Referat ke-1 (dr. Joko Wiyanto)
Dewasa ini penggunaan radiasi maupun radioisotop di bidang kedokteran
sangat luas, sejalan dengan pesatnya perkembangan bioteknologi serta
didukung pula oleh perkembangan instrumentasi nuklir dan produksi
radioisotop umur pendek yang lebih menguntungkan ditinjau dari segi
medik.
Atom dianggap sebagai blok bangunan dasar dari semua hal. Teori
sederhana atom adalah satuan dasar materi yang terdiri atas inti atom
serta awan elektron. Atom dikelompokkan berdasarkan jumlah proton dan
neutron yang terdapat pada inti atom tersebut. Jumlah proton pada atom
menentukan unsur kimia dan jumlah neutron menentukan isotop unsur
tersebut.
Energi pengikatan pada isotop tergantung pada jumlah nukleon dalam
inti. Untuk memerangi efek kenaikan elektrostatik ketika jumlah dari
proton meningkat, peningkatan jumlah neutron harus meningkat lebih cepat
untuk memberikan kontribusi energi pengikat yang cukup untuk mengikat
inti atom.
Energi radiasi yang dipancarkan oleh suatu sumber radiasi dapat
menyebabkan perubahan fisis, kimia dan biologi pada materi yang
dilaluinya. Perubahan yang terjadi dapat dikendalikan dengan jalan
memilih jenis radiasi serta mengatur dosis terserap sesuai dengan efek
yang ingin dicapai. Selain itu, radiasi yang dipancarkan oleh suatu
radioisotop lokasi dan distribusinya dapat dideteksi dari luar tubuh
secara tepat, serta aktivitasnya dapat diukur secara akurat; sehingga
penggunaan radioisotop sebagai perunut sangat bermanfaat dalam studi
metabolisme serta teknik pelacakan berbagai organ tubuh tanpa harus
melakukan pembedahan.
Radioisotop selain diproduksi dengan alat pemercepat partikel
bermuatan, juga dapat diproduksi dengan reaktor nuklir. Generator
radioisotop saat ini berperan besar dalam memproduksi radioisotop untuk
kesehatan, terutama dalam bidang kedokteran nuklir. Produksi,
pengembangan dan pemanfaatan generator Mo-99/Tc-99m merupakan dampak
positif dalam aplikasi nuklir untuk kesehatan dan farmasi.
Sejarah
Radioaktivitas pertama kali diperkenalkan oleh ilmuwan Perancis Henri
Becquerel pada tahun 1896. Dimana Henri Becquerel membungkus sebuah
piring fotografi dengan kertas hitam dan menempatkan berbagai garam
berpendar di atasnya dengan hasil semua negatif, sampai ia menggunakan
garam uranium yang mampu membuat piring menjadi menghitam. Radiasi ini
kemudian disebut dengan Becquerel Rays. Kemudian diketahui bahwa
menghitamnya piring tidak ada hubungannya dengan fosforesensi, karena
piring menghitam ketika mineral itu dalam gelap. Sudah jelas bahwa ada
suatu bentuk radiasi yang bisa melewati kertas dan menyebabkan piring
menjadi menghitam.
Pada awalnya, tampak bahwa radiasi baru ini mirip dengan sinar-X yang
baru ditemukan. Penelitian lebih lanjut oleh Becquerel, Ernest
Rutherford, Paul Villard, Pierre Curie, Marie Curie dan kawan-kawan
menemukan bahwa bentuk radioaktivitas secara signifikan lebih rumit.
Rutherford adalah orang pertama yang menyadari bahwa semua peluruhan
sesuai dengan rumus eksponensial matematika, Rutherford beserta muridnya
Frederick Soddy adalah orang pertama menyadari bahwa banyak proses
peluruhan mengakibatkan transmutasi satu elemen menjadi elemen yang
lain. Selanjutnya, hukum perpindahan radioaktif Fajans dan Soddy
dirumuskan untuk menggambarkan produk alpha dan peluruhan beta.
Menurut WHO dan IAEA tahun 1988 ilmu kedokteran nuklir adalah cabang
ilmu kedokteran yang menggunakan sumber radiasi terbuka berasal dari
disintegrasi inti radionuklida buatan, untuk mempelajari perubahan
fisiologi, anatomi dan biokimia, sehingga dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik, terapi dan penelitian kedokteran.
Struktur Atom
Teori sederhana atom adalah suatu satuan dasar materi yang terdiri
atas inti atom serta awan elektron bermuatan negatif yang
mengelilinginya dengan jari-jari atom sekitar 10-10m sementara jari-jari inti sekitar 10-14m
dan memiliki gambaran seperti planet-planet yang mengorbit matahari.
