Referat ke-4 (dr Meutia Sari)
Sekitar
30 tahun yang lalu ditemukan tetradecapeptide kecil yang dapat menghambat
pelepasan hormone pertumbuhan yang berasal dari hipotalamus. Peptide tersebut
disebut faktor yang menghambat pelepasan somatotropin/ somatotrophin release inhibiting factor (SRIF) atau somatostatin
(SST).
2.1
Somatostatin
Somatostatin
merupakan cyclic neuropeptide yang
dihasilkan oleh sel-sel neuron yang terdapat di sistem saraf pusat maupun
perifer dan pada sel-sel endokrin. Dalam jumlah yang sangat kecil somatostatin
juga diketahui dapat dihasilkan oleh plasenta, ginjal, retina dan sel-sel
sistem imun tubuh.
Somatostatin
adalah peptida alamiah yang terdiri dari 14 asam amino siklik dengan berbagai
fungsi biologis yang muncul melalui ikatannya dengan reseptor somatostatin pada
membran sel. Somatostatin banyak ditemukan di otak, neuron perifer, endokrin
pankreas, dan traktus gastrointestinal.
2.2
Reseptor Somatostatin
Ekspresi
reseptor somatostatin ditemukan pada sejumlah tumor. Tumor neuroendokrin
merupakan jenis tumor yang telah dicitra dan diterapi secara luas dengan analog
somatostatin.
2.2.1
Tumor-tumor dengan ekspresi reseptor tinggi antara lain:
1.
Tumor gastro-entero-pancreatic/GEP (carcinoid,
gastrinoma, insulinoma, glukagonoma dll).
2.
Tumor sistem simpatoadrenal (feokromositoma, paraganglioma,
neuroblastoma, dan ganglioneuroma)
3.
Karsinoma tiroid medulare.
4.
Adenoma hipofisis.
5.
Karsinoma sel Merkel.
6.
Small
cell lung cancer.
2.1.2 Tumor-tumor dengan ekspresi reseptor SST
rendah antara lain:
1.
Karsinoma payudara.
2.
Melanoma.
3.
Limfoma,
4.
Karsinoma prostat,
5.
Non-small
cell lung cancer.
6.
Sarkoma.
7.
Renal
cell carcinoma.
8.
karsinoma tiroid berdiferensiasi.
9.
Astrositoma
.
10. Meningioma.
Pelepasan somatostatin oleh sel-sel
neuron dan sel-sel endokrin, diaktivasi oleh proses depolarisasi membran dan
peningkatan konsentrasi Ca2+. Pelepasan somatostatin dapat
distimulasi oleh berbagai hormon seperti growth
hormone-releasing hormone (GHRH) dan corticotropin-
releasing hormone (CRH), neuropeptide,
neurotrasmiter, sitokin dan
faktor-faktor pertubuhan. Sedangkan neurotransmitters
γ aminobutiric acid (GABA), opiat, cytokines
IL-1, TNFα, IL-6 dan TGFβ menghambat sekresi somatostatin.
Somatostatin bekerja dengan cara
berikatan dengan reseptor protein G/ G
protein-coupled receptors (GPCRs). Terdapat 5 reseptor somatostatin pada
manusia (SSRT1, SSRT2, SSRT3, SSRT4, SSRT5), dengan SSRT2 dikelompokan lebih
lanjut menjadi subtipe 2A dan 2B.
Karsinoma tiroid terutama tipe
berdiferensiasi baik atau well-
differentiated, mempunya proknosis yang baik karena sebagian besar dapat
diterapi dengan yodium radioaktif (131I). Namun pada tipe karsinoma
tiroid yang tidak menangkap 131I, seperti karsinoma tiroid tipe medullary atau karsinoma tiroid yang
mengalami dedifferentiated, terapi
yang optimal sangat terbatas dan proknosisnya kurang. Pada keadaan klinis
seperti ini, ekspresi dari reseptor somatostatin (SSTRs) dapat berperan
penting. Ekspresi yang berlebih (over-
expression) dari reseptor somatostatin yang berikatan dengan radioaktif
yang dilabel dengan analog somatostatin dapat digunakan untuk diagnosis dan
terapi.
Studi oleh S. Woelfl dkk, yang bertujuan untuk menganalisa pola ekspresi dari
SSTR2 dan SSTR5 pada karsinoma tiroid pada 87 subjek (terdiri dari; 52 pasien
dengan karsinoma tiroid papiler, 24 dengan karsinoma tiroid fokuler, 6 dengan
karsinoma tiroid medulari, 2 dengan karsinoma tiroid berdiferensiasi buruk dan
3 dengan karsinoma tiroid anaplastik, ditemukan bahwa;
Ekspresi SSTR2 ditemukan pada 10 dari 87
sampel, 75 dari 87 sampel menunjukkan positif SSTR5 dan 2 sampel tidak
diobserfasi. Semua sampel yang positif mengekspresikan SSTR2 ditemukan juga
mengekspresikan SSTR5. Tidak ada sampel yang hanya mengekspresikan SSTR2,
tetapi terdapat 65 sampel yang hanya mengekspresikan SSTR5.
Pada pasien dengan karsinoma tiroid
papiler; 2 dari 52 (3.84%) menunjukkan eskpresi dari SSTR2, 47 dari 52 (90.38%)
mengekspresikan SSTR5, 2 (4.84%) mengekspresikan SSTR2 dan SSTR5 dan 5 (9.61%)
tidak menunjukkan ekpresi dari SSTR2 maupun SSTR5. Tidak ada pasien yang hanya
mengekspresikan SSTR2 saja dan 45 (86.53%) positif hanya mengekspresikan SSTR5.
Pada pasien dengan karsinoma tiroid
folikuler; 4 dari 24 (16.66%) mengekspresikan SSTR2, 21 (87.50%)
mengekspresikan SSTR5, 4 (16.66%) mengekspresikan SSTR2 dan SSTR5 dan 17
970.83%) hanya mengekspresikan SSTR5.
Pada pasien dengan karsinoma tiroid
medulari; 3 dari 6 (50%) mengekspresikan SSTR5 dan 3 (50%) mengekspresikan
SSTR5 dan SSTR2.
Satu dari dua pasien dengan poor differentiated carcinoma, positif
mengekspresikan SSTR2 dan SSTR5 sedangkan satu lainnya tidak tidak
mengekspresikan kedua-duanya. Pada tiga pasien dengan karsinoma tiroid
anaplastik, seluruhnya tidak mengekspresikan SSTR2 maupun SSTR5.
