Referat ke-4 (dr. Joko Wiyanto)
Prostat
Prostat adalah organ
genital yang hanya di temukan pada pria,
merupakan penghasil cairan semen.
Prostat berbentuk piramid, tersusun atas jaringan fibromuskular yang mengandung kelenjar, umumnya memiliki ukuran
dengan panjang 3 cm, mengelilingi uretra
pria.
Prostat
memiliki lapisan pembungkus yang di sebut dengan kapsul. Kapsul ini terdiri
dari 2 lapisan yaitu:
1. True capsule: lapisan fibrosa tipis pada bagian luar prostat
2. False capsule: lapisan ekstraperitoneal yang saling bersambung menyelimuti kandung kemih.
Histologi
Prostat merupakan suatu
kumpulan kelenjar yang terdiri dari 30-50 kelenjar tubuloalveolar, dibentuk dari epitel bertingkat silindris atau
kuboid yang bercabang. Duktusnya bermuara ke dalam uretra pars prostatika, menembus prostat. Secara histologi, prostat
memiliki 3 zona yang berbeda yaitu: 7
1. Zona
sentral
2. Zona
perifer
3. Zona
transisional
Kanker Prostat
Kanker prostat adalah
keganasan pada prostat yang diderita pria berusia lanjut dengan kejadian puncak
pada usia
65-75 tahun. Penyebab kanker prostat tidak diketahui secara tepat, meskipun
beberapa penelitian telah menunjukkan adanya hubungan antara diet tinggi lemak
dan peningkatan nilai hormon testosteron.
Diketahui 95% kanker prostat bersifat adenokarsinoma
dan sebanyak 60-70% kasus kanker prostat terjadi pada zona perifer, sehingga dapat diraba sebagai nodul-nodul keras irregular, 10-20%
kanker prostat terjadi pada zona transisional dan 5-10% terjadi pada zona
sentral.
Etiologi dan Faktor Risiko
Dari berbagai
penelitian disimpulkan bahwa etiologi dan faktor risiko kanker prostat meliputi:
1. Usia
2. Ras
dan tempat tinggal
3. Riwayat
keluarga
4. Faktor
hormonal
5. Pola
makan
Gejala Klinis
Tahap awal (early stage) yang mengalami kanker
prostat umumnya tidak menunjukkan gejala klinis atau asimptomatik. Pada tahap
berikutnya (locally advanced)
terdapat gejala obstruksi sebagai gejala yang paling sering ditemukan. Biasanya
ditemukan juga hematuria yakni urin
yang mengandung darah, infeksi saluran kemih, serta rasa nyeri saat berkemih.
Pada tahap lanjut (advanced)
penderita yang telah mengalami metastasis
di tulang sering mengeluh sakit tulang dan terkadang mengalami kelemahan tungkai maupun
kelumpuhan tungkai karena kompresi korda
spinalis.
Pemeriksaan
Diagnosa
kanker prostat dapat dilakukan dengan beberapa metode pemeriksaan, yaitu:
1. Digital Rectal Examination
(DRE)
2. Pemeriksaan
Nilai Prostat Spesifik Antigen
(PSA)
3. Biopsi
prostat
4. Pencitraan
Kanker prostat biasanya
mengalami metastasis dengan urutan
pertama kelenjar limfe pelvis
yang kemudian berlanjut ke tulang-tulang pelvis, vertebra lumbalis, femur, vertebra torakal dan tulang kosta. Lesi
yang terjadi pada metastasis di tulang dapat berupa lesi osteolitik (destruktif) dan lesi osteoblastik (membentuk
tulang). Adanya metastasis osteoblastik merupakan suatu bertanda bahwa kanker
prostat berada pada tahap lanjut.
Penentuan grading, yang paling umum digunakan di
Amerika adalah sistem Gleason. Skor untuk sistem ini adalah 1-5 berdasarkan
pemeriksaan spesimen prostat di laboratorium Patologi Anatomi (tabel 2.2). Ada
2 skor yang harus dilihat dalam sistem Gleason yaitu:
1. Skor
primer adalah penilaian yang diberikan berdasarkan gambaran mikroskopik yang
paling dominan pada spesimen yang diperiksa.
2. Skor
sekunder adalah gambaran mikroskopik berikutnya yang paling dominan setelah
yang pertama.
Total skor untuk
Gleason adalah jumlah dari skor primer dan skor sekunder dimana masing-masing
rentang nilai untuk skor primer dan sekunder adalah 1-5 dan totalnya 2-10. Bila
total skor Gleason 2-4, maka spesimen dikelompokkan kedalam kategori well-differentiated, sedangkan bila skor
Gleason 5-6 dikategorikan sebagai moderate
differentiated dan skor Gleason 8-10
dikelompokkan sebagai poor differentiated.