Elektron-elektron pada sebuah atom terikat pada inti atom oleh adanya
gaya elektromagnetik. Sekumpulan atom dapat berikatan satu sama lainnya
dan membentuk sebuah molekul. Atom yang mengandung jumlah proton dan
elektron yang sama bersifat netral, sedangkan yang mengandung jumlah
proton dan elektron yang berbeda bersifat positif atau negatif disebut
sebagai ion.
Inti Atom
Inti atom terdiri atas proton yang bermuatan positif dan neutron yang
bermuatan netral terikat bersama pada pusat atom, proton dan neutron
disebut juga sebagai nukleon. Nukleon terikat bersama oleh gaya
tarik-menarik potensial yang disebut gaya residual. Pada jarak lebih
kecil daripada 2,5 fm, gaya ini lebih kuat daripada gaya elektrostatik
yang menyebabkan proton saling tolak menolak. Massa proton kira-kira
sama dengan massa neutron dan masing-masing sekitar 2.000 kali massa
elektron.
Awan Elektron
Elektron dalam suatu atom ditarik oleh proton melalui gaya
elektromagnetik. Gaya ini mengikat elektron dalam potensi elektrostatik
di sekitar inti. Energi luar diperlukan agar elektron dapat lepas dari
atom. Semakin dekat suatu elektron dalam inti, semakin besar gaya
atraksinya, sehingga elektron yang berada dekat dengan pusat atom
memerlukan energi yang lebih besar untuk lepas dari inti atom.
Elektron dapat berubah keadaannya ke tingkat energi yang lebih tinggi
dengan menyerap sebuah foton. Selain dapat naik menuju tingkat energi
yang lebih tinggi, suatu elektron dapat pula turun ke keadaan energi
yang lebih rendah dengan memancarkan energi yang berlebih sebagai foton.
Elektron yang terletak paling luar dari inti dapat ditransfer ataupun
dibagi ke atom terdekat lainnya, dengan cara inilah atom dapat saling
berikatan membentuk molekul.
Massa
Massa atom berasal dari proton dan neutron dimana jumlah keseluruhan
dalam atom disebut sebagai nomor massa. Massa atom pada keadaan diam
sering diekspresikan menggunakan satuan massa atom (u) yang juga disebut
dalton (Da). Satuan ini didefinisikan sebagai seperdua belas massa atom
karbon-12 netral yang kira-kira sebesar 1,66 × 10-27 kg.
Para kimiawan biasanya menggunakan satuan mol untuk menyatakan jumlah
atom. Satu mol didefinisikan sebagai jumlah atom yang terdapat pada 12
gram karbon-12. Jumlah ini adalah sekitar 6,022 × 1023 yang
dikenal pula dengan nama tetapan Avogadro. Dengan demikian suatu unsur
dengan massa atom 1 u akan memiliki satu mol atom yang bermassa
0,001 kg. Sebagai contohnya karbon memiliki massa atom 12 u, sehingga
satu mol karbon atom memiliki massa 0,012 kg.
Klasifikasi Inti
Nomor atom didefinisikan sebagai jumlah proton dalam inti dan diberi
simbol Z. Dalam tabel periodik unsur-unsur kimia jumlah inti juga
menentukan posisi suatu elemen. Bilangan massa didefinisikan sebagai
jumlah proton ditambah dengan jumlah neutron dan diberi simbol A.
Dimungkinkan untuk inti dari elemen tertentu memiliki jumlah proton
yang sama tetapi berbeda jumlah neutron dengan nomor atom yang sama
tetapi berbeda bilangan massa, inti tersebut dinamakan sebagai isotop.
Skema klasifikasi yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan massa
isotop ini didasarkan pada pendekatan dengan menggunakan huruf yang
ditulis diatas sebelum simbol kimia untuk menunjukkan nomor massa dan
dibawah sebelum simbol kimia untuk menandakan nomor atom dengan X adalah
simbol kimia dari elemen.
Stabilitas Nuklir
Isotop yang stabil memiliki energi pengikatan per nukleon terletak
antara 7 – 9 MeV, dimana energi pengikatan ini tergantung pada jumlah
nukleon dalam inti. Untuk memerangi efek kenaikan elektrostatik tolakan
ketika jumlah dari proton meningkat, peningkatan jumlah neutron harus
meningkat lebih cepat untuk memberikan kontribusi energi pengikat yang
cukup untuk mengikat inti atom bersama-sama. Jumlah proton terhadap
jumlah neutron untuk isotop stabil menghasilkan apa yang disebut kurva
stabilitas nuklir.