Simpulan
dari penelitian ini menunjukkan bahwa SSTR2 diekspresikan hanya sebagian kecil
dari karsinoma tiroid, sebagian besar karsinoma tiroid mengekspresikan SSTR2
dan SSTR5 secara bersamaan.
Druckenthaner dkk.
melaporkan bahwa SSRT2 merupakan reseptor yang paling banyak ditemukan, yaitu
pada >68% subjek penelitian. SSRT3 hanya ditemukan pada 31%, SSRT5 pada 44%,
serta SSRT1 dan SSRT4 tidak terdeteksi.
Ain dkk.
melaporkan sebagian besar cell lines
karsinoma tiroid mengekspresikan SSRT3 dan SSRT5, dengan ekspresi SSRT1
bervariasi, serta hanya sedikit ekspresi SSRT2. Ekspresi SSRT4 hanya positif
pada satu dari sampel penelitian mereka.
Kepustakaan
mengenai ekspresi reseptor somatostatin pada tumor tiroid bervariasi, mungkin
bergantung pada metode yang digunakan. Ekspresi SSRT pada karsinoma tiroid
berdiferensiasi juga heterogen.
68Ga-DOTA-Conjugated Peptides PET/CT
Pada Karsinoma Tiroid
68Ga
secara praktis telah dikenal sejak tahun 1950.
Penggunaan generator 68Ga
mulai dikembangkan sejak tahun 1960. Setelah itu para peneliti dan klinisi
mulai memahami manfaat penggunaan radionuklida
pengemisi positron tersebut.
Namun pencitraan molekuler mulai berkemang beberapa tahun terakhir sejalan
dengan perkembangan peptida buatan
yang
sesuai baik untuk diagnosis maupun terapi.
3.1
68Gallium
68Ga
meluruh dengan mengemisikan positron (89%) 1.92 MeV dan melalui electron capture (11%) menjadi 68Zn
stabil. 68Ga bersifat logam dapat diperoleh dari radionuklida induk 68Ge
dengan waktu paruh 271 hari. 68Ga dapat dielusi dari bentuk 68Ge
padat. Generator radionuklida 68Ge/68Ga yang tersedia
saat ini sebagian besar bebasis fase padat TlO2, sehingga ion 68Ga3+
dapat dengan mudah dielusi. Ada beberapa keuntungan menggunakan 68Ga,
antara lain:
1.
Diproduksi oleh generator sehingga tidak
diperlukan fasilitas siklotron.
2.
68Ga
adalah radiometal dan mudah berikatan dengan chelator dan ligan,
dibandingkan proses pemurnian kimia 18F. Contoh chelator bifungsional antara lain EDTA dan diethylenetriaminepentaacetic acid (DTPA).
3.
Berasal dari radionuklida induk (68Ge)
dengan waktu paruh panjang sehingga generator dapat digunakan sampai satu
tahun. Selain itu, waktu paruh 68Ga yang pendek yaitu 68 menit
sesuai dengan farmakokinetik sejumlah peptida, sehingga perunut tertanda 68Ga
memiliki bersihan, difusi, dan lokalisasi target yang cepat.21-23
3.2
Pencitraan Reseptor Somatostatin
Prinsip
pencitraan reseptor somatostatin berdasarkan ikatan ligan somatostatin yang
stabil dengan radionuklida (misal 111In, 99mTc, 68Ga)
melalui chelating agent sebelum
disuntikan ke tubuh pasien, kemudian diinternalisasi oleh jaringan target
berdasarkan ekspresi SSRT (gambar 1).24 Penelitian in-vitro membuktikan bahwa subtipe SSRT
yang berbeda akan menangkap radiofarmaka dengan jumlah yang berbeda. Waktu
paruh somatostatin pendek (<2 menit) sehingga kurang sesuai baik untuk
diagnosis maupun terapi. Oleh sebab itu dikembangkan analog somatostatin sintetis
dengan waktu paruh yang sesuai untuk tujuan pencitraan dan terapi. Pencitraan
dengan mengguanakan analog SST petanda radionuklida pertama kali dilabel dengan
123I, 111In, 99mTc dan terbukti bermanfaat
dalam mediagnosis tumor yang positif mengekspresikan reseptor SST. kemampuan
mendeteksinya dilaporkan berkisar 50% and 100% pada studi yang berbeda.

Gambar
1. A)
Prinsip interaksi antara agent
sebagai targeting vector, chelator dan radionuclide. B) Gambaran interaksi antara agent yang dilabel dengan 68Ga untuk pencitraan (kiri)
dan gambaran interaksi antara agent
yang dilabel dengan 177Lu dan ikatan nya dengan sel reseptor untuk
tujuan terapi (terapheutik) (kanan).
Analog
somatostatin pertanda radionuklida pertama yaitu Octreoscan (111In-DTPA-octreotide) dilakukan pada awal
1990 untuk pasien neuroendokrin. Octreotide adalah analog somatostatin
yang terdiri dari 8 asam amino, 4 diantaranya identik, serta memiliki waktu
paruh yang lebih panjang dan afinitas dengan SSRT2, SSRT3, dan SSRT5 yang lebih
baik dibanding somatostatin. Karakteristik tersebut menjadikan pencitraan octreotide lebih sensitif dalam
mendeteksi tumor neuroendokrin.
Octreotide
adalah peptida dengan 8 asam amino siklik yang dapat ditandai dengan 68Ga
melalui chelator bifungsional DTPA.
Namun penelitian in-vitro telah
menunjukan bahwa tetap terjadi trans-chelation
gallium. conjugat octreotide yang
stabil in-vitro dan in-vivo disintesis menggunakan chelator bifungsional desferrioxoamine.
Konjugat ini dibersihkan dari sirkulasi melalui ginjal secara cepat dan
menunjukan uptake oleh tumor yang
tinggi. Senyawa turunan octreotide
kemudian dikembangkan supaya dapat ditandai dengan radiometal secara stabil dan
memiliki afinitas terhadap reseptor somatostatin yang lebih baik dibandingkan octreoscan. Sebagian besar analog yang
dikembangkan ini menggunakan 1,4,7,10-tetraazacyclododecane-1,4,7,10-tetraacetic
acid (DOTA) sebagai chelating agent,
sehingga terbentuk kompleks yang stabil secara termodinamis dan kinetis. Contoh
analog somatostatin yang baru antara lain:
1.
