Sandler M. The classification of carcinoid tumors. Lancet. 1963. p. 238-239
4. Aubry
MC, Thomas DC, dkk. Significance of multiple carcinoid tumors ad tumorlets in
surgical lung specimens: an analysis of
28 patients. Chest. 2007. p. 1635-1643
5. Blondal
T, Grimelius L, dkk. Argyrophil carcinoid tumors of the lung. Chest. 1980. p.
840-844
6. Surveillance,
Epidemiology, and End Result (SEER) Program. Stat database: SEER 17 Reg Nov
2006 sub (1973-2004). National Cancer Institute. 2007
7. Guido Rindi, Cesare Bordi, Sigrid Rappel, Stefano La Rosa, Manfred Stolte, Enrico Solcia. Gastric carcinoids and neuroendocrine carcinomas:
Pathogenesis, Pathology, and behavior. World journal of Surgery. 1996. p.
168-172
8. G.
Åkerström and P. Hellman. Small bowel neuroendocrine tumors.
Surgical Treatment. Surgical treatment. 2001
9. National
cancer institute. Gastrointestinal carcinoid tumor treatment Appendiceal
carcinoids. National institute of Health.2015
10. R.
Edward Coleman. Iodine-131 Metaiodobenzylguanidine for the treatment of
neuroendocrine tumor. Neuroendocrine tumor. p. 94-96
11. Emilio
Bombardieri, Cumali Aktolun, dkk. 131/I123I-Metaiodobencylguanidine (MIBG)
skintigraphy procedure guidelines for tumor imaging. Onc committee of the
European Association of Nuclear Medicine. 2010. p. 2436-2446
12. Giammavile F, Chiti A,
Lassmann M, Brans B, Flux G. EANM procedure guidelines for 131I-meta-iodobenzylguanidine
therapy. Eur J Nucl Med Mol Imaging 2008; 35 : 1039-47.
13. Fred A Mettler, Milton J Guiberteau. Essential of
Nuclear Medicine sixth edition. Elevier saunders. Philadelphia; 2012. p. 8-9
14. Vaidyanathan G.
Meta-iodobenzylguanidine and analoques : chemistry and biology. QJ Nucl. Med
Mol Imaging 2008; 52 : 351-68
15. Jerry V Glowniak. MIBG
Imaging. Nuclear Medicine vol.2 : Robert E Henkin, David Bova, Gary L, dll.
2006. p. 712-726
16. Wikipedia. Neuroendocrine
tumor(NET). http://en.wikipedia.org/wiki/Neuroendocrine_tumor
No comments:
Post a Comment