Tabel
2.1. Skor Grading menurut Gleason.
Skor Gleason
|
Gambaran mikroskopik
|
1-2
|
Kelenjar
kecil dan uniform, dekat menyatu dengan sedikit stroma
|
3
|
Cribiform pattern
|
4
|
Incomplete gland formation
|
5
|
Tidak ada
kelenjar terbentuk atau penampakan lumen
|
Sedangkan Staging
TNM digunakan untuk melihat hasil dari DRE dan Transrectal Ultrasound Scanning (TRUS).
Tabel
2.2. Luas Tumor Primer (T).
Klasifikasi TNM
|
Temuan Anatomis
|
T1
|
Lesi tidak
teraba
|
T1a
|
≤ 5%
jaringan yang direseksi untuk BPH memiliki kanker dengan DRE normal
|
T1b
|
> 5%
jaringan yang direseksi untuk BPH memiliki kanker dengan DRE normal
|
T1c
|
Kanker
ditemukan pada biopsi jarum
|
T2
|
Kanker
teraba atau terlihat terbatas pada prostat
|
T2a
|
Keterlibatan
≤ 50% dari satu lobus
|
T2b
|
Keterlibatan
> 50% dari satu lobus tapi unilateral
|
T2c
|
Keterlibatan
kedua lobus
|
T3
|
Perluasan
ekstraprostat lokal
|
T3a
|
Unilateral
|
T3b
|
Bilateral
|
T3c
|
Invasi ke
vesika seminalis
|
T4
|
Invasi ke
organ dan/atau struktur penunjang di jaringan sekitar
|
T4a
|
Invasi ke
leher kandung kemih, rektum atau spingter eksternal
|
T4b
|
Invasi ke
otot levator anus atau dasar panggul
|
Tabel 2.3. Status kelenjar getah bening regional (N).
Klasifikasi TNM
|
Temuan anatomis
|
N0
|
Tidak ada metastasis ke kelenjar regional
|
N1
|
Satu kelenjar regional diameter ≤ 2 cm
|
N2
|
Satu kelenjar regional dengan garis tengah 2-5 cm atau banyak kelenjar
dengan garis tengah < 5 cm
|
N3
|
Kelenjar regional dengan diameter > 5 cm
|
Tabel 2.4.
Metastasis jauh (M).
Klasifikasi TNM
|
Temuan anatomik
|
M0
|
Tidak ada metastasis jauh
|
M1
|
Terdapat metastasis jauh
|
M1a
|
Metastasis ke kelenjar getah bening jauh
|
M1b
|
Metastasis ke tulang
|
M1c
|
Metastasis jauh lainnya
|
Pengelolaan kanker
prostat
Pengelolaan kanker
prostat ditentukan berdasarkan kondisi penyakitnya, apakah kanker prostat
tersebut terlokalisasi, penyakit kekambuhan atau sudah mengalami metastasis. Pria yang memiliki risiko sangat rendah (very low risk) terhadap kanker prostat
dan memilih untuk tidak melakukan pengobatan, tetap dilakukan monitoring. Beberapa
kriteria yang termasuk ke dalam golongan risiko rendah terhadap kanker prostat
(very low risk) adalah:
1. Tidak
teraba kanker pada pemeriksaan DRE (staging
T1c)
2. Densitas
PSA (jumlah serum PSA dibagi dengan volume prostat) kurang dari 0,15
3. Skor
Gleason ≤ 6
dengan tidak ditemukannya pola yang bernilai 4 atau 5
4. Pusat
kanker tidak lebih dari 2 atau kanker tidak melebihi 50 % dari bagian yang di biopsi.
THERANOSTICS KEDOKTERAN NUKLIR
PADA KANKER PROSTAT
Kanker
prostat masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara
berkembang.
Meluasnya penggunaan serum
prostate-specific antigen (PSA) telah menyebabkan peningkatan penilaian
staging dan meningkatkan diagnosis dari kanker prostat. Terapi dengan cara mengurangi hormon androgen akan
efektif selama 12-18 bulan, namun pada beberapa pasien tidak menyembuhkan. Selanjutnya
penggunaan kemoterapi dapat memberikan keuntungan sementara, tetapi tidak dapat menghambat perkembangan dari
penyakit.
Kemajuan
pengobatan menggunakan radiasi atau yang disebut terapi radiasi telah banyak
dilakukan untuk pengobatan penyakit kanker dan salah satunya adalah pemanfaatan
radiofarmaka untuk radioimunoterapi. Radioimunoterapi adalah metode terapi
terarah yang potensial dengan menggunakan antibodi monoklonal bertanda
radionuklida. Prinsip pengobatan terarah ini adalah melalui interaksi spesifik
antara antibodi monoklonal bertanda radionuklida dengan reseptor atau antigen
yang diekspresikan sel kanker, dengan memanfaatkan pancaran radiasi alfa dan beta radionuklida
yang berperan
secara selektif
untuk menghancurkan atau menghambat pertumbuhan sel kanker.