TOC
[D-Phe-Cys-Try-D-Trp-Lys-Thr-Cys-Thr(ol)]; Phe diganti
dengan Tyr pada 3 posisi, hasilnya meningkatkan internalisasi dan uptake kontras akan lebih tinggi pada in vivo.
2.
TATE
[DPhe-Cys-Tyr-D-Trp-Lys-Thr-Cys-Thr]; suatu analog kelompok
hydroxyl yang pada ujung C diganti
dengan suatu kelompok carboxylic
bebas, sehingga afinitas ikatannnya meningkat dan sangat sesuai untuk SSRT2.27
3.
NOC[D-Phe-Cys-Nal-D-Trp-Lys-Thr-Cys-Thr(ol)];
Phe diganti dengan Nal, mengasilkan senyawa dengan afinitas tinggi pada
SSRT2,SSRT3 dan SSRT5.
Pencitraan
analog somatostatin tertanda 68Ga dengan PET/CT telah dilakukan pada
lebih dari 5800 kasus di Bad Berka –
Jerman pada awal tahun 2009. Dari pengalaman tersebut, disimpulkan bahwa
pencitraan analog somatostatin bersifat fleksibel, cepat, memberikan paparan
radiasi rendah dan lebih hemat biaya dibandingkan dengan Octreoscan. Selain itu, dapat juga digunakan untuk pemilihan pasien
yang mendapat terapi peptide receptor
radionuclide therapy (PPRT) dan evaluasi respon terapi. Ekspresi reseptor
analog somatostatin ditemukan pada sebagian besar tumor, sehingga pencitraan
reseptor somatostatin memiliki aplikasi klinis yang luas.
3.3
Distribusi up-take fisiologis 68Ga-DOTA-conjugate peptides.
68Ga-DOTA-conjugate peptides secar cepat
dibersihkan dari darah, sehingga dalam waktu 4 jam tidak terdeteksi pada serum
dan urin. Akumulasi maksimal di dalam tumor dicapai 50-70 menit
pasca-penyuntikan. Uptake pada ginjal
rata- rata <50% dibandingkan uptake
pada limpa. Bersihan seluruhnya melalui ginjal.
Reseptor
somatostatin diekspresikan oleh cel-sel neuroendokrin
dan non-neuroendokrin. Uptake fisologis dapat dijumpai pada
beberapa organ, seperti; liver, limpa, kelenjar pituitary, kelenjar tiroid,
ginjal, kelenjar adrenal, kelenjar saliva, stomach
wall, bowel. Pankreas menunjukkan
uptake 68Ga-DOTA-conjugate peptides yang bervariasi.
Terdapat 5 subtipe reseptor SST pada pancreas, namun SSRT2 yang paling banyak
ditemukan. Kelenjar prostat dan jaringan glandular dari payudara menunjukkan uptake dengan derajat rendah dan difuse 68Ga-DOTA-conjugate peptides.
3.4
68Ga-DOTA-conjugated peptides
PET/CT pada karsinoma tiroid.
Prinsip
pencitraan tumor tiroid dengan SRS berdasarkan ekspresi SSRT pada jaringan
target, Peranan SRS pada pencitraan tumor tiroid mulai dilakukan pada
pertengahan tahun 1990. Dengan adanya PET dan berkembangnya analog somatostatin
baru, maka sensitivitas dan spesifisitas meningkat secara signifikan. 68Ga
SSR dapat digunakan secara klinis pada pasien karsinoma tiroid non-meduler yang
tidak menangkap iodium radioaktif, serta untuk menilai kelayakan pemberian
terapi dan respon PRRT. 68Ga-DOTA-TOC, 68Ga-DOTA-NOC dan 68Ga-DOTA-TATE,
seluruhnya dapat berikatan dengan SST reseptor tipe 2 (SSRT2).31 68Ga-DOTA-NOC menunjukkan afinitas yang kuat dengan SST
reseptor tipe 3 and 5, sedangkan 68Ga-DOTA-TOC berikatan juga dengan
SST reseptor tipe 5 walaupun dengan afinitas yang rendah dibadingkan dengan 68Ga-DOTA-NOC.
68Ga-DOTA-TATE menunjukkan afinitas yang lebih dominan dengan SST receptor tipe 2.
Meltem Ocak dkk,
membandingkan 68Ga-DOTA-TATE dan 68Ga-DOTA-NOC PET/CT
pada karsinoma tiroid berdiferensiasi baik (peningkatan kadar tiroglobulin dan
sidik seluruh tubuh dengan 131I negatif). Hasilnya adalah 68Ga-DOTA-TATE menunjukkan uptake yang lebih tinggi pada lesi-lesi patologis dibandingkan
dengan 68Ga-DOTA-NOC, sehingga lebih menguntungkan (gambar 2). Hal
ini dapat menjadi pertimbangan pada saat memilih analog SST untuk terapi
radionuklida yang berbasis reseptor peptide.
Dari
13 pasien, 5 menunjukkan hasil negatif dan 8 pasien menunjukkan hasil positif
adanya uptake patologis pada
pencitraan dengan 68Ga-DOTA-TATE dan 68Ga-DOTA-NOC
PET/CT. 45 lesi ditemukan pada pencitraan 68Ga-DOTA-TATE PET/CT dan
42 pada pencitraan 68Ga-DOTA-NOC
PET/CT. Ketidak sesuaian jumlah temuan lesi pada pencitraan dengan 68Ga-DOTA-TATE
dan 68Ga-DOTA-NOC PET/CT dikarenakan kurangnya uptake pada lesi.
Terapi
177Lu-DOTA-Octreotate pada
Karsinoma Tiroid
4.1 Terapi 177Lu-DOTA-Octreotate
177Lu-DOTA-Octreotate adalah jenis terapi
bersasaran yang terdiri dari 177Lu sebagai senyawa yang memancarkan
radiasi dan Octretate yang merupakan
bentuk sintesis (analog) somatostatin. Tujuan terapi 177Lu-DOTA-Octreotate adalah untuk menghambat
pertumbuhan tumor, mengurangi ukuran tumor dan mengurangi gejala yang di
sebabkan oleh tumor. Terapi ini diberikan sebanyak 4 siklus dalam waktu 8-12
bulan. Terapi ini ditujukan pada karsinoma tiroid yang telah mengalami
dediferensiasi sehingga tidak avid 131I.