Perhatikan bahwa jumlah proton sama dengan jumlah neutron untuk inti
kecil dan jumlah neutron meningkat lebih cepat dari pada jumlah proton
ketika ukuran inti semakin besar sehingga dapat menjaga stabilitas inti
atom. Dengan kata lain neutron yang lebih banyak perlu berada di inti
atom untuk berkontribusi memberi energi pengikatan yang digunakan untuk
melawan elektrostatik tolakan antar proton.
Radioaktivitas adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk
memancarkan radiasi dan berubah menjadi inti stabil. Isotop yang tidak
stabil berada di atas atau di bawah kurva stabilitas nuklir dan akan
berusaha mencapai stabilitas dengan membelah diri menjadi fragmen dalam
proses yang disebut fisi atau dengan memancarkan partikel dan/atau
energi dalam bentuk radiasi. Inti atom yang tak stabil disebut
radionuklida sedangkan materi yang mengandung radionuklida disebut zat
radioaktif.10
Peluruhan Radioaktif
Peluruhan ialah perubahan inti atom yang tidak stabil menjadi
inti atom yang lain atau berubahnya suatu unsur radioaktif menjadi
unsur yang lain. Peluruhan radioaktif adalah kumpulan beragam proses di mana sebuah inti atom yang tidak stabil memancarkan partikel radiasi. Peluruhan terjadi pada sebuah inti induk dan menghasilkan sebuah inti anak.
Secara nyata kita tidak dapat mengukur banyaknya inti radioaktif.
Jumlah inti atom meluruh setiap saat (N) bergantung pada jumlah inti
induk (No) untuk selang waktu peluruhan (t) dengan
λ merupakan konstanta peluruhan yang nilainya berbeda untuk tiap unsur
memenuhi persamaan.
Hukum peluruhan radioaktif dimana jumlah radioaktif inti akan
berkurang dengan waktu dalam mode eksponensial dengan laju penurunan
peluruhan secara konstan. Hukum peluruhan ditampilkan dalam bentuk
grafik dimana dapat kita lihat bahwa jumlah radioaktif inti menurun
cepat pada awalnya dan kemudian lebih perlahan-lahan.
Waktu Paruh
Waktu paruh (t½) adalah waktu yang diperlukan oleh inti radioaktif
untuk meluruh hingga aktivitasnya menjadi setengah aktivitas mula-mula.
Peluruhan inti radioaktif (radionuklida) merupakan peristiwa statistik,
oleh karena itu tidak bisa diperkirakan inti mana yang akan meluruh pada
waktu berikutnya, tetapi untuk suatu kumpulan inti dapat diperkirakan
terjadinya peluruhan.
Hubungan waktu paruh dengan konstanta peluruhan menunjukkan bahwa
material dengan tingkat radioaktif yang tinggi akan cepat habis, sedang
materi dengan tingkat radiasi rendah akan lama habisnya. Waktu paruh
inti radioaktif sangat bervariasi dari mulai 1024 tahun untuk inti yang hampir stabil dan sampai 10-6 detik untuk yang sangat tidak stabil.
Bentuk Peluruhan Radioaktif
Setiap unsur mempunyai satu atau lebih isotop tidak stabil yang akan
mengalami peluruhan radioaktif yang menyebabkan inti melepaskan partikel
ataupun radiasi elektromagnetik. Radioaktivitas dapat terjadi ketika
jari-jari inti sekitar 1fm.
Fisi Spontan
Fisi spontan adalah bentuk peluruhan radioaktif di mana inti atom
membelah menjadi dua inti yang lebih kecil dan menghasilkan satu atau
lebih neutron. Fisi spontan merupakan proses yang sangat merusak dan
umumnya terjadi pada atom dengan nomor atom diatas 90, fragmen ini
membentuk inti baru yang biasanya radioaktif.
Peluruhan Alfa
Terjadi ketika suatu inti memancarkan partikel alfa dengan hasil peluruhan berupa unsur baru dengan nomor atom yang lebih kecil.
Peluruhan Beta
Diatur oleh gaya lemah dan dihasilkan oleh transformasi neutron
menjadi proton ataupun sebaliknya. Transformasi neutron menjadi proton
akan diikuti oleh pancaran satu elektron dan satu anti neutrino,
manakala transformasi proton menjadi neutron diikuti oleh pancaran satu
positron dan satu neutrino. Pancaran elektron ataupun pancaran positron
disebut sebagai partikel beta. Peluruhan beta dapat meningkatkan maupun
menurunkan nomor atom inti sebesar satu. Dikenal 3 jenis peluruhan beta.