PSMA
adalah protein membran yang diekspresikan oleh sel epitel prostat. PSMA ini di
regulasi pada hampir semua kanker prostat dan merupakan
reseptor target untuk terapi kanker prostat. Kemajuan pengobatan
menggunakan radiasi atau yang disebut terapi radiasi telah banyak dilakukan
untuk pengobatan penyakit kanker dan salah satunya adalah pemanfaatan
radiofarmaka untuk radioimunoterapi.
Prostate-Specific
Membrane Antigen
Prostate-specific
membrane antigen (PSMA) adalah glikoprotein membran
utuh tipe II
yang diregulasi pada kanker prostat, merupakan target yang rasional untuk pencitraan
diagnostik dan terapi bersasaran. Studi terbaru menunjukkan
tingkat ekspresi PSMA yang rendah dalam usus kecil, tubulus proksimal ginjal,
kelenjar ludah (0,01-1,0% dibandingkan dengan ekspresi oleh sel prostat) dan
sel endotel pembuluh darah berbagai tumor padat lainnya. Molekul PSMA berada di ekstraseluler, transmembran dan intraseluler.
Dalam jaringan
ganas, PSMA diduga
terlibat dalam proses
angiogenesis, dimana ekspresi
peningkatan PSMA ditemukan disekitar neovasculature
tumor padat. PSMA merupakan penanda jaringan yang handal untuk kanker
prostat dan dianggap sebagai target ideal untuk aplikasi theranostics.
Berbagai antibodi
untuk PSMA telah
dikembangkan, pada tahun 1998 capromab (7E11/CYT-356) dikembangkan sebagai agen
pencitraan kanker prostat untuk mengevaluasi derajat penyakit kanker prostat. Selanjutnya
dikembangkan monoklonal antibodi (mAb) lainnya, salah satunya diidentifikasi
sebagai J591 yang memiliki tingkat afinitas yang lebih tinggi untuk sel ca
prostat yang mengekspresikan PSMA di bagian ekstraseluluer sel.
Pencitraan Diagnostik
Ligan PSMA pada Kanker Prostat
Sejak 2012, dilakukan
sejumlah studi klinis menggunakan
ligan PSMA, seperti 123/124/131IMIP-1072/1095,
99mTc-MIP-1404/1405, 68Ga-HBED-PSMA,
18F-DCFBC dan 18F-DCFPyl, secara eksponensial meningkat.
Diantara
agen tersebut, senyawa 68Ga dan 18F
bertanda telah menarik perhatian yang besar, karena
senyawa ini dapat digunakan untuk pencitraan PET/CT. Namun, ketersediaan 123I
atau 99mTc memungkinkan pencitraan SPECT/CT di pusat-pusat
rumah sakit tanpa fasilitas
untuk PET.
Pencitraan SPECT/CT
Dengan 123I/124I petanda Ligan PSMA
Barrett dkk.melaporkan penelitian pertama pada manusia
menggunakan dua inhibitor
glutamate-urea-lysine PSMA 123I-MIP-1072
dan 123I-MIP-1095 pada pasien dengan kanker prostat. Pada enam pasien dengan metastasis kanker
prostat, lesi yang
terlihat dengan pencitraan SPECT/CT berkorelasi dengan
bukti radiologis penyakit metastasis. Penelitian ini menunjukkan bahwa 123I-MIP-1072/1095
SPECT/CT adalah perunut yang cocok untuk mendeteksi lesi kanker prostat.
Pencitraan SPECT/CT
99mTc petanda Ligan PSMA
Tc-99m adalah radionuklida yang lebih disukai untuk
pengembangan radiofarmasi pencitraan SPECT. MIP-1404 dan MIP-1405
merupakan 2 molekul
kecil inhibitor PSMA dengan afinitas yang tinggi, chelated
dengan single-amino acid chelators (SAAC) dikembangkan
untuk dapat ditanda dengan 99mTc.16 Studi praklinis menunjukkan tangkapan yang
tinggi pada kanker, lesi kanker yang tercitra dengan 99mTc-MIP-1404 (gambar
3.4) dan 99mTc-MIP-1405 lebih
banyak bila dibandingkan dengan
sidik tulang. Secara keseluruhan, penelitian ini menunjukkan bahwa ligan PSMA
layak untuk deteksi lesi kanker prostat berbasis 99mTc-SPECT/CT.