Di UK, terapi 177Lu-DOTA-Octreotate
telah digunakan sejak 15 tahun yang lalu dan lebih banyak diperuntukan pada
pasien dengan tumor neuroendokrin. Hasilnya diperoleh lebih dari setengah dari
total pasien yang mendapat terapi 177Lu-DOTA-Octreotate sebanyak 4 siklus, mengalami pengurangan ukuran tumor,
1/3 pasien lainnya respon tumor stabil dan sisanya tidak mendapat keuntungan
dari terapi 177Lu-DOTA-Octreotate.
4.2
Efek samping dari terapi 177Lu-DOTA-Octreotate.
Terdapat
dua jenis efek samping yang dapat ditimbulkan oleh terapi 177Lu-DOTA-Octreotate yaitu: efek samping yang
dihubungkan dengan terapi dan efek samping yang dihubungkan dengan dosis
radiasi yang diterima oleh tubuh pasien.
4.2.1
Efek samping yang dihubungkan dengan terapi 177Lu-DOTA-Octreotate;
1.
Mual dan muntah. Ini umumnya terjadi
pada hari pertama pemberian terapi dan dapat di atasi dengan pemberian obat
anti mual.
2.
Timbul rasa nyeri akibat proses
inflamasi pada tumor, kususnya metastases tumor yang terdapat pada tulang, hati
dan pancreas. Efek samping ini biasanya berlangsung selama 3 hari selama terapi
berlangsung. Efek samping ini dapat diatasi dengan pemberian steroid dosis
rendah (dexametason). Jika nyeri
tidak kunjung hilang, pasien disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah dan
fungsi hati (hal ini dapat terjadi karena gangguan fungsi hati).
3.
Pusing, berkeringat, palpitasi dan diare
dapat timbul pada 24 jam awal pasca pemberian terapi 177Lu-DOTA-Octreotate.
4.
Kerontokan rambut yang minimal selama
terapi. Tetapi tidak sampai menimbulkan kebotakan dan rambut akan kembali
tumbuh setelah terapi selesai. Berbeda dengan kerontokan rambut yang
diakibatkan oleh kemoterapi yang terjadinya lebih signifikan.
5.
Mudah lelah biasanya muncul beberapa minggu
pasca-terapi.
6.
Beberapa pasien dilaporkan mengalami
penurunan nafsu makan selama 7-14 hari pasca terapi.
4.2.2
Efek samping yang dihubungkan dengan dosis radiasi:
Pemberian
terapi 177Lu-DOTA-Octreotate
dapat berpengaruh pada beberapa bagian tubuh, kususnya pada sumsum tulang dan
ginjal. Sumsum tulang memproduksi sel-sel darah, beberapa sel darah dapat
berkurang jumlahnya. Fungsi ginjal juga dapat menurun. Hal ini dapat dicurigai
jika pasien merasa lelah melebihi beban aktivitasnya atau mudah terserang
infeksi virus dalam rentang waktu 10 hari atau 4-6 minggu setelah terapi
diberikan. Pasien sangat disarankan untuk melakukan pemeriksaan darah yang
bertujuan untuk pemantauan efek samping tersebut. Efek samping yang sangat
jarang lainnya adalah kerusakan sel-sel normal lainnya walaupun sel-sel
tersebut menerima dalam jumlah sangat kecil radiasi. Efek samping ini ditandai
dengan nyeri yang timbul lebih dari 72 jam setelah terapi dan tidak dapat
hilang atau reda dengan obat analgetik. Pada saat efek ini timbul, pasien di
sarankan untuk kontrol ke dokter kedoteran nuklir kembali (72 jam pasca terapi
pasien tidak dalam masa rawat isolasi).
177Lu-DOTA-Octreotate tidak diperbolehkan diberikan
pada wanita hamil karena dapat berefek pada perkembangan janin. Sebelum terapi
di berikan pada pasien wanita, pemeriksaan tes kehamilan harus dilakukan dan
pasien di haruskan menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan.
4.3
Persiapan terapi 177Lu-DOTA-Otreotate.
Setiap
1 siklus terapi pasien menjalani rawat isolasi sekitar 2-3 hari. Total siklus
yang harus di jalani pasien adalah 4 siklus selama 8-10 bulan dan penilaian
akhir dilakukan setelah dua bulan pasca siklus 4 pemberian terapi, yaitu pada
bulan ke-12.
Sebelum
setiap siklus terapi diberikan, pasien menjalani pemeriksaan darah, fungsi hati
, fungsi ginjal (GFR dengan 99mTc-DTPA), pengukuran kadar TSH, tumor
marker seperti tiroglobulin dan pemeriksaan fisik. Riwayat terapi sebelumnya
perlu ditanyakan pada pasien, seperti sandostatin
LAR atau ianreotide, kapan
terakhir kalinya pasien memperoleh terapi obat-obat tersebut. Jika pemakaian sandostatin LAR 2x1 hari, pastikan pasien mendapat terapi sandostatin LAR 12 jam sebelum dan 12 jam setelah terapi 177Lu-DOTA-Octreotate.
Lamanya
prosedur pemberian terapi dari awal sampai akhir kurang lebih 4 jam, terdiri
dari:
1.
Pemasangan cannula pada vena cubiti.
2.
Pemberian obat (3mg Granisetron dalam 100ml NaCI) melaui cannul untuk mencegah mual dan muntah.
3.
Pemberian infus asam amino melalu salah
satu cannula, ini bertujuan untuk
proteksi ginjal dari radiasi.
4.
Setelah infus asam amino berlangsung 1
jam, pemberian asam amino dihentikan dan dilanjutkan dengan pemberian 177Lu-DOTA-Octreotate 200mCi dan ini diberikan
selama 30 menit. Setelah pemberian 177Lu-DOTA-Octreotate selesai dilanjutkan dengan pemberian asam amino kembali
selama 3 jam. Setelah komplit cannula
di lepas.
5.
Isolasi. Selama isolasi pasien
diharuskan untuk minum sebanyak 250ml setiap 1-2 jam yang bertujuan untuk
membersihkan radiasi pada ginjal (mengurangi radiasi pada ginjal).
6.
Pengukuran paparan radiasi. Jika paparan
radiasi masih cukup tinggi, pasien tidak diperbolehkan pulang.