Pancaran Elektron
Inti atom yang memiliki kelebihan neutron berupaya mencapai
stabilitas dengan mengubah neutron menjadi proton dengan pancaran
elektron. Elektron ini disebut partikel beta minus yang menunjukkan
bahwa partikel bermuatan negatif.
Pancaran Positron
Positron adalah partikel beta positif, ketika jumlah proton dalam
inti atom terlalu besar untuk mencapai stabilitas maka inti atom akan
berupaya untuk mencapai stabilitas dengan mengubah proton menjadi
neutron dengan pancaran elektron bermuatan positif.
Penangkapan Elektron
Peluruhan beta elektron dalam orbit tertarik ke inti yang tidak
stabil dimana hal ini menggabungkan elektron dengan proton untuk
membentuk neutron.
Peluruhan Gamma
Dihasilkan oleh perubahan tingkat energi inti atom ke tingkat yang
lebih rendah dan menyebabkan pancaran radiasi elektromagnetik. Hal ini
dapat terjadi setelah pancaran partikel alfa ataupun beta dari suatu
peluruhan radioaktif.
Transisi Isomer
Transisi isomer adalah bentuk peluruhan radioaktif dimana sinar gamma
dipancarkan oleh inti atom yang memiliki energi tinggi dalam keadaan
tidak stabil yang mengalami penurunan energi. Bentuk peluruhan ini tidak
merubah inti atom asal hanya menurunkan tingkat energi.
Dapat kita lihat inti atom dari 99mTc dalam keadaan
tereksitasi, yang memiliki kelebihan energi berusaha menjadi technetium
dengan cara melepaskan kelebihan energi yang dimilikinya serta
memancarkan sinar gamma.
Konversi Internal
Pada konversi internal kelebihan energi yang dimiliki inti atom diberikan kepada elektron.
Skema Peluruhan
Skema peluruhan secara luas digunakan untuk memberikan representasi
visual dari peluruhan radioaktif, dimana skema untuk peluruhan relatif
lurus ke depan.
Unit Radioaktivitas
Unit metrik radioaktivitas dinamai Henri Becquerel untuk menghormati
penemuan radioaktivitas dan disebut becquerel dengan simbol Bq.
Becquerel didefinisikan sebagai jumlah zat radioaktif yang menimbulkan
tingkat peluruhan 1 peluruhan per detik. Dalam pekerjaan diagnostik
medis 1 Bq adalah jumlah radioaktivitas yang kecil, oleh karena itu
lebih sering digunakan unit ukuran kilobecquerel (kBq) dan megabecquerel
(MBq).
Unit tradisional radioaktivitas dinamai Marie Curie dan disebut curie
dengan simbol Ci. Curie didefinisikan sebagai jumlah zat radioaktif
yang menimbulkan tingkat peluruhan 3,7 x 1010 peluruhan per
detik yang merupakan jumlah radioaktivitas yang cukup besar. Oleh karena
itu untuk pekerjaan diagnostik medis lebih sering digunakan unit ukuran
millicurie (mCi).
Interaksi Radiasi Dengan Materi
Ketika radiasi nuklir mengenai materi ada tiga kemungkinan yang dapat
terjadi yaitu radiasi akan dibelokkan, diserap atau diteruskan. Secara
umum, interaksi radiasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
interaksi radiasi partikel bermuatan (alpha dan beta), radiasi partikel
yang tidak bermuatan (neutron) dan yang terakhir adalah radiasi
gelombang elektromagnetik/foton (radiasi gamma dan sinar-x). Karena
ketiga jenis radiasi ini memiliki karakteristik yang berbeda maka
interaksi yang terjadi pun akan berbeda.
Ada tiga kemungkinan interaksi radiasi yang dapat terjadi ketika
suatu partikel bermuatan mengenai materi yaitu ionisasi, eksitasi dan
brehmstrahlung. Ketika menumbuk suatu materi, radiasi alpha yang
memiliki massa dan muatan yang relatif besar cenderung melakukan proses
ionisasi.
Proses Ionisasi
Ketika partikel bermuatan melalui suatu materi, partikel tersebut
akan berinteraksi dengan atom-atom penyusun materi dan menyebabkan
beberapa elektron terlepas dari lintasannya karena adanya gaya tarik
Coulomb. Proses terlepasnya elektron dari suatu atom disebut sebagai
proses ionisasi. Setelah proses ionisasi, atom yang mula-mula netral
menjadi bermuatan positif.