Pencitraan PET/CT
68Ga petanda
Ligan PSMA
Selama beberapa
tahun terakhir, penggunaan peptida 68Ga-bertanda telah menarik minat
untuk pencitraan kanker karena karakteristik fisik 68G
dan ketersediaan yang mudah berasal dari generator 68Ge/68Ga. Selain itu, waktu
paruh 68Ga cocok dengan
farmakokinetik dari peptide PSMA inhibitor. Salah satu peptide PSMA inhibitor yang pertama tersedia untuk ditanda dengan 68Ga dan pencitraan PET dari kanker
prostat adalah
DOTA-terkonjugasi PSMA inhibitor, dikembangkan dan diuji secara preklinis oleh Banerjee dkk. Eder dkk. Menyiapkan 68Ga-bertanda PSMA inhibitor
Glu-NH-CO-NHLys (Ahx)-HBED-CC menggunakan chelator
N,N'-bis[2-hidroxy-5-(carboxyethyl) benzyl]ethylene
diamineN,N'-diacetic acid (HBED-CC).
HBED-CC
berpotensi untuk menjadi chelator yang lebih menarik untuk 68Ga dibandingkan
dengan DOTA karena bentuk
kompleks HBED-CC lebih stabil secara termodinamika dengan 68Ga,
bahkan pada suhu kamar. Eder dkk. Membandingkan HBED-CC dengan
DOTA dan menunjukkan bahwa konjugasi senyawa HBED-CC memiliki sifat yang lebih menguntungkan
untuk pencitraan
kanker prostat daripada analog
DOTA.
Afshar-Oromieh dkk. menyelidiki peran 68Ga-HBED-CC-PSMA pada 37
pasien
kanker prostat. subjek menerima 121,0 MBq dari 68Ga-HBED-CC-PSMA, sebanyak 84% lesi kanker prostat diidentifikasi dari pasien, lesi kanker prostat ditemukan pada 60% dari pasien dengan nilai PSA <2,2 ng/ml, sedangkan
pada tingkat PSA dari > 2,2 ng/ml, lesi kanker prostat ditemukan pada semua pasien. Pencitraan in vivo, tangkapan 68Ga-HBED-CC-PSMA
pada
tumor stabil antara 1 jam dan 3 jam, sedangkan pada jaringan normal tangkapan sedikit menurun antara 1 dan 3
jam. Sebuah contoh pencitraan PET/CT dari pasien dengan kanker prostat
rekuren yang menjalani
pencitraan 68Ga-HBED-CC-PSMA PET/CT 1 jam pasca-penyuntikan
radiofarmaka.
Pencitraan PET/CT
18F petanda Ligan PSMA
Keuntungan dari penggunaan 18F sebagai radionuklida adalah
memungkinkan untuk diproduksi secara terpusat dan dapat didistribusikan secara komersial dengan jangkauan daerah yang lebih besar sehingga
menghilangkan kebutuhan akan
tempat pembuatan radiofarmaka di pusat kesehatan yang dituju. Selain itu,
beberapa dosis 18F dapat diproduksi dalam satu sintesis, sementara 68Ga
hanya 2 dosis untuk satu kali sintesis dan pencitraan dengan 18F dapat memberikan
resolusi gambar yang lebih tinggi, dengan demikian meningkatkan deteksi lesi tumor.
Ligan PSMA bertanda 18F
pertama kali
dikembangkan dan diuji secara klinis oleh Martin Pomper, merupakan salah
satu pelopor dalam pengembangan 18F-ligan PSMA. Dalam penelitian ini, 5 pasien dengan metastasis kanker prostat diselidiki menggunakan 18F-DCFBC, senyawa
berbasis pentanedioic acid. 18F-DCFBC secara struktural terkait
erat dengan MIP-1072/1095.
Pasien diselidiki dengan kedua modalitas pencitraan konvensional seperti
sidik tulang, CT, USG atau MRI dan
dengan PET/CT
menggunakan 18F-DCFBC dosis 370 MBq. Pencitraan PET dilakukan secara serial hingga 2
jam pasca-penyuntikan radiofarmaka.
Sebanyak 42 lesi divisualisasikan, baik oleh pencitraan konvensional maupun
PET/CT. Dua puluh satu dari 32 lesi yang
terlihat dengan PET/CT sesuai dengan hasil pencitraan konvensional. Hampir
semua lesi PET-positif yang tidak divisualisasikan dengan pencitraan konvensional
berada di rangka tulang, menunjukkan keunggulan PET/CT dalam deteksi metastasis awal
pada tulang. Tangkapan 18F-DCFBC-PET (gambar 3.6) relatif rendah pada lesi jinak hipertrofi prostat bila dibandingkan pada kanker
prostat, yang memungkinkan deteksi lebih spesifik untuk kanker prostat primer.