7.
Pemeriksaan sidik seluruh tubuh SPECT,
pemeriksaan fungsi ginjal (GFR) dan pemeriksaan darah pada hari terakhir
terapi.
8.
Pemeriksaan darah dilakukan setiap 2
minggu selama 8 sampai 10 minggu pasca terapi untuk mengetahu apakah terdapat
pengaruh terapi 177Lu-DOTA-Octreotate
pada darah, ginjal dan liver.
Terapi
Radionuklida yang berlebel peptide pada karsinoma tiroid berdiferensiasi yang non-radioiodine avid
Terapi
standar pada pasien dengan karsinoma tiroid berdiferensiasi (folikuler dan
papiler) meliputi tiroidektomi total atau near-total
yang diikuti oleh ablasi sisa jaringan tiroid dengan 131I. Walaupun
memiliki prognosis yang baik dengan kombinasi kedua terapi tersebut cukup
memberikan hasil yang baik, namun kejadian recurrence
masih dapat terjadi pada sekitar 20% pasien pada beberapa waktu setelah terapi.
Pemantauan pada pasien tersebut dilakukan dengan pemantauan kadar tiroglobulin
(Tg) serum dan sidik seluruh tubuh dengan 131I. Metastases dan recurrence dapat di temukan pada sidik
seluruh tubuh dengan dengan 131I. Sekitaar 20-30% dari pasien
tersebut, pemberian terapi 131I tidak memberikan hasil yang cukup
baik karena tumor tidak lagi menangkap yodium radioaktif (131I) yang
diberikan (mengalami dediferensiasi). Seperti karsinoma tiroid tipe sel hurthle (HCTC) yang termasuk dalam
kelompok karsinoma tiroid folikuler (FTC), diketahui jarang menangkap yodium
radioaktif.
Pilihan
tatalaksan terapi pada pasien dengan non-iodine
uptake (yang tidak menangkap 131I) masih sangat terbatas. Adanya
dediferensiasi pada karsinoma tiroid berdiferensiasi (DTC) dihubungkan dengan
prognosis yang lebih buruk, yang sebagian besar pasiennya tidak dapat diterapi
dengan radioidine (131I).
Pasien karsinoma tiroid berdiferensiasi (DTC) dengan metastases paru yang
menangkap (up-take) 131I
memiliki survival 5 tahun (60%),
dibandingkan pada pasien dengan karsinoma tiroid yang tidak menangkap radioiodine (131I) (30%).41,42
Terapi radiasi ekternal (EBRT) dapat diberikan namun hanya pada bagian lokal
tertentu, sedangkan pemberian kemoterapi masih memberikan hasil yang
mengecewakan.
Pada
pasien dengan penigkatan kadar tiroglobulin serum dengan hasil sidik seluruh
tubuh 131I menunjukkan hasil yang negatif, pencitraan dengan 111In
yang dilabel dengan analog somatostastin (111In-Octreotide) dapat menjadi pilihan. Beberapa laporan menunjukkan
penangkapan (up-take) 111In-Octreotide pada metastases atau pada
karsinoma tiroid yang recurrent.
Akibatnya penggunaan analog somatostatin untuk terapi bersasaran (PRRT) menjadi
sangat menarik perhatian dan mulai di gunakan secara luas pada pasien karsinoma
tiroid yang mengalami dediferensiasi (tidak menangkap 131I ). Terapi
dengan 90Y-DOTATOC atau 177Lu-DOTATATE yang dilabel
dengan analog somatostatin mulai banyak di gunakan pada pasien tersebut.
Studi
yang dilakukan oleh Jaap J.M dkk,
pada 5 pasien DTC (table 2) yang diterapi dengan 177Lu-DOTATATE.
Seluruh pasien menjalani sidik seluruh tubuh dengan 111I-Octreotate, CT dan MRI pre-terapi 177Lu-DOTATATE.
Hasil
studi pada 5 pasien tersebut diperoleh bahwa (tabel 3):
1.
Pada pasien pertama dengan diagnosis
karsinoma tiroid papiler dan metastases supraklavikula. Pasien dengan riwayat
terapi 131I sebanyak 4 kali, hasil sidik seluruh tubuh 131I
negatif sedangkan sidik seluruh tubuh dengan 111In-Octreotate positif uptake. Setelah pemberian 8 siklus terapai 177Lu-DOTATATE
diperoleh hasil stabil disease (SD).
Setelah 18 bulan pasca-terapi pertama ditemukan peningkatan kadar tiroglobulin
sehingga dilakukan pemeriksaan CT dan diperoleh hasil progressive disease (PD) dan 4 tahun pasca terapi pasien meninggal.
2.
Pasien ke-2 dengan diagnosis karsinoma
tiroid folikuler dan riwayat terapi 131I, EBRT dan kemoterapi. Sidik
seluruh tubuh dengan 111In-Octreotate
ditemukan hasil positif. Setelah pemberian terapi 3 siklus 177Lu-DOTATATE,
ditemukan progresifitas tumor dan peningkatan kadar Tg. Dua minggu pasca terapi
terakhir pasien meninggal.
3.
Pasien ke-3 dengan diagnosis karsinoma
tiroid tipe sel hurthle dan riwayat
terapi 131I. Hasil sidik seluruh tubuh dengan 123I
menunjukkan hasil yang negatif, sedangkan sidik seluruh tubuh dengan 111In-Octreotate positif. Pasien diterapi
dengan 177Lu-DOTATATE sebanyak 8
siklus. Enam bulan pasca terapi ditemukan minor
remission (MRe) dan penurunan kadar Tg.
4.
Pasien ke-4 dengan diagnosis karsinoma
tiroid sel hurthle dan riwayat terapi
131I. Walaupun ditemukan positif up-take
di paru pasca terapi 131I, namun tidak ditemukan hasil yang cukup
baik, sehingga dilakukan sidik seluruh tubuh dengan 111In-Octreotate dan hasilnya positif. Pasien
mendapat terapi 177Lu-DOTATATE sebanyak 4 siklus. Pasca pemberian
terapi 177Lu-DOTATATE terakhir, ditemukan penurunan kadar Tg. Pada
pemeriksaan CT scan pasca terapi
terkahir, tidak ditemukan adanya pengurangan ukuran tumor, namun dilaporkan
bahwa adanya inhomogeneous pada tumor
yang sesuai untuk suatu proses nekrosis.