Setelah melakukan proses ionisasi energi radiasi yang datang akan
mengalami pengurangan. Ini dikarenakan adanya transfer energi dari
radiasi kepada elektron, sehingga elektron memiliki energi yang cukup
besar untuk melepaskan diri dari atom. Jika energi radiasi akhir masih
cukup banyak, proses ioniasasi dapat terjadi lagi terus-menerus hingga
energi radiasi yang dimiliki habis. Elektron yang terlepas dari atom
akan menjadi elektron bebas yang tidak memiliki energi kinetik dan bebas
bergerak secara acak di dalam medium.
Proses Eksitasi
Sepintas proses eksitasi mirip dengan proses ionisasi, akan tetapi
pada proses eksitasi elektron tidak sampai terlepas dari atom. Elektron
hanya berpindah ke lintasan yang lebih luar dimana setelah terjadi
proses eksitasi atom tersebut berubah menjadi atom yang tereksitasi.
Sebagaimana pada proses ionisasi, energi radiasi yang datang akan
berkurang setelah melakukan proses eksitasi. Ini terjadi karena radiasi
mentransfer sebagian atau seluruh energinya kepada elektron, sehingga
elektron memiliki energi yang cukup untuk berpindah lintasan. Proses
eksitasi juga dapat berlangsung berulang kali hingga energi radiasinya
habis.
Atom yang berada dalam keadaan tereksitasi ini akan kembali ke
keadaan dasarnya dengan melakukan transisi elektron. Salah satu elektron
yang berada di lintasan luar akan berpindah mengisi kekosongan di
lintasan yang lebih dalam sambil memancarkan radiasi sinar-x. Energi
sinar-x yang dipancarkan dalam peristiwa ini setara dengan selisih
energi antara lintasan sebelum dan sesudah transisi.
Proses Brehmstrahlung
Proses ini lebih dominan terjadi pada interaksi radiasi beta dan
elektron karena massa dan muatan partikel beta relatif lebih kecil
sehingga kurang diserap oleh materi dan daya tembusnya lebih tinggi
dibandingkan partikel alpha.
Karena adanya gaya elektrostatik, radiasi beta atau elektron yang
bergerak melewati inti akan dibelokkan. Perubahan arah gerak ini
menyebabkan adanya perubahan momentum yang kemudian akan menghasilkan
pancaran energi gelombang elektromagnetik (foton). Foton yang muncul
pada proses ini disebut sebagai sinar-x brehmsstrahlung.
Berbeda dengan energi radiasi sinar-x yang hanya dipengaruhi oleh
selisih tingkat energi lintasan, tingkat energi radiasi sinar-x
brehmsstrahlung ini dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu energi radiasi
yang mengenai atom, jumlah proton inti dan sudut pembelokannya.
Interaksi Radiasi Neutron
Neutron mempunyai massa yang hampir sama dengan proton dan tidak
bermuatan serta memiliki besar ratusan kali dari elektron. Karena itulah
mengapa neutron sangat sulit dihentikan dan memiliki daya jangkau yang
besar. Ada 5 reaksi yang terjadi ketika sebuah neutron berinteraksi
dengan inti yang dibahas dibawah ini.
Tumbukan
Neutron merupakan partikel yang memiliki massa namun tidak bermuatan
listrik, sehingga interaksi neutron dengan materi lebih banyak bersifat
mekanik yakni tumbukan antara neutron dengan inti atom materi, baik
secara elastik maupun tak elastik. Setiap tumbukan dengan materi akan
menyerap energi neutron, sehingga setelah beberapa kali tumbukan energi
yang dimiliki neutron akan habis dan proses tumbukan pun berhenti. Jika
energi neutron sudah sangat rendah ada kemungkinan untuk terjadinya
reaksi penangkapan neutron oleh inti atom bahan penyerap.
Tumbukan elastik
Pada tumbukan elastik tidak ada energi yang ditransfer dari neutron
kepada inti target. Pada tumbukan elastik berlaku hukum kekekalan
momentum dan energi kinetik, meskipun biasanya akan ada energi kinetik
yang diberikan neutron kepada inti target. Sebagian energi neutron yang
diberikan kepada inti atom target menyebabkan inti atom target terpental
sedangkan neutronnya akan dibelokkan atau dihamburkan.Tumbukan elastik
terjadi bila atom yang ditumbuk neutron mempunyai massa yang sama atau
setidaknya hampir sama dengan massa neutron, sehingga fraksi energi
neutron yang terserap oleh atom tersebut cukup besar.
Tumbukan Tak Elastik
Pada tumbukan tak elastik neutron akan diserap oleh inti atom target
yang kemudian membentuk inti atom majemuk. Inti majemuk ini kemudian
akan memancarkan neutron dengan energi kinetik rendah dan meninggalkan
inti atom dalam keadaan eksitasi. Agar dapat kembali ke keadaan semula
inti atom akan mengeluarkan kelebihan energi yang dimilikinya dalam
bentuk radiasi gamma. Jumlah energi kinetik neutron yang dihamburkan
akan sama dengan jumlah energi kinetik neutron sebelum tumbukan.