Martin Pomper mengembangkan generasi kedua 18F-bertanda
ligan PSMA
(18F-DCFPyL). Diketahui afinitas 18F-DCFPyL untuk PSMA adalah lima
kali lebih tinggi dari 18F-DCFBC.
Secara klinis 68Ga-HBED-CC-PSMA dan 18F-DCFPyL
untuk pencitraan PET tampaknya menjadi
perunut yang paling cocok
sejauh ini, karena aman dan memberikan tangkapan tumor yang tinggi serta rasio tumor-to-background
yang
tinggi memungkinkan tingkat deteksi lesi yang
tinggi.
Terapi
Kanker Prostat Berbasis Ligan PSMA
Selain untuk
pencitraan diagnostik, ligan PSMA juga memiliki potensi untuk terapi
kanker prostat. Metastasis pada
kanker prostat merupakan kandidat yang sangat masuk akal untuk RIT karena
kanker prostat bersifat sensitif terhadap radiasi dan memiliki tipe
perkembangan mikro metastasis dengan volume yang kecil pada kelenjar getah
bening dan sumsum tulang dimana daerah tersebut merupakan daerah yang
mendapatkan jumlah antibodi yang tinggi. PSMA merupakan target yang ideal
karena diekspresikan oleh semua jenis kanker prostat. Monoklonal
antibodi J591 merupakan deimmunized mAb yang memiliki afinitas
ikatan yang tinggi dengan daerah ekstraselular PSMA,
kemudian akan
diinternalisasikan sehingga antibodi bertanda akan dikirimkan ke dalam sel-sel
kanker yang ditargetkan.
Respon antitumor pada RIT karena adanya induksi apoptosis
oleh radiasi. Penetrasi partikel β- 177Lu pada
berbagai jaringan untuk
terapi radionuklida sebanding dengan 131I.
Keuntungan dari penggunaan 177Lu
adalah radiasi gamma (γ) yang
lebih rendah sehingga mengurangi
waktu tinggal di
rumah sakit dan toksisitas hematologi dibandingkan dengan
131I.25 Benesova dkk.26 Mengembangkan
novel theranostic radiofarmaka PSMA 177Lu-DKFZ-617, merupakan
DOTA-terkonjugasi analog Glu-urea-Lys untuk petanda 177Lu dan 68Ga. Studi preklinis
DKFZ-617 menunjukkan nilai tumor-to-background yang tinggi pada 1 jam pasca-injeksi radiofarmaka dengan tangkapan spesifik terlihat pada tumor yang mengekspresikan PSMA
dan organ ginjal.
Baum dkk. mengevaluasi peran terapi 177Lu-DKFZ-617 pada
pasien kanker prostat dalam kelompok
yang lebih besar (n = 53), dilaporkan adanya pebaikan gejala klinis pada pasien berupa penurunan rasa sakit dan peningkatan kualitas kehidupan setelah terapi. Pengobatan ini sangat
baik ditoleransi oleh semua pasien; tidak ada efek samping akut dan
jangka panjang yang dilaporkan. Secara khusus, dilaporkan tidak ada toksisitas hematologi dan perubahan fungsi
ginjal.
Y-90 mungkin dianggap
sebagai radionuklida terpilih untuk terapi karena memiliki energi beta yang
lebih besar sehingga memiliki jangkauan terapi yang lebih luas pada jaringan.
Pada era 1990-an 177Lu menjadi mudah tersedia
dan mirip dengan 90Y dalam sifat fisik walupun sebenarnya 177Lu
lebih mirip dengan 131I (Tabel 3.2).
Tabel 3.2. Pancaran
emisi beta radionuklida untuk terapi.
131I
|
90Y
|
177Lu
|
|
Waktu paro
(hari)
|
8.05
|
2.67
|
6.7
|
Partikel β- (MeV)
Max
Rata-rata
|
0.61
0.20
|
2.280
0.935
|
0.497
0.149
|
Jangkauan pada
jaringan (mm)
Max
Rata-rata
|
2.4
0.4
|
12.0
2.7
|
2.20
0.25
|
Emisi gamma
(MeV)
|
0.364
(81%)
|
Tidak
ada
|
0.113
(7%)
0.208
(11%)
|
Radioimunoterapi 177Lu
dan 90Y Ligan PSMA
Vallabhajosula S dkk.29 melaporkan pemberian (dua atau tiga) 177Lu-J591 (30-60
mCi/m2) atau 90Y-J591 (17.5mCi/m2) selama periode 4-6 bulan dapat
ditoleransi oleh pasien kanker prostat dengan toksisitas berupa trombositopenia
ringan. Baum dkk, 177Lu-PSMA
layak, aman dan efektif pada pasien dengan metastasis kanker prostat progresif
dalam stadium akhir.