5.
Pasien ke-5 dengan karsinoma tiroid sel hurthle dan terapai ablasi dengan 131I
dan EBRT. Pertumbuhan lesi patologis di leher yang terus menekan trakea dan
menyebabkan pasien mengalami stridor.
Pasien diberikan terapi 177Lu-DOTATATE sebanyak 3 siklus. Setelah
terapi ke-2, ditemukan penurunan kadar Tg dan hasil CT scan menunjukkan
regresi dari lesi yang terdapat pada trakea
dan penyusutan 50% 12 bulan pasca terapi terakhir.
Pilihan
terapi pada pasien DTC yang recurrent
atau metastasis yang tidak menangkap 131I (refractory) sangat terbatas. Hilangnya kemampuan menangkap 131I
atau dediferensiasi dihubungkan dengan sifat tumor yang lebih agresip.
Alasan
pemberian terapi dengan 177Lu-DOTATATE pada pasien dengan DTC yang recurrent atau metastasis adalah, karena
ditemukan keberhasilan terapi 177Lu-DOTATATE pada pasien dengan gastroenteropancreatic (NET) yang
menunjukkan ekspresi somatostatin. Dengan pengurangan ukuran tumor lebih dari
38%.
Krenning dkk,
melaporkan hasil terapi dengan radioisotope yang dilabel dengan analog somatostatin
pada 2 orang pasien PTC. Hasilnya 1 pasien menunjukka stabil disease (SD) dan lainya lost
follow-up. Pada hasil studi lainnya menunjukkan hasil yang tidak jauh
berbeda.
Dari
beberapa studi menunjukkan, sejumlah pasien yang diterapi dengan radionuklida
yang dilabel dengan analog somatostatin menunjukkan hasil yang tidak terlalu
memuaskan dibandingkan pada pasien GEP. Terdapat beberapa alasan diantaranya
adalah:
1.
Perbedaan radionuklida yang digunakan
untuk melabel analog somatostatin atau sebaliknya. Analog somatostatin DOTATATE
mempunyai afinitas dengan SSTR2 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
DOTATOC.
2.
Perbedaan ekspresi tipe somatostatin,
GEP yang lebih dominan mengexpresikan SSTR2 dan SSTR1, sebaliknya DTC lebih
dominan mengexpresikan SSTR3, SSTR5 dan SSTR2, sedangkan pada karsinoma tiroid medullary dan sel Hurthle lebih dominan mengexpresikan SSTR2.
Dari
hasil beberapa studi di atas ditemukan bahwa, terapi radionuclide yang dilabel dengan analog somatostatin memberikan
hasil yang lebih baik pada pasien karsinoma tiroid sel hurthle dibandingkan dengan pasien DTC.
Studi
yang dilakukan oleh Hendra Budiawan
dkk pada 16 pasien karsinoma tiroid refractory
dengan metastasis luas yang diterapi dengan peptide
receptor radionuclide therapy (PRRT), diperoleh hasil sebagai berikut:
Simpulan
1.
Terdapat 5 reseptor somatostatin pada
manusia (SSRT1, SSRT2, SSRT3, SSRT4, SSRT5), dengan SSRT2 dikelompokan lebih
lanjut menjadi subtipe 2A dan 2B. Pada karsinoma tiroid, ekspresi reseptor
somatostatin bervariasi, namun mayoritas penelitian menunjukkan ekspresi SSRT2 dan
SSRT5 dominan pada karsinoma tiroid berdiferensiasi (DTC), sedangkan SSRT2
dominan pada karsinoma tiroid sel hurtle dan medullary.
2.
Keuntungan menggunakan 68Ga,
antara lain: Diproduksi oleh generator, 68Ga adalah radiometal dan
mudah berikatan dengan chelator dan ligan, berasal dari radionuklida induk (68Ge)
dengan waktu paruh panjang sehingga generator dapat digunakan sampai satu
tahun. Selain itu, waktu paruh 68Ga yang pendek yaitu 68 menit
sesuai dengan farmakokinetik sejumlah peptide.
3.
Prinsip pencitraan reseptor somatostatin
berdasarkan ikatan ligan somatostatin yang stabil dengan radionuklida (68Ga)
melalui chelating agent sebelum
disuntikan ke tubuh pasien, kemudian diinternalisasi oleh jaringan target
berdasarkan ekspresi SSRT.
4.
68Ga-DOTA-cojugated peptides PET/CT dapat
digunakan secara klinis pada pasien karsinoma tiroid non-medullary yang tidak menangkap iodium radioaktif (131I),
serta untuk menilai kelayakan pemberian terapi 177Lu-Octreotate dan menilai respon PRRT.
5.
Dari beberapa studi menunjukkan,
sejumlah pasien karsinoma tiroid berdiferensiasi (DTC) yang diterapi dengan
radionuklida yang dilabel dengan analog somatostatin menunjukkan hasil yang
tidak terlalu memuaskan dibandingkan pada pasien GEP. Terdapat beberapa alasan
diantaranya adalah:
a.
Perbedaan radionuklida yang digunakan
untuk melabel analog somatostatin atau sebaliknya. Analog somatostatin DOTATATE
mempunyai afinitas dengan SSTR2 10 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
DOTATOC.
b.
Perbedaan ekspresi tipe somatostatin,
GEP yang lebih dominan mengexpresikan SSTR2 dan SSTR1, sebaliknya DTC lebih
dominan mengexpresikan SSTR3, SSTR5 dan SSTR2, sedangkan pada karsinoma tiroid medullary dan sel Hurthle lebih dominan mengekspresikan SSTR2.
Daftar
Pustaka
1.
Therasse P, Arbuck SG, Eisenhauer EA,
Wanders J, Kaplan RS, Rubinstein L, et al. New guidelines to evaluate the
response to treatment in solid tumors. European Organization for Research and
Treatment of Cancer, National Cancer Institute of the United States, National
Cancer Institute of Canada. J Natl Cancer Inst 2000;92:205–16.
2.
Ozols RF, Herbst RS, Colson YL, Gralow
J, Bonner J, Curran WJ Jr, et al. Clinical cancer advances 2006: major research
advances in cancer treatment, prevention, and screening—a report from the
American Society of Clinical Oncology. J Clin Oncol 2007;25: 146–62.
3.
Robert J.A, Ernest L.M. Essentials of
thyroid cancer management. Spinger.2005; 13: 978-0387-25713-6.