Penyerapan Neutron
Pada penyerapan neutron oleh suatu inti atom tidak ada neutron yang
dihasilkan pada akhir proses, sebagai gantinya akan dihasilkan partikel
bermuatan atau radiasi gamma. Jika inti atom yang dihasilkan adalah
radioaktif, maka radiasi tambahan akan dihasilkan beberapa saat
kemudian.
Transmutasi
Transmutasi adalah perubahan suatu isotop menjadi isotop lain melalui
reaksi nuklir. Bila energi neutron sudah sangat rendah (En < 0,025
eV) maka ada kemungkinan neutron tersebut akan ditangkap oleh inti atom
bahan penyerap sehingga akan terbentuk inti atom baru karena terjadinya
penambahan neutron. Inti atom yang terbentuk ini umumnya tidak stabil
yang memancarkan radiasi. Selain oleh neutron, proses reaksi inti
seperti ini juga dapat disebabkan oleh partikel bermuatan seperti
proton, tetapi dengan energi yang sangat tinggi.
Penangkapan Radiasi
Merupakan reaksi nuklir yang paling umum terjadi dimana sebuah
neutron akan diserap oleh inti atom target yang kemudian membentuk inti
atom majemuk dalam keadaan eksitasi. Inti majemuk ini kemudian akan
memancarkan radiasi gamma dan kembali ke keadaan dasarnya. Pada reaksi
ini inti atom yang dihasilkan merupakan isotop dari inti atom target dan
ada kenaikan nomor massa sebesar satu.
Fisi
Reaksi fisi adalah proses reaksi nuklir yang terjadi karena inti atom
terbelah menjadi partikel-partikel inti yang lebih ringan karena
tertumbuk oleh partikel inti lain. Reaksi fisi merupakan reaksi nuklir
eksotermis yang akan menghasilkan partikel inti yang lebih ringan,
beberapa partikel neutron, gelombang elektromagnetik dalam bentuk
radiasi sinar gamma dan sejumlah energi. Pada reaksi fisi yang
berlangsung dalam reaktor, inti atom yang menyerap neutron akan menjadi
sangat tidak stabil sehingga membelah menjadi dua inti baru sambil
melepaskan sejumlah besar energi. Contoh reaksi fisi dalam reaktor
adalah fisi uranium-235 yang sangat terkenal karena reaksi nuklir ini
mendasari beroperasinya reaktor nuklir yang banyak beroperasi di Dunia.
Interaksi Radiasi Gelombang Elektromagnetik
Sinar gamma dan sinar-x termasuk ke dalam kelompok radiasi
elektromagnetik. Tidak seperti gelombang radio dan cahaya tampak, sinar
gamma dan sinar-x memiliki panjang gelombang yang lebih pendek sehingga
memiliki energi yang jauh lebih tinggi. Sementara radiasi alpha dan beta
memiliki daya jangkau maksimum yang terbatas, foton berinteraksi secara
probabilistik sehingga daya jangkau maksimum sebuah foton bisa sangat
bervariasi. Ada 3 mekanisme bagaimana sinar gamma dan sinar-x
berinteraksi dengan materi, yaitu efek fotolistrik, hamburan compton dan
produksi pasangan. Radiasi gamma memiliki bahaya eksternal karena
radiasi ini memberikan energi lebih banyak dan daya tembus yang lebih
jauh bila dibandingkan dengan radiasi alpha dan beta.
Efek Fotolistrik
Pada proses efek fotolistik, foton yang datang mengenai atom
seolah-olah menumbuk salah satu elektron orbital dan memberikan seluruh
energinya. Jika energi foton yang diberikan lebih besar dari energi ikat
elektron, maka elektron tersebut dapat terlepas dari atom dan
menghasilkan ion. Elektron yang terlepas (fotoelektron) dapat
menyebabkan peristiwa ionisasi sekunder pada atom sekitarnya dengan cara
yang mirip dengan yang dilakukan radiasi beta. Efek fotolistrik sangat
mungkin terjadi jika foton memiliki energi yang rendah (kurang dari 0,5
MeV) dan materi memiliki massa besar.
Hamburan Compton
Peristiwa hamburan compton sebenarnya tidak berbeda jauh dengan efek
fotolistrik. Akan tetapi, pada hamburan compton tidak semua energi foton
diberikan kepada elektron melainkan hanya sebagian saja dimana sisa
energi foton masih berupa foton yang dihamburkan. Foton yang dihamburkan
ini akan terus berinteraksi dengan elektron lain sampai energinya habis
dan fotoelektron akan menyebabkan proses ionisasi sekunder.