Radioimunoterapi 131I MIP-1095
Ligan PSMA
Selama ini mAb bertanda yang mengikat daerah ekstraseluler PSMA digunakan
untuk mengakumulasi radiofarmaka pada tumor prostat. Senyawa dengan berat
molekul rendah dan memiliki permeabilitas yang tinggi ke tumor padat menawarkan keuntungan yang
signifikan dalam mencapai tangkapan yang lebih tinggi per gram jaringan tumor.
Selanjutnya, molekul yang kecil memiliki kecepatan dalam distribusi pada
jaringan dan pengeluaran dari darah dibandingkan dengan imunoglobulin utuh.
Sifat ini menyebabkan peningkatan rasio target terhadap jaringan non-target
yang penting untuk pencitraan dan keberhasilan penerapan dosis serap terapi.
Susanne dkk. melakukan pengobatan pada 28 pasien metastasis kanker prostat dengan terapi tunggal
131I-MIP-1095 dosis 4.8 GBq. Dalam penelitian ini mengungkapkan bahwa
dosis efektif untuk kanker prostat yang diperoleh dengan 131I-MIP-1095 ternyata lebih tinggi dibandingan
dengan 177Lu-J591. Pemberian dosis terapi
131I-MIP-1095 menunjukkan tingginya tingkat tangkapan
pada tumor dan retensi
berkepanjangan hingga 17 hari setelah pemberian radiofarmaka. keberhasilan terapi ditunjukkan
oleh keluhan yang berkurang dan penurunan nilai PSA serum. Susanne dkk. melaporkan bahwa dosis terapi
dari 131I-MIP-1095 bisa dengan aman diberikan
untuk pasien dengan metastasis kanker prostat.
Theranostics
Menggunakan Ligan PSMA
Beberapa ligan PSMA saat ini sedang
diuji secara klinis untuk tujuan diagnostik dan
terapeutik. Radiofarmaka yang memungkinkan ditanda dengan 68Ga dan 177Lu
adalah DKFZ-617 ligan PSMA (gambar 3.10). Dengan demikian senyawa ini dapat digunakan untuk tujuan
diagnostik dan terapi. Namun, sebelumnya dilaporkan
bahwa DOTA- ligan PSMA menunjukkan secara signifikan tangkapan
tumor lebih rendah dari radiofarmaka dengan chelator HBED-CC. Dalam upaya pertama untuk meningkatkan
farmakokinetik ligan PSMA yang dipasangkan dengan DOTA, hidrofilisitas ligan ditingkatkan dengan substitusi DOTA menghasilkan DOTAGA-FFK (Sub-KuE) yang dapat diberi tanda
68Ga dan 177Lu dengan
baik sehingga berpotensi digunakan untuk
tujuan diagnostik dan terapi.
Dalam sebuah studi awal pada pasien dengan metastasis
kanker prostat,
terapi menggunakan 177Lu-DOTAGA-FFK (SubKuE) menyebabkan
penurunan lesi metastatik yang signifikan pada beberapa pasien. Sebuah unit
linker peptidic yang diperkenalkan oleh Weineisen untuk meningkatkan afinitas perunut PSMA dengan enzim PSMA (PSMA I&T). Dibandingkan dengan 177Lu-DOTAGA-FFK
(Sub-kue), 177Lu-PSMA
I&T telah terbukti memiliki kapasitas internalisasi yang lebih tinggi, yang
mungkin meningkatkan tangkapan pada
tumor. Dalam penelitian ini, satu subjek menjalani pencitraan 68Ga-PSMA I&T PET/CT
yang memperlihatkan tangkapan yang tinggi pada lesi prostat primer dan
kelenjar getah bening. Subjek lain diterapi dengan 200μg (8.0GBq) dari 177Lu-PSMA
I&T,
didapatkan hasil remisi parsial
dari banyak lesi metastasis PSMA-positif dibandingkan dengan
hasil pencitraan pra-terapi 68Ga-PSMA-HBED-CC
PET/CT, selain itu, dilaporkan juga berkurangnya gejala nyeri. Hasil ini menunjukkan potensi terapi yang
tinggi dari 177Lu-PSMA
I&T untuk penghancuran lesi kanker
prostat.
Selanjutnya, Susanne dkk. Melaporkan biodistribusi dan dosimetri radiasi
68Ga-PSMA I&T pada 5 pasien
kanker prostat memiliki hasil yang
lebih baik dibandingkan
dengan perunut spesifik kanker prostat lainnya seperti 123I-MIP-1072 atau 1095.
Telah dikembangkan serangkaian 123I dan 99mTc
bertanda molekul kecil MIP-1072 dan MIP-1095 dengan target ekstraselular PSMA,
awalnya target dipilih untuk penilaian diagnostik kanker prostat primer dan
metastasis. Hasil awal studi klinis dari 123I-MIP-1072 dan 123I-MIP-1095
mengarahkan pada evaluasi iodium bertanda dengan ligan PSMA sebagai
terapi analog otentik dengan 131I-MIP-1095
ligan PSMA.