4.
Brazeau, P. et al. Science (1973) 179,
77.
5.
Raut CP, Posner M, Desai J, Morgan JA,
George S, Zahrieh D, et al. Surgical management of advanced gastrointestinal
stromal tumors after treatment with targeted systemic therapy using kinase
inhibitors. J Clin Oncol 2006;24:2325–31.
6.
Pacini F, Schlumberger M, Dralle H, European
Thyroid Cancer Taskforce. European consensus for the management of patients
with differentiated thyroid carcinoma of the follicular epithelium. Eur J
Endocrinol 2006; 154: 787–803.
7.
Kwekkenboom DJ, Reubi JC, Lamberts SWJ,
Bruining HA, Mulder AH, Oei HY and Krenning EP: in vivo somatostatin receptor
imaging in medullary thyroid carcinoma. J Clin Endocrinol Metab 76: 1413-1417,
1993.
8.
Gabriel M, Decristoforo C, Kendler D,
Dobrozemsky G, Heute D, Uprimny C, Kovacs P, Von Guggenberg E, Bale R, Virgolini
IJ. 68Ga-DOTA-Tyr3-octreotide PET in neuroendocrine tumors:
comparison with somatostatin receptor scintigraphy and CT. J Nucl Med. 2007
Apr;48 (4):508-18.
9.
Ambrosini V, Castellucci P, Rubello D,
Nanni C, Musto A, Allegri V, Montini GC, Mattioli S, Grassetto G, Al-Nahhas A,
Franchi R, Fanti S. 68Ga-DOTA-NOC: a new PET tracer for evaluating
patients with bronchial carcinoid. Nucl Med Commun. 2009 Apr;30 (4):281-6.
10. Klutmann
S, Bohuslavizki KH, Brenner W, Behnke A, Tietje N, Kröger S, Hugo HH, Mehdorn HM,
Clausen M, Henze E. Somatostatin receptor scintigraphy in postsurgical
follow-up examinations of meningioma. J Nucl Med. 1998 Nov;39(11):1913-7.
11. Henze M, Dimitrakopoulou-Strauss A,
Milker-Zabel S, Schuhmacher J, Strauss LG, Doll J, Mäcke HR, Eisenhut M, Debus
J, Haberkorn U. Characterization of 68Ga-DOTA-D-Phe1-Tyr3-octreotide
kinetics in patients with meningiomas. J Nucl Med. 2005 May;46(5):763-9.
12. Patel,
Y.C. Front. Neuroendocrinol. (1999) 20,157.
13. Csaba, Z. and Dournaud, P. Neuropeptides (2001)
35, 1.
14. Olias, G. et al. J. Neurochem. (2004) 89,
1057.
15. S.B.
Noemi, Somatostatin and the somatostatin receptors, spring, 2006.
16. Taniyama
Y, Suzuki T, Mikami Y, Moriya T, Satomi S, Sasano H. Systemic distribution of
somatostatin receptor subtypes in human: an immunohistochemical study. Endocr J
2005; 52: 605-611
17. S.Woelfl,
S. Bogner, H. Huber, Expression of Somatostatin receptor subtype 2 and subtype
5 in thyroid malignancies. Schattauer, 2014.
18. Tan
EH, Goh SW. Exploring new frontiers in molecular imaging: Emergence of 68Ga
PET/CT. World J Radiol 2010 February 28;2(2): 55-67.
19. Pisarek
H, Stepien T, Kubiak R, Borkowska E, Pawlikowskin M. Expression of somatostatin
receptor subtypes in human thyroid tumor: the immunohistochemical and molecular
biology (RT-PCR) investigation. Thyroid Res 2009;2:1.
20. Henze
M, Schulmacher J, Hipp P, Kowlaski J, Becker DW, Doll J, et al. PET imaging of
somatostatin receptor using 68Ga DOTA-D-Phe1-Tyr3-Octreotide: first
results in patients with meningiomas. J Nucl Med 2001; 42: 1053-6.
21. Giammarile
F, Houzard C, Bournaud C, Hafdi Z, Sassolas G, Borson C F. Diagnostic
management of suspected metastatic thyroid carcinoma: Clinical value of
octreotide scintigraphy in patients with negative high-dose radioiodine scans.
Eur J Endocrinol 2004; 150: 277-283.
22. Gonzalez
N, Moddy TW, Igarashi S, Ito T, Jensen RT, Bombesin related peptides and their
receptors. Curr Opin Endrocrinol Diabetes Obes 2008; 15(1):58-64.
23. Schroeder
RPJ, Muller C, Reneman S, Melis ML, Breeman WAP, Blois E, et al. A standardized
study to compare prostate cancer targeting efficacy of five radiolabelled
bombesin analogues. Eur J Nucl Med Mol Imaging 2010; 37: 1386-96.
24. Irina
Velikyan, Prospective of 68Ga-Radiopharmaceutical Development.
Ivyspring 2014; 4(1):47-80.
25. Maecke
HR, Hofmann M, Haberkorn U. 68Ga-Labeled peptides in tumor imaging.
J Nucl Med 2005; 46:172-178.
26. Zhernosekov
KP, Filosofov DV, Baum RP, Aschoff P, Bihl H, Razbash AA, et al. Processing of
Generator-Produced 68Ga for Medical Apllication. J Nucl Med 2007:
48: 1741-8.
27. Virgolini
I, Traub-Weidinger T, Decristoforo C. Nuclear medicine in the detection and
management of pancreatic islet-cell tumours. Best Pract Res Clin Endocrinol
Metab 2005;19: 213-227.
28. Wild
D, Schmitt JS, Ginj M, Mäcke HR, Bernard BF, Krenning E, De Jong M, Wenger S,
Reubi JC. DOTA-NOC, a high-affinity ligand of somatostatin receptor subtypes 2,
3 and 5 for labelling with various radiometals. Eur J Nucl Med Mol Imaging
2003; 30: 1338-1347.
29. Baum
R. Ga-68 Labelled Radiopharmaceuticals for Molecular Imaging of Cancer Using
PET/CT - Present State and Future Perspectives. 2010 February 25. Available
from: URL: http://www.singaporeradiology2010.com/programme_detailed.pdf.