Produksi Pasangan
Ketika berada di daerah medan inti sebuah atom, foton dapat mengalami
konversi menjadi positron yang bermuatan positif dan elektorn yang
bermuatan negatif. Dengan menggunakan persamaan konversi energi menjadi
massa (E=mc2) elektron dan positron yang dihasilkan akan memiliki energi yang setara dengan 0,511 MeV.
Elektron yang dihasilkan akan berinteraksi dengan atom sekitar dan
menyebabkan terjadinya ionisasi, sedangkan positron akan menemukan
sebuah elektron bebas dan kedua partikel ini akan saling menghilangkan
(interaksi positron) dan menghasilkan energi.
Interaksi Tidak Langsung
Dari tiga interaksi foton di atas, terlihat bahwa semua interaksi
akan menghasilkan partikel bermuatan elektron atau positron yang
berenergi tinggi. Elektron atau positron yang berenergi tersebut dalam
pergerakannya akan mengionisasi atom-atom bahan yang dilaluinya sehingga
dengan kata lain, foton juga dapat mengionisasi bahan tetapi secara
tidak langsung.
Produksi Radioisotop
Dalam perkembangan farmasi modern, radioaktivitas memiliki dampak
peningkatan di bidang aplikasi diagnostik (in vitro dan in vivo) serta
dalam aplikasi terapeutik. Sebagian besar radioisotop yang ditemukan di
alam memiliki waktu paruh relatif panjang, akibatnya untuk keperluan
aplikasi medis umumnya memerlukan penggunaan radioisotop yang diproduksi
secara buatan. Jenis radioisotop untuk pencitraan kedokteran nuklir
harus memiliki karakteristik dosis radiasi serendah mungkin kepada
pasien. Untuk alasan ini radioisotop umumnya memiliki waktu paruh pendek
dan memancarkan hanya sinar gamma. Dari sudut pandang energi, energi
sinar gamma tidak boleh begitu rendah karena radiasi akan diserap
terlebih dahulu sebelum muncul dari tubuh pasien dan tidak terlalu
tinggi sehingga sulit untuk dideteksi. Untuk alasan ini sebagian besar
digunakan radioisotop yang memancarkan sinar gamma energi menengah,
yaitu antara 100 dan 200 keV. Metode produksi yang digunakan adalah fisi
inti, penembakan inti dan generator radioisotop.
Fisi inti
Reaksi fisi menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang
sagat berbahaya bagi manusia. Ketika suatu inti tertentu menyerap
neutron hal tersebut dapat mendorong untuk terjadinya proses
disintegrasi. Uranium di reaktor nuklir berfungsi sebagai sumber neutron
dimana neutron termal akan bereaksi dengan isotop stabil dan akan
menembus target inti untuk memproduksi isotop yang kaya neutron. Proses
fisi ini dikendalikan dalam sebuah reaktor nuklir.
Setelah penyerapan neutron, inti tersebut terpecah menjadi bagian
yang lebih kecil dengan nomor atom antara 30 dan 65. Inti baru yang
dihasilkan beberapa diantaranya bermanfaat dalam bidang kedokteran
nuklir.
Penembakan Inti
Dalam metode ini radioisotop diproduksi dengan cara mempercepat
partikel bermuatan hingga memiliki energi yang sangat tinggi dan
ditabrakan pada bahan target. Inti baru dapat terbentuk ketika
partikel-partikel ini bertabrakan dengan inti dalam bahan target.
Beberapa inti ini kemudian digunakan untuk keperluan dibidang kedokteran
nuklir.
Jenis perangkat yang digunakan dalam metode produksi radioisotop ini
disebut cyclotron. Cyclotron terdiri dari sebuah senjata ion untuk
memproduksi partikel dan elektroda yang digunakan untuk mempercepat
partikel hingga memiliki energi yang tinggi serta magnet untuk
mengarahkan partikel menuju bahan target yang diatur dalam struktur
melingkar.
Generator Radioisotop
Metode ini banyak digunakan untuk memproduksi radioisotop tertentu
berumur pendek di rumah sakit. Pada generator menggunakan sumber
radioisotop berumur panjang yang kemudian meluruh menjadi isotop berumur
pendek. Sebagai contoh 99Mo dengan waktu paruh sekitar 2,75 hari yang meluruh menjadi 99mTc dengan waktu paruh 6 jam yang merupakan radioisotop yang paling banyak digunakan dalam kedokteran nuklir saat ini, dimana 99Mo disebut isotop induk dan 99mTc disebut isotop anak.