Kesimpulan
Ligan
PSMA merupakan reseptor target untuk
kanker prostat dimana penggunaannya menunjukkan
potensi besar untuk diagnosis, staging, restaging dan terapi kanker prostat. Dikembangkannya senyawa DKFZ-617 dan PSMA I&T
memberikan harapan yang sangat menjanjikan untuk keberhasilan therasnostics pada kanker prostat karena dapat ditanda dengan 68Ga untuk
tujuan
diagnostik dan 177Lu untuk
tujuan terapi.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Nystrom A M, Wooley KL. The
Importances of Chemistry in Creating Well-Defined Nonoscopic Embedded
Therapuetics: Device Capable of The Dual Functions of Imaging and Theraphy. Acc
Chem Res. 2011; 44:969-978.
2.
Ferlay et
all. Cancer
Incidence and Mortality Worldwide: Sources, Methods and Major Patterns in GLOBOCAN 2012. International
Journal of Cancer. 2015; P
E359-E386.
3.
Safriadi
F. Prostatektomi Radikal: Morbiditas dan Mortalitas di
RSUP dr. Hasan Sadikin, Bandung. Indonesian
Journal of Cancer. 2013; 1-2.
4.
Wright GL.
Free and Complexed Prostate-Specific Antigen Serum Ratios to Predict
Probability of Primary
Prostate Cancer and Benign Prostatic
Hyperplasia.
Elsevier Science Inc.
1995; 1-2.
5.
Goldsmith SJ,
Tagawa ST,
Vallabhajosula S,
et al. Nuclear Medicine
Therapy. Springer
New York Heidelberg Dordrecht London. 2013; 273-84.
6.
DCE
Ng, MBBS, MRCP, FAMS. Radioimunotheraphy: A Brief Review. Biomed Imaging Interv
J. 2005.2(3); c23.
7. Andriyani
Y. Definisi dan Epidemiologi Penyakit Kanker Prostat. Universitas Sumatera Utara, Medan. 2011; 1-13.
8. Moore
AL, Dimitropoulou P, Lane A, et al. Population Based
Prostate-Specific Antigen in
The UK Leads to a Stage Migration of Prostate Cancer. BJU Int.
2009; 104:1592-1598.
9. Castellucci
P, Picchio M. 11C-choline PET/CT and PSA Kinetics. Eur J Nucl Med Mol Imaging. 2013;40(suppl 1): S36-S40.
10. Mease
RC, Foss CA, Pomper MG. PET Imaging in Prostate
Cancer: Focus
on Prostate-Specific
Membrane Antigen.
Curr Top Med Chem. 2013; 13:951-962.
11. Conway RE, Petrovic N, Li Z, et al. Prostate-Specific Membrane
Antigen Regulates Angiogenesis by Modulating Integrin Signal Transduction.
Mol Cell Biol. 2006; 26: 5310-24.
12. Graham K, Lesche R, Gromov AV, et al.
Radiofluorinated Derivatives of 2-(Phosphonomethyl)Pentanedioic Acid as
Inhibitors of Prostate Specific Membrane Antigen for the Imaging of prostate
cancer. J Med Chem. 2012; 55: 9510-20.
13. Wetter
A, Lipponer C, Nensa F, et al. Simultaneous 18F Choline Positron Emission Tomography / Magnetic
Resonance Imaging of The Prostate: Initial Results. Invest Radiol. 2013; 48:256-262.
14. Barrett JA, Coleman RE, Goldsmith SJ, et al. First-in-Man Evaluation of 2 High-Affinity PSMA-Avid Small Molecules for Imaging Prostate
Cancer. J
Nucl Med.
2013; 54:380-387.
15. Susanne Lütje, Sandra Heskamp, Alexander S, et al. PSMA Ligands
for Radionuclide Imaging and Therapy of Prostate Cancer: Clinical Status.
Theranostics. 2015; vol 5:
1388-401.
16. Hillier SM, Maresca KP, Lu G, et al. 99mTc-Labeled
Small-Molecule Inhibitors of Prostate-Specific Membrane Antigen for Molecular
Imaging of Prostate Cancer. J Nucl Med. 2013; 54: 1369-76.
17. Mustafa
Bashir, Thomas
Armor, Brandon
Howard, et al. SPECT/CT Imaging of Prostatic PSMA
Expression With 99mTc Trofolastat Chloride in Healthy Volunteers.
Clin Nucl Med. 2016.