30. Hofmann
M, Maecke H, Börner R, Weckesser E, Schöffski P, Oei L, Schumacher J, Henze M,
Heppeler A, Meyer J, Knapp H. Biokinetics and imaging with the somatostatin
receptor PET radioligand 68Ga-DOTATOC: preliminary data. Eur J Nucl
Med. 2001 Dec;28 (12):1751-7.
31. Kayani
I, Conry BG, Groves AM, Win T, Dickson J, Caplin M, Bomanji JB. A comparison of
68Ga-DOTATATE and 18F-FDG PET/CT in pulmonary
neuroendocrine tumors. J Nucl Med. 2009 Dec;50 (12):1927-32.
32. Virgolini
I, Ambrosini V, Bomanji J B, Fanti S, Gabriel M et al. Procedure Guidelines For
PET/CT Tumour Imaging with 68Ga-DOTA conjugated peptides: 68Ga-DOTA-TOC,
68Ga-DOTA-NOC, 68Ga-DOTA-TATE. Eur J Nucl Med Mol
Imaging. 2010; 37: 1512-3.
33. Meltem
Ocaka, Emre Demircib, Levent Kabasakal, Evaluation and comparison of 68Ga
DOTA-TATE and 68Ga-DOTA-NOC PET/CT imaging in well-differentiated thyroid
cancer. Nuclear Medicine Communications 2013, 34:1084–1089.
34. www.
Guysandstthomas.nhs.uk/leaflets.
35. London
Health Sciences Center. 177Lu-Octreotate therapy. www.countrynns.com/londen.
2012.
36. Mazzaferri
EL, Jhiang SM. Long-term impact of initial surgical and medical therapy on
papillary and follicular thyroid cancer. Am J Med. 1994;97:418–428.
37. Schlumberger
MJ. Papillary and follicular thyroid carcinoma. N Engl J Med. 1998;338:297–306.
38. Cooper
DS, Schneyer CR. Follicular and Hurthle cell carcinoma of the thyroid. Endocrinol
Metab Clin North Am. 1990;19:577–591.
39. Maxon
HR, Smith HS. Radioiodine-131 in the diagnosis and treatment of metastatic well
differentiated thyroid cancer. Endocrinol Metab Clin North Am.1990;19:685–718.
40. Caplan
RH, Abellera RM, Kisken WA. Hurthle cell neoplasms of the thyroid gland:
reassessment of functional capacity. Thyroid. 1994;4:243–248.
41. Sherman
SI. Thyroid carcinoma. Lancet. 2003;361:501–511.
42. Sisson
JC, Giordano TJ, Jamadar DA, et al. 131-I treatment of micronodular pulmonary
metastases from papillary thyroid carcinoma. Cancer. 1996;78:2184–2192.
43. Shimaoka
K, Schoenfeld DA, DeWys WD, Creech RH, DeConti R. A randomized trial of
doxorubicin versus doxorubicin plus cisplatin in patients with advanced thyroid
carcinoma. Cancer. 1985;56:2155–2160.
44. Droz
JP, Schlumberger M, Rougier P, Ghosn M, Gardet P, Parmentier C. Chemotherapy in
metastatic nonanaplastic thyroid cancer: experience at the Institut
Gustave-Roussy. Tumori. 1990;76:480–483.
45. Postema
PT, De Herder WW, Reubi JC, et al. Somatostatin receptor scintigraphy in
non-medullary thyroid cancer. Digestion. 1996;57(suppl 1):36 –37.
46. Haslinghuis
LM, Krenning EP, De Herder WW, Reijs AE, Kwekkeboom DJ. Somatostatin receptor
scintigraphy in the follow-up of patients with differentiated thyroid cancer. J
Endocrinol Invest. 2001;24;415– 422.
47. Christian
JA, Cook GJ, Harmer C. Indium-111-labelled octreotide scintigraphy in the
diagnosis and management of non-iodine avid metastatic carcinoma of the thyroid.
Br J Cancer. 2003;89:258 –261.
48. Stokkel
MP, Reigman HI, Verkooijen RB, Smit JW. Indium-111-octreotide scintigraphy in
differentiated thyroid carcinoma metastases that do not respond to treatment
with high-dose I-131. J Cancer Res Clin Oncol. 2003;129:287–294.
49. Gorges
R, Kahaly G, Muller-Brand J, Macke H, Roser HW, Bockisch A. Radionuclide-labeled
somatostatin analogues for diagnostic and therapeutic purposes in nonmedullary
thyroid cancer. Thyroid. 2001;11:647– 659.
50. Waldherr
C, Schumacher T, Pless M, et al. Radiopeptide transmitted internal irradiation
of non-iodophil thyroid cancer and conventionally untreatable medullary thyroid
cancer using [90Y]-DOTA-D-Phe1-Tyr3-octreotide: a pilot study. Nucl
Med Commun. 2001;22:673– 678.
51. Virgolini
I, Britton K, Buscombe J, Moncayo R, Paganelli G, Riva P. In- and Y-DOTA-lanreotide:
results and implications of the MAURITIUS trial. Semin Nucl Med. 2002;32:148
–155.
52. Valkema
R, De Jong M, Bakker WH, et al. Phase I study of peptide receptor radionuclide
therapy with [In-DTPA]octreotide: the Rotterdam experience. Semin Nucl Med.
2002;32:110 –122.
53. Jaap
J.M. Teunissen, MD, Peptide Receptor Radionuclide Therapy for Non–Radioiodine-Avid
Differentiated Thyroid Carcinoma. J Nucl Med 2005; 46:107S–114S.
54. Kwekkeboom
DJ, Bakker WH, Kam BL, et al. Treatment of patients with gastro-entero-pancreatic
(GEP) tumours with the novel radiolabelled somatostatin analogue [177Lu-DOTA(0),Tyr(3)]octreotate.
Eur J Nucl Med Mol Imaging. 2003;30:417– 422.
55. Ain
KB, Taylor KD, Tofiq S, Venkataraman G. Somatostatin receptor subtype expression
in human thyroid and thyroid carcinoma cell lines. J Clin Endocrinol Metab.
1997;82:1857–1862.
56. Budiawan
H, Salavati1 A, R Kulkarni H, P Baum R, Original Article Peptide receptor
radionuclide therapy of treatment-refractory metastatic thyroid cancer using 90Yttrium
and 177Lutetium labeled somatostatin analogs: toxicity, response and
survival analysis. Am J Nucl Med Mol Imaging 2014;4(1):39-52.
No comments:
Post a Comment