Generator terdiri dari kolom keramik dengan 99Mo terserap
di permukaannya. Sebuah larutan yang disebut elusi dilewatkan melalui
kolom keramik yang akan bereaksi secara kimia dan menghasilkan 99mTc dalam bentuk kimia yang cocok untuk digabungkan dengan farmasi untuk memproduksi radiofarmaka.
PENUTUP
Atom adalah satuan dasar materi yang terdiri dari inti atom beserta
elektron yang bermuatan negatif, dimana inti atom sendiri terdiri dari
campuran proton yang bermuatan positif dan neutron yang bermuatan
netral.
Peluruhan radioaktif dapat terjadi ketika sebuah inti atom yang tidak stabil memancarkan partikel radiasi.
Secara umum interaksi radiasi dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu
interaksi radiasi partikel bermuatan, radiasi partikel yang tidak
bermuatan dan yang terakhir adalah radiasi foton.
Untuk produksi radioisotop metode yang digunakan adalah fisi inti,
penembakan inti dan generator radioisotop. Dimana dalam perkembangannya
peluruhan radioaktif memiliki dampak peningkatan dibidang aplikasi
diagnostik dan terapeutik.
DAFTAR PUSTAKA
- Mould, Richard F. A century of x-rays and radioactivity in medicine : with emphasis on photographic records of the early years. Bristol Inst. of Physics Publ 1995, P. 12
- Masjhur JS, Kedokteran Nuklir dan Kedokteran Nuklir Molekuler. Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran 2013, Bandung. P. 3-4
- Elgazzar AH. A Concise Guide to Nuclear Medicine. Springer 2011, Verlag Berlin Heidelberg. P 1-12
- Cherry SR, Sorenson JA, Phelps ME. Physics in Nuclear Medicine, 4th Saunders Elsevier 2012, Philadelphia. P. 7-85
- Maher K. Basic Physics Of Nuclear Medicine. Wikibooks 2006. P. 4-41, 90-3
- Stabin MG. Fundamentals of Nuclear Medicine Dosimetry. Springer 2008, Nashville. P. 1-5
- Biersack HJ, Freeman LM. Clinical Nuclear Medicine. Springer 2007, Verlag Berlin Heidelberg. P 1-6
- Lombardi MH. Radiation Safety in Nuclear Medicine, 2nd Taylor & Francis Group 2007, Boca Raton. P. 6-16
- Saha GB. Basics of PET Imaging Physics, Chemistry, and Regulations, 2nd Springer Science 2010, New York Dordrecht Heidelberg London. P. 1-15
- Saha GB. Fundamentals of Nuclear Pharmacy, 5th Springer-Verlag 2004, Cleveland. P. 1-22
- Powsner RA, Powsner ER. Essential Nuclear Medicine Physics, 2nd Blackwell 2006, Massachusetts. P. 1-36
- Bailey DL, Townsend DW, Valk PE, Maisey MN. Positron Emission Tomography Basic Sciences. Springer 2005, Verlag London. P. 13-25
- Thrall Nuclear Medicine: The Requisites in Radiology 3rd Ed. Mosby 2006, Philadelphia. P. 3-7
- Schulthess V, Gustav K, Schmid, Daniel T. Molecular Anatomic Imaging: PET-CT and SPECT-CT Integrated Modality Imaging, 2nd Lippincott Williams & Wilkins 2007, Switzerland. P. 4-8
- Mettler FA, Guiberteau MJ. Essentials of Nuclear Medicine Imaging, 6th Saunders Elsevier 2012, Philadelphia. P. 1-7
- Piciu D, Chiricuta I. Nuclear Endocrinology. Springer 2012, Heidelberg Dordrecht London New York. P 4-9
- infonuklir.com
- Mettler FA, Upton AC. Medical Effects of Ionizing Radiation, 3rd Saunders Elsevier 2008, Philadelphia. P. 1-8
- Jadvar H, Parker JA. Clinical PET and PET/CT. Springer 2005, Verlag London Limited. P. 1-10
- Christian PE, Waterstram KM. Nuclear Medicine and PET/CT Technology and Techniques, 6th Mosby 2006. P 33-59
- Zimmermann R. Nuclear Medicine Radioactivity for Diagnosis and Therapy. EDP Sciences 2007, Imprimé en France. P. 33-51
- Martin BR. Nuclear and Particle Physics. John Wiley & Sons 2006, West Sussex England. P. 55-62
- Hoppe RT, Phillips TL, Roach M. Textbook of Radiation Oncology, 3rd Saunders Elsevier 2010, Philadelphia. P. 95-102
No comments:
Post a Comment