18. Banerjee SR, Pullambhatla M, Byun Y, et al. 68Ga-Labeled
Inhibitors of Prostate-Specific Membrane Antigen (PSMA) for Imaging Prostate
Cancer. J Med Chem. 2010; 53: 5333-41.
19. Eder M, Schafer M, Bauder-Wust U, et al. 68Ga-Complex
Lipophilicity and The Targeting Property of a Urea-Based PSMA Inhibitor for
PET Imaging. Bioconjug Chem. 2012; 23: 688-97.
20. Afshar-Oromieh A, Zechmann CM, Malcher A, et al.
Comparison of PET Imaging With a 68Ga-Labelled PSMA Ligand and 18F-Choline-Based
PET/CT for The Diagnosis of Recurrent Prostate Cancer. Eur J Nucl Med Mol
Imaging. 2014; 41: 11-20.
21. Steven P. Rowe, Kenneth L. Gage, Sheila F, et al. 18F-DCFBC PET/CT for PSMA-Based Detection and
Characterization of Primary Prostate Cancer. J Nucl Med. 2015;56:1003-10.
22. Chen Y, Pullambhatla M, Foss CA, et al.
2-(3-{1-Carboxy-5-[(6-18F
Fluoro-Pyridine-3-Carbonyl)-Amino]-Pentyl}-Ureido)-Pen Tanedioic Acid, 18F
DCFPyL, a PSMA-Based PET Imaging Agent for Prostate Cancer.
Clin Cancer Res. 2011; 17: 7645-53.
23. Markus Dietlein, Carsten Kobe, Georg Kuhnert, et al. Comparison
of 18F DCFPyL and 68Ga GaPSMA-HBED-CC for PSMA-PET
Imaging in Patients with Relapsed Prostate Cancer. Mol Imaging Biol (2015) 17:575-84.
24. Bander
NH, Milowsky MI, Nanus DM,
et al.
Phase I Trial of 177Lu-labeled
J591, A Monoclonal
Antibody to Prostate-Specific Membrane Antigen, in Patients with Androgen-Independent Prostate Cancer. J Clin Oncol. 2005; 23:4591-601.
25. Kassis AI. Therapeutic Radionuclides: Biophysical
and Radiobiologic Principles. Semin Nucl Med. 2008; 38: 358-66.
26. Benesova M, Schafer M, Bauder-Wust U, et al.
Preclinical Evaluation of a Tailor-Made DOTA-Conjugated PSMA Inhibitor with
Optimized Linker Moiety for Imaging and Endoradiotherapy of Prostate Cancer. J
Nucl Med. 2015; 56: 914-20.
27. Baum RP, Wahl RL. Third Theranostics World Congress
on Gallium-68 and
PRRT: Abstracts. J Nucl Med. 2015; 56 Suppl 2: 2A-30
PRRT: Abstracts. J Nucl Med. 2015; 56 Suppl 2: 2A-30
28. DCE Ng, MBBS, MRCP, FAMS. Radioimunotheraphy: A Brief
Review. Biomed Imaging Interv J. 2005.2(3); c23.
29. Vallabahajosula
S, Hynecek R, Goldsmith SJ, et
al. 177Lu-J591
Monoclonal Antibody
(lu-J591) Therapy
in Metastatic Castrate Resistant Prostate Cancer (metCRPC): Correlation of Antibody-Tumor Targeting and Treatment Response. J Nucl Med. 2008; 49: p.144.
30. Baum RP, Kulkarni HR, Schuchardt C, et al. 177Lu-Labeled Prostate-Specific Membrane Antigen Radioligand Therapy of
Metastatic Castration-Resistant Prostate Cancer: Safety and Efficacy. J Nucl Med. 2016; 1-15.
31. Nanni
C, Schiavina R, Boschi S, et al. Comparison of 18F-FACBC and 11C-choline PET/CT in Patients With Radically Treated Prostate Cancer and Biochemical Relapse: Preliminary Results. Eur J Nucl
Med Mol Imaging. 2013; 40(suppl
1):11-17.
32. Kratochwil C, Giesel FL, Leotta K, et al.
PMPA for Nephroprotection in PSMA-Targeted Radionuclide Therapy of
Prostate Cancer.
J Nucl Med. 2015; 56: 293-8.
33. Kratochwil C, Frederik L, Eder GM, et al. 177Lu
Lutetium-Labelled PSMA Ligand-Induced Remission in a Patient With Metastatic
Prostate Cancer. Eur J Nucl
Med Mol Imaging. 2015.
34. Weineisen M, Schottelius M, Simecek J. Et al.
68Ga and 177Lu-Labeled
PSMA I&T: Optimization of a PSMA-Targeted Theranostic Concept and First
Proof-of-Concept Human Studies. J Nucl Med 2015; 56:1169–1176.
No comments:
Post a